Mohon tunggu...
wahyu triatno
wahyu triatno Mohon Tunggu... Pencari nafkah keluarga -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sang Maestro

5 Februari 2018   19:52 Diperbarui: 5 Februari 2018   20:08 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Boy dan Ponakan-ponakannya." Jawab Kica.

Baim mengangguk saja walaupun tampangnya nggak ada yang mirip.

"Ceritanya  panjang. Jangan kuatir. Cuma pengecut-pengecut manja dan keras kepala  yang beraninya sama perempuan atau main keroyokan." Terang Kica lagi.

"Boleh gue bantu?" Baim menduga pertarungannya tidak akan seimbang. 10 lawan 1.

"Thanks.  Gue biasa sendiri." Jawab Kica. Walaupun ia sendiri nggak yakin bisa  memenangi yang satu ini. Tapi pantang melangkah mundur bagi Kica.

Baim  menghela nafas. "Gue nggak bisa cuma nonton doang." 10 lawan 1. nggak  adil. "Paling ngga, bisa jadi hiburan karena kita nggak jadi berantem."  Baim berseloroh.

"Thanks." Jawab Kica singkat. Bersama Baim, ada peluang untuk menang.
Setelah  mengepalkan tangan dan mengeraskan rahang, Kica dan Baim melangkah  maju. Pertahanan terbaik adalah menyerang kata Baim. Kica nggak bilang  nggak setuju. Kica dan Baim melayangkan pukulannya. Menerjang lawan  duluan. Jika kita berhitung, pertempuran tetap tidak berimbang. Tapi mereka kalah nyali. Kica beringas, Baim bernas. Kica tanpa ampun, Baim  raja tega. The Dynamite Duo. Penumpas Kejahatan dan Penegak Keadilan. Debu berterbangan dan meliuk-liuk sambil menarikan aura perang.

+++

"Nak.  Kapan kamu mau insaf, Ca." Tanya Mama Kica saat reda kepanikannya  sewaktu Kica pulang beberapa hari lalu. Penuh debu, kotor dan lebam.  

"Insaf  apa, Ma? Memang apa yang Kica lakukan salah?" Jawab Kica. Secara ajaib  Kica sembuh. Padahal lukanya cukup parah. Sekarang yang tersisa tinggal  ruam-ruam yang mulai memudar. "Mama nggak kasian sama teman-teman Kica  yang banyak tertekan, di perlakukan tidak adil dan dikesampingkan?" Tapi  Kica puas dengan apa yang dia perbuat. "Lebih kuatir mana sama sekolah  yang penuh narkoba, obat-obatan dan siswa-siswa yang belaga jadi preman?  Pilih mana Ma?"

Mama Kica mengelus dada melihat Kica yang keras  kepala. "Tapi Kica, tugas kamu khan belajar, Nak. Biar hal-hal itu  diurus sama sekolah."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun