“Saya tersiksa dengan perasaan ini bu.... Saya ingin mengungkapkannya, saya ingin dia tahu, saya benci kenapa saya saja yang merasakan ini. Tapi bagaimana?” suaranya mengecil lalu terdiam. Sepertinya berat sekali perasaan itu baginya.
Aku tersenyum kecil. Kutunggu sesaat apakah akan ada kalimat lanjutan. Namun suasana hening.
“Triana sayang... Kamu jatuh cinta?” tanyaku.
Wajahnya menunduk dalam. Tidak berani menghadap ke arahku. Namun masih terlihat pipinya yang putih bersemu merah. Mungkin dia malu, pikirku.
“Triana?”
“Ya bu....” wajahnya sedikit terangkat dan menatapku sekejap.
“Kamu jatuh cinta?”
“Bu, saya tahu ini gak boleh.... Saya tahu bu...” tiba-tiba suaranya agak meninggi di sela isak tangis.
Ah, rupanya ini sangat menjadi beban baginya, ujarku dalam hati.
“Hei... Tenang sayang, tenang....” ucapku seraya menyentuh bahunya. “Siapa yang bilang kamu tidak boleh jatuh cinta?”
Isaknya tertahan, ia termangu dan menatapku sendu.