Mohon tunggu...
Wulandari Febrianti
Wulandari Febrianti Mohon Tunggu... Mahasiswa - be strong be brave

mahasiswi Bahasa dan Sastra Indonesia UPI Bandung dan senang musik

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kumpulan Puisi "Apa yang Diharapkan Rel Kereta Api" Moon Changgil, Menyusuri Tragedi dalam Naluri Puisi

16 Januari 2022   15:15 Diperbarui: 16 Januari 2022   15:26 1134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: ebooks.gramedia.com

 

    

Judul Buku: Apa yang Diharapkan Rel Kereta Api

Penulis: Moon Changgil

Penerjemah : Kim Young Soo, Nenden Lilis Aisyah

Penerbit: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia), Jakarta

Bulan dan Tahun Terbit: Desember, 2021 (Edisi Digital)

Jumlah Halaman: 116+ x hlm.

MENYUSURI TRAGEDI DALAM NALURI PUISI 

Oleh Wulandari Febrianti

Apa yang diharapkan rel kereta apiSebuah pertanyaan yang disiratkan lewat pernyataan oleh Moon Changgil seorang sastrawan Korea Selatan yang mencurahkan segala usaha untuk menuntaskan ketimpangan lewat ciptaan karyanya. Moon Changgil merupakan sosok sastrawan (dikategorikan) angkatan 80-an pada dunia sastra korea. 

Apa yang Diharapkan Rel Kereta Api adalah sebuah kumpulan puisi yang disadur ke dalam bahasa Indonesia. Judul dalam bahasa Korea yakni Cholgili Hwimanghanuh Koteun yang pada tahun 2001 kumpulan puisi tersebut menerima dana kreasi karya dari Institut Pengembangan Kebudayaan dan Kesenian Korea.

Moon Changgil lahir di Gimje, Provinsi Jeolla Utara, Korea Selatan. Sudah melahirkan banyak karya berupa kumpulan puisi yakni salah satunya Amanat Kemerdekaan Negara Utara (Bulguk Dokrip Seoshin) juga menerima dana bantuan dari Yayasan Kebudayaan Kyonggi (2019). 

Selain dalam kumpulan puisi tunggal, puisi-puisi Moon Changgil pun terbit dalam antologi bersama, antara lain Di Ujung Mata Ikan (Mulkogi Kyotmun Soke Deun). Moon Changgil bergabung di Komunitas Sastra Buruh Guro dan pada 1984-1990 di bagian sastra Persatuan Pemuda Perusahaan Demokratisasi.

 Lahirnya Apa yang Diharapkan Rel Kereta Api merupakan sebuah kumpulan puisi penulis korea asli yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Proses penerjemahan kumpulan puisi tersebut dilakukan oleh Kim Young Soo dan Nenden Lilis Aisyah. Kim Young Soo berperan sebagai penerjermah karya-karya Moon Changgil dan bertindak sebagai penyambung lidah antara Korea dan Indonesia. 

Dilengkapi dan didukung Nenden Lilis Aisyah maka kumpulan puisi Apa yang Diharapkan Rel Kereta Api dijadikan sebagai kesempatan untuk memperkenalkan karya sastra Korea kepada pembaca Indonesia.

Kim Young Soo, pria berdarah Seoul, Korea yang telah menyelesaikan studi S1 di Jurusan Bahasa Malay-Indonesia HUFS (Hankuk University of Foreign Studies). Melanjutkan studi S2 yang ia tamatkan di Program Kesusastraan Modern Indonesia (khususnya menyorot karya Pramoedya Ananta Toer) HUFS. Adapun program S3 berhasil dituntaskan di jurusan Sastra Bandingan HUFS, dengan disertasi berjudul A Study on Chairil Anwars’s Poems wih Postcolonialistic View

Kemahiran bahasa Indonesia yang sudah dikuasi Kim Young Soo mengajak dirinya untuk menciptakan beberapa tulisan berupa buku terjemahan Korea Indonesia. Ia pernah menjabat sebagai kepala siaran Bahasa Indonesia, Siaran Internasional, KBS (Korean Broadcasting System) selama 30 tahun, dan kini berpusisi sebagai anggota Changjak 21.

Disempurnakan dengan Nenden Lilis Aisyah, Apa yang Diharapkan Rel Kereta Api sudah bisa dinikmati oleh para pembaca Indonesia. Nenden Lilis Aisyah, sosok wanita berdarah Garut, Jawa Barat Indonesia. Berkecimpung di dunia sastra dengan menulis sajak, cerpen, dan esai yang dimuat di berbagai media massa nasional hingga internasional. 

Sejumlah karyanya terbit dalam berbagai antologi Kanon Sastra Indonesia. Memiliki banyak karya dan prestasi yang memungkinkan Nenden sering diundang untuk membacakan karyanya dan menjadi pembicara dalam event sastra. 

Selain menciptakan sebuah karya, Nenden Lilis Aisyah turus serta menerjermahkan karya sastra mancanegara salah satunya ialah yang dijadikan objek dalam tulisan ini yakni Apa yang Diharapkan Rel Kereta Api dan kini Beliau menadi dosen di UPI Bandung.

Diciptakan oleh penulis yang luar biasa begitu juga dengan hasil terjemahan yang sangat apik, Apa yang Diharapkan Rel Kereta Api menjadi sebuah kumpulan puisi Korea yang bisa dinikmati oleh para pembaca Indonesia. Apa yang Diharapkan Rel Kereta Api mengangkat kisah masa silam Korea yang mampu menambah wawasan terkait sejarah dunia. 

Kumpulan puisi tersebut merangkum realitas sosial, politik, dan sejarah modern Korea. Buku terjemahan kumpulan puisi Apa yang Diharapkan Rel Kereta Api terdiri dari 58 puisi, dengan empat rangkuman yang tiap-tiap rangkuman berisi beberapa puisi dengan masing-masing tema yang tekandung di dalamnya.          

Berdasarkan strukturnya, puisi-puisi yang ada pada buku Apa yang Diharapkan Rel Kereta Api merupakan puisi yang ditulis penyair Moon dengan mengangkat perhatian pada masalah Korea yang bisa menjadi refleksi untuk masyarakat luar Korea meliputi tema-tema politik, keadilan, perdamaian, hak asasi manusia, lingkungan alam, masalah minoritas, tenaga kerja, dan unifikasi nasional. 

Lewat puisi-puisi yang dituliskan oleh Penyair Moon ada secercah usaha yang ia percaya bahwa dengan sastra dan tulisannya diharapkan menuntaskan segala permasalahan di korea. Tulisan ini menuntun kita dengan menyusuri tragedi dalam naluri tiap puisi Apa yang Diharapkan Rel Kereta Api, dibagi menjadi empat bagian dengan tajuk “Rangkuman”. 

Pada bagian Rangkuman 1, puisi terdiri dari 14 puisi. Diawali dengan Penduduk di Samyang-Dong dan diakhiri dengan puisi Tuan Ju, Penduduk Daerah Khusus. Dalam bagian ini, keseluruhan puisi mengangkat kisah-kisah pekerja kecil yang bernasib memprihatinkan, diterpa hidup yang keras, sengasara, dan suram. Penyair Moon menggambarkannya dengan tokoh ditiap puisi tersebut memiliki profesi sebagai petani, buruh, nelayan, pegawai serabutan. 

Adapula tokoh dengan sebutan nama seperti; Tuan Hwang, Bapak Gibyong, Tuan Kim, Tuan Ju, dan lain-lain atau tanpa menyebut nama dengan Ayah, Ibu, dan dia. Penggambaran nasib para tokoh melalui larik-larik puisi ditunjukkan dalam kehidupan, keluarga, cinta, masyarakat, dan perasaan individualnya. 

Secara garis besar, pada bagian Rangkuman 1 isi daripada puisi adalah untuk membangkitkan semangat masyarakat semangat bangsa Korea secara umum. Lewat puisi-puisi tersebut, dapat dirasakan ada sebuah kritik yang digagas penyair terhadap kondisi sosial-politik Korea (Aisyah, 2021).

Selanjutnya, Rangkuman 2.  Apa yang menjadi sorotan dalam bagian ini? Jika kita baca puisi-puisi mengisahkan sebuah penjelasan mengenai Perang Korea yang terjadi. Sebab pemisahan korea menjadi dua bagian yaitu Utara dan Selatan yang mengakibatkan adanya dua perbedaan ideologi komunis dan kapitalis. 

Tidak ada keinginan rakyat Korea atas pemisahan tanah air dan suku bangsa mereka yang telah bersatu namun akibat perang tersebut puluhan juta rakyat korea harus terkena imbasnya mejadikan akhir cerita tidak bahagia saling terpisah dengan keluarganya. 

Puisi-puisi yang dituliskan mengisahkan kepedihan bangsa akan pemisahan yang terjadi, perlakuan kejam yang diterima, dan luka-luka sosial yang diciptakan. Rangkuman 2 berisi 15 puisi dimulai dengan puisi Di Stasiun Woljeong-Ri, dan di akhiri dengan puisi Kepada Dia

Memasuki struktur makna puisi bagian Rangkuman 3, isi puisi mengangkat tema sosial-politik. Diantara puisi pada bagian ini, pembaca akan merasakan puisi-puisi yang menyangkut anutan (religi), kisah cinta, norma kehidupan, kisah alam, dan lain-lain. Penyair Moon melukis puisi-puisi dengan gagasan dan imajinasi yang mendominasi. 

Puisi menyangkut perasan personal atau individual yang menerpa kesepian. Kalimat-kalimat yang dituliskan bersambungan seperti narasi hal tersebut merupakan eksperimentasi yang dilakukan penyair (Aisyah, 2021)

Tidak jauh berbeda dengan bagian sebelumnya, begitu pula puisi-puisi yang ada pada Rangkuman 4 yakni bagian akhir dari kumpulan puisi Moon Changgil Apa yang Diharapkan Rel Kereta Api. Bentuk puisi memiliki bentuk bait dan juga seperti narasi yang sedang menceritakan suatu peristiwa. 

Tema yang diangkat mengisahkan kehidupan sosial politik pada masanya. Terdapat 14 puisi dalam Rangkuman 4. Keseluruhan puisi memiliki warna sendiri untuk dinikmati para pembaca karena terdapat perasaan tersendiri yang berbeda dari puisi-puisi sosial dan sejarah lainnya.

Setelah menelaah lebih dalam, puisi-puisi yang ditulis penyair Moon  memiliki gambaran apa yang terjadi dan kisah-kisah masa silam Korea. 

Dalam catatan penutup yang ditulis oleh Nenden Lilis Aisyah, Kumpulan puisi Apa yang Diharapkan Rel Kereta Api dihiasi dengan jenis puisi suasana, yakni suasana alam Korea dengan penyajian melalui perenungan dan sudut pandang penyair yang memperkaya wawasan para pembaca akan semangat memperjuangkan nilai-nilai kehidupan bangsa tersebut. 

Puisi-puisi dalam kumpulan puisi tersebut memiliki makna daya juang dan motivasi untuk bertahan, bagaimana yang dialami oleh masyarakat Korea terkait perjuangan akan  kekejaman yang menuntut banyak tragedi di dalamnya.

Buku terjemahan Kumpulan Puisi Karya Moon Changgil yang berjudul Apa yang Diharapkan Rel Kereta Api secara judul memiliki citra yang sangat unik dan cukup menarik perhatian lebih khususnya para pecinta puisi. 

Buku kumpulan puisi ini sangat memberi wawasan intelektual yang sangat luar biasa kepada para pembacanya terlebih Indonesia, harus memiliki apresiasi yang lebih terhadap para penerjemah yang sudah sangat apik dalam menerjemahkan untaian-untaian kata menjadi sebuah puisi yang membuka naluri. 

Lewat kumpulan puisi ini, dapat memberi celah baru mengenai pandangan kesusastraan dan lebih menarik peminatnya karena sangat berilmu.

Tidak hanya berbentuk cetakan buku tebal yang bisa digenggam, kini Apa yang Diharapkan Rel Kereta Api sudah mengikuti era teknologi yang pesat hingga menyajikan dengan bentuk buku digital yang bisa diakses di mana dan kapan pun terkait manusia seiring perkembangan zaman tidak lepas dari gawai yang digenggam. 

Pembelian buku bisa melalui toko buku online seperti Gramedia atau Google Play Book. Dengan demikian, pada era teknologi informasi yang lebih sering menarik masyarakat ke hal-hal yang serba praktis, lahirnya buku digital bisa menjadi jalan masyarakat untuk mulai mendekatkan diri kepada sastra, termasuk puisi.

Dari segi bahasa puisi memang memiliki keelitan tersendiri. Sorotan yang lebih ditujukan kepada gaya terjemahan yang dilakukan sangat membantu para pembaca khususnya yang baru bergelut di bidang puisi karena dari segi isi, buku dilengkapi dengan catatan penutup tulisan Nenden Lilis Aisyah yang sangat memudahkan para pembaca untuk menelaah lebih jauh akan makna yang tersirat dari tiap-tiap puisi yang ditulis. Baik dari segi pencipta dan penerjemah, keduanya sangat berkontribusi melestarikan kesusastraan dunia dan membuka jendela baru bagi akademisi sastra maupun non (pecinta sastra).

Setelah menyusuri tragedi dalam naluri puisi yang diciptakan oleh Moon Changgil, ada pandangan baru terkait kelamnya kehidupan namun disisipi dengan sebuah harapan. Teuruntuk korban sejarah, buku ini dituliskan untuk membangkitkan kembali mereka yang mengalami penderitaan, kesengsaraan, dan kekerasan. 

Sejalan dengan pendapat Nenden Lilis Aisyah dalam catatan penutup bahwa tema-tema dalam buku ini akan menyadarkan dan memberi renungan untuk lebih peka dalam segi kemanusiaan. Bagai menaklukan puncak gunung, mimpi penduduk Samyang-dong yang mentah, akhirnya akan mekar menjadi bunga yang indah (hlm. 2).

 

wulandariif@upi.edu

Referensi:

Changgil, Moon. (2021). Kumpulan Puisi Apa yang Diharapkan Rel Kereta Api. Jakarta: Kepustakaan Gramedia Populer. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun