Mohon tunggu...
Wulandari Febrianti
Wulandari Febrianti Mohon Tunggu... Mahasiswa - be strong be brave

mahasiswi Bahasa dan Sastra Indonesia UPI Bandung dan senang musik

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kumpulan Puisi "Apa yang Diharapkan Rel Kereta Api" Moon Changgil, Menyusuri Tragedi dalam Naluri Puisi

16 Januari 2022   15:15 Diperbarui: 16 Januari 2022   15:26 1134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kumpulan puisi tersebut merangkum realitas sosial, politik, dan sejarah modern Korea. Buku terjemahan kumpulan puisi Apa yang Diharapkan Rel Kereta Api terdiri dari 58 puisi, dengan empat rangkuman yang tiap-tiap rangkuman berisi beberapa puisi dengan masing-masing tema yang tekandung di dalamnya.          

Berdasarkan strukturnya, puisi-puisi yang ada pada buku Apa yang Diharapkan Rel Kereta Api merupakan puisi yang ditulis penyair Moon dengan mengangkat perhatian pada masalah Korea yang bisa menjadi refleksi untuk masyarakat luar Korea meliputi tema-tema politik, keadilan, perdamaian, hak asasi manusia, lingkungan alam, masalah minoritas, tenaga kerja, dan unifikasi nasional. 

Lewat puisi-puisi yang dituliskan oleh Penyair Moon ada secercah usaha yang ia percaya bahwa dengan sastra dan tulisannya diharapkan menuntaskan segala permasalahan di korea. Tulisan ini menuntun kita dengan menyusuri tragedi dalam naluri tiap puisi Apa yang Diharapkan Rel Kereta Api, dibagi menjadi empat bagian dengan tajuk “Rangkuman”. 

Pada bagian Rangkuman 1, puisi terdiri dari 14 puisi. Diawali dengan Penduduk di Samyang-Dong dan diakhiri dengan puisi Tuan Ju, Penduduk Daerah Khusus. Dalam bagian ini, keseluruhan puisi mengangkat kisah-kisah pekerja kecil yang bernasib memprihatinkan, diterpa hidup yang keras, sengasara, dan suram. Penyair Moon menggambarkannya dengan tokoh ditiap puisi tersebut memiliki profesi sebagai petani, buruh, nelayan, pegawai serabutan. 

Adapula tokoh dengan sebutan nama seperti; Tuan Hwang, Bapak Gibyong, Tuan Kim, Tuan Ju, dan lain-lain atau tanpa menyebut nama dengan Ayah, Ibu, dan dia. Penggambaran nasib para tokoh melalui larik-larik puisi ditunjukkan dalam kehidupan, keluarga, cinta, masyarakat, dan perasaan individualnya. 

Secara garis besar, pada bagian Rangkuman 1 isi daripada puisi adalah untuk membangkitkan semangat masyarakat semangat bangsa Korea secara umum. Lewat puisi-puisi tersebut, dapat dirasakan ada sebuah kritik yang digagas penyair terhadap kondisi sosial-politik Korea (Aisyah, 2021).

Selanjutnya, Rangkuman 2.  Apa yang menjadi sorotan dalam bagian ini? Jika kita baca puisi-puisi mengisahkan sebuah penjelasan mengenai Perang Korea yang terjadi. Sebab pemisahan korea menjadi dua bagian yaitu Utara dan Selatan yang mengakibatkan adanya dua perbedaan ideologi komunis dan kapitalis. 

Tidak ada keinginan rakyat Korea atas pemisahan tanah air dan suku bangsa mereka yang telah bersatu namun akibat perang tersebut puluhan juta rakyat korea harus terkena imbasnya mejadikan akhir cerita tidak bahagia saling terpisah dengan keluarganya. 

Puisi-puisi yang dituliskan mengisahkan kepedihan bangsa akan pemisahan yang terjadi, perlakuan kejam yang diterima, dan luka-luka sosial yang diciptakan. Rangkuman 2 berisi 15 puisi dimulai dengan puisi Di Stasiun Woljeong-Ri, dan di akhiri dengan puisi Kepada Dia

Memasuki struktur makna puisi bagian Rangkuman 3, isi puisi mengangkat tema sosial-politik. Diantara puisi pada bagian ini, pembaca akan merasakan puisi-puisi yang menyangkut anutan (religi), kisah cinta, norma kehidupan, kisah alam, dan lain-lain. Penyair Moon melukis puisi-puisi dengan gagasan dan imajinasi yang mendominasi. 

Puisi menyangkut perasan personal atau individual yang menerpa kesepian. Kalimat-kalimat yang dituliskan bersambungan seperti narasi hal tersebut merupakan eksperimentasi yang dilakukan penyair (Aisyah, 2021)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun