Mohon tunggu...
wulan dewi
wulan dewi Mohon Tunggu... Guru - Teruslah berkarya

Bersyukurlah karna dengan bersyukur hidup akan lebih mudah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kisah Kecil Si Bungsu

22 Februari 2020   06:08 Diperbarui: 22 Februari 2020   15:19 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.florespos.co.id

Mungkin bagi sebagian orang menjadi anak bungsu itu adalah suatu bonus dari Tuhan. Karna mereka selalu bergelimang kasih sayang, selalu dimanja, dan segala keinginannya pasti akan terpenuhi. Namun, lain dengan Eisha anak bungsu dikeluarga yang amat kaya raya, ia yang dituntut untuk hidup mandiri.

Ia memiliki kakak yang tengah bekerja di Jepang dan kedua orang tua yang selalu sibuk dengan pekerjaannya. Mereka satu keluarga namun tak seperti keluarga.

 " Non ini sarapannya " ucap bibi yang selalu merawatnya, yang selalu menemaninya dikala sepi dan yang dia anggap sebagai ibunya sendiri. " Nanti aja bi disekolah soalnya Eisha sudah telat. Dah bi assalamualaikum." Ucap hangat Eisha.

Pagi itu ia sangat tergesa-gesa karna ia takut terlambat ke sekolah dan tidak bisa mengikuti ujian Nasional terakhirnya. Ia pun langsung masuk ke dalam mobil Dengan diikut  pak Edy, yang bekerja sebagai supir pribadinya. Yang dianggap sebagai ayah bagi Eisha.

 Jalanan Jakarta yang tiada hari tanpa kemacetan, itu membuat Eisha semakin gelisah karena 10 menit lagi bel ujian akan segera berbunyi dan perjalanan masih jauh.

Sesampainya di sekolah ia pun terlambat gerbang telah tertutup. " Hah.. hah.. hah.. yah ditutup " suara itu mengagetkan Eisha yang sedang menatap kedalam gerbang. " Ehh Ervan kamu juga terlambat ternyata." Sapa Eisha pada teman sekelasnya. " Ehh cabe ijo loe juga telat ternyata." Sapaan balik dari Ervan sambil meledek Eisha. " Ish, kenapa sih harus manggil cabe ijo segala " ucapnya dengan muka bete.

Pak satpam dan guru piket menghampiri mereka dan memarahi mereka yang terlambat. Mereka berdua pun akhirnya diperbolehkan masuk untuk mengikuti ujian Nasional.

Bel ujian selesai pun telah berbunyi. Suara riang gembira siswa kelas 12 SMA NEGERI 5 JAKARTA pun terdengar hingga luar gedung. Mereka merayakan kebebasannya dengan cara yang berbeda-beda. Ada yang hangout bersama dengan teman-teman dan ada juga yang langsung pergi bersama keluarga nya.

" Hey Eisha ikut kita hangout yuk! " Ucap Diandra yang menjadi salah satu sahabat di masa putih abunya ini. " Okee ayo! " Ucap Eisha yang menerima tawaran sahabatnya itu. Bruk setumpuk buku yang tengah dibawa oleh pria berbadan tinggi nan kekar dan berkulit putih dengan mata yang agak sipit.

" Aduh maaf kak gak sengaja " ujar Eisha dengan rasa bersalah. Eisha pun langsung memungut buku yang terjatuh dilantai mol yang tengah ramai. Setelah buku itu terkumpul kembali pria itu langsung pergi meninggalkan mereka tanpa sepatah dua patah kata. " 

Ih nggak banget deh tuh cowok, udah dibantuin bukannya bilang terimakasih eh malah pergi gitu aja. Dasar cowok sombong." Gerutu Rani pada cowok yang tidak mereka ketahui namanya. " Udah gapapa, lebih baik kita lanjut jalan cafe nya didepan sana kan? " Ucap Eisha yang menenangkan sahabatnya itu.

Mereka pun melanjutkan perjalanan dan akhirnya tiba di sebuah cafe tempat yang terisi oleh para mahasiswa yang sedang mengerjakan tugas. " Waitress." Rani pun memanggil salah satu pelayan. Pelaya pun tiba dimeja mereka. " Silahkan de mau pesan apa? " Tanya ramah waitress tersebut.

Mereka pun memesan beberapa minuman lengkap dengan makanannya. Beberapa menit kemudian makanan dan minumannya pun datang. Mereka menikmatinya dengan berbincang-bincang, perbincangan mereka pun terhenti karena melihat sosok yg tak asing bagi mereka. 

" Eh liat tuh cowok yang tadi yang super nyebelin." Ucap Rina dengan sinis. 

" Udahlah biarin aja Rin gak ada gunanya juga kita ngomongin cowok itu. Untung kagak dosa iya." Ujar Pasya untuk menghentikan pergibahan yang mulai terjadi. 

" Iya bener tuh kata Pasya mening kita ngomongin masa depan aja gmna? " Ucap Risty yang setuju dengan pendapat Pasya. 

"Iya ayo, kita mulai dari Rani. Jadi apa rencana kamu nanti di masa depan. " Ujar Eisha untuk memulai perbicaraan tentang masa depan mereka.

Satu persatu dari mereka saling mengemukakan rencananya untuk masa depan. Cita-cita dan rencananya berbeda-beda ada yang ingin masuk PTN favorit, ada yang ingin langsung kerja, dan ada juga yang ingin menikah. " Nah sekarang giliran kamu Eisha, mau lanjut kemana nih." Ucap Risty. 

Eisha sempat tertegun dengan pertanyaan itu karena ia masih bingung dengan masa depannya, namun Eisha harus tetap menjawabnya. " Aku masih bingung gak tahu dilanjut kemana tapi satu hal yang pasti aku akan pindah ke Bandung." Ucapnya dengan nada kebingungan. 

" Hah serius kamu, kok dadakan sih kaya tahu aja dadakan." Ucap Rani dengan kaget. Semua sahabatnya kaget mendengar kabar itu. 

" Yah, bakal jarang banget ketemu dong." Ucap Risty dengan sedikit kecewa. 

" Sepertinya begitu tapi kan kalian bisa main ke Bandung. Eh aku pulang yaa udah jam 4." Ujar Eisha sembari meminta izin pulang.

Eisha pun pulang bersama pak Edy. " Pak kita pulang ke rumah yaa." Ujarnya dengan ramah. 

" Baik neng." Balas pak Edy sambil menyalakan mesin mobilnya. Trink, trink, trink... Suara telpon Eis pun berdering dari seseorang yang selalu dekat dengan. " Hallo gmna ujian udah beres? "  Seseorang dalam telpon itu memulai pembicaraan. 

" Udah kak. Kakak kapan mau pulang?" Tanya seorang adik yang merindukan kakaknya. 

" Gak tahu. Eh iya gmna rencana kamu buat pindah ke Bandung? Udah yakin belum tuh sama keputusannya. Oh iya satu lagi kamu udah bicarakan ini ke mama SMA papa?." Ucap Edwin kakaknya. Eisha tak menjawab pertanyaan itu dan langsung menutup telponnya.

2 bulan kemudian...

Hari ini bi Erni, pak Edy dan Eisha pindah ke Bandung. Tak ada yang tahu dimana rumah barunya Eisha selain sahabat-sahabatnya.

"Akhirnya beres juga ya non." Ucap bibi. 

" Iya ya bi akhirnya tempat tinggal baru kita sudah beres dan rapih." Ujar Eisha dengan senang.  

" Oh iya non sudah kasih tahu ibu dan bapa tentang alamat kita yg baru ini?". Tanya bibi sambil memberikan segelas es jeruk. 

" Udahlah gak usah ingat-ingat mereka lagi. Untuk apa kita memberi tahu alamat rumah ini? Toh mereka juga sudah tak perduli dengan Eis lagi. Bi Eis minta tolong sama bibi untuk tidak memberi tahu siapapun tentang alamat rumah ini dan satu lagi Eis mohon sama bibi dan pak Edy untuk tidak menyebut nama mereka ya bi." Ucap Eisha sambil memegang tangan bibi.

Keesokan paginya....

Drrrttt..... drrrttt.... Ponsel Eisha pun bergetar karena terdapat panggilan masuk dari kakak yang ia rindukan. " Halo, siapa ini? " Tanya Eisha dengan suara yang terdengar masih tertidur. 

" Heh kamu ini belum bangun juga, padahal disitu sudah pukul 9 kan? " Ucap kakaknya dengan suara yang sedikit keras karena adiknya yang bangun terlambat. 

" Iya iya maaf Eisha bangunnya telat. Ada apa kakak telpon pagi-pagi buta begini ?" Tanya Eisha yg mencoba mengalihkan pembicaraan agar tak dimarahi. 

" Pagi-pagi buta katamu? Sudah daftar kuliah?" Ucap sang kakak dengan sedikit kesal. 

" Kuliah? memangnya siapa yang mau kuliah?" Tanya Eisha yang kebingungan dengan ucapan sang kakak. 

" Astaga Eis, kamu ini ya bener-bener kelewatan. Sekarang juga kamu pergi dari tempat tidur, terus mandi setelah itu kamu berang ke kampus nanti kakak share lokasinya. Kakak tunggu di Universitas Pendidikan Indonesia." Perintah Edwin yang sangat kesal pada adik bungsunya itu.

 " Serius udah mandi langsung ke kampus, gak akan pake baju dulu gitu?" Jawab Eisha  dengan sedikit nyeleneh. " Ya terserahlah." Jawab kakaknya dengan ketus.

Beberapa jam kemudian, Eisha pun tiba di Universitas Pendidikan Indonesia. Eisha dan kakaknya yang baru pulang dari Jepang melakukan pendaftaran di universitas tersebut. Setelah itu mereka pun akhirnya pulang ke rumah barunya. " Edwin kamu sudah pulang ke Indonesia kan?". Suara yang dibenci Eisha terdengar dari telpon. 

" Iya ma Edwin sudah di Indonesia. Memangnya kenapa?" Ucap Edwin.

" Ini mama sama papa pulang tapi kok rumah sepi gak ada orang sama sekali pada kemana kalian?" Ujar ibunya sambil melihat-lihat kedalam. Mendengar hal itu Edwin pun memarahi Eis. 

" Eis, kamu gak kasih tahu alamat rumah ini?". Eis pun menjawab " ngapain juga ngasih tahu, mereka aja gak peduli sama keadaan Eis. Yang mereka peduliin itu hanya urusan kantor aja." Jawab Eis sambil berjalan menuju kamarnya.

Beberapa jam kemudian kedua orangtuanya datang ke rumah barunya. " Eisha kenapa sih kamu ini pindah kok gak bilang sama mama dan papa, bener-bener ya dasar anak yang gak tahu diuntung." Ucap mama dengan nada yang sangat tinggi. 

" Baru datang aja marahnya kayak gini, kita ini baru ketemu sekarang kan? baru ketemu aja langsung marah langsung emosi. Daripada kayak gini mending mama sama  papa itu gak usah pulang selamanya. Dan Eis gak mau ketemu mama sama papa lagi. " ucap Eis yg langsung masuk ke kamar dan menutup pintunya dengan keras.

" Kenapa dia Edwin kok malah dia yang marah kan harusnya papa dan mama yang marah." Tanya papa yang tak mengerti dengan sikap Eisha. Edwin pun menjelaskan bahwa adik bungsunya ini tidak mau jika orang tuanya terlalu sibuk dengan pekerjaannya dan melupakan kasih sayang pada anaknya. setelah mendengar penjelasan itu mereka meminta maaf kepada Eisha karena telah terlena dengan pekerjaannya dan melupakan anak bungsunya.

Namun, Eisha tidak bisa dengan mudah memaafkan orang tuanya butuh waktu berminggu-minggu untuk melupakan semua perilaku orang tuanya yang tidak pernah memperdulikan Eisha.

Setelah dibujuk oleh sahabat-sahabatnya, kakak kesayangannya, bibi dan pak Edy akhirnya Eisha memaafkan kesalahan orang tuanya. Akhirnya kini Eisha mendapatkan apa yang telah ia rindukan sejak lama, kini Eisha pun mendapatkan kasih sayang yang sebenarnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun