Mohon tunggu...
The Writer
The Writer Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Senja di Cafetaria

27 Januari 2016   20:06 Diperbarui: 27 Januari 2016   20:40 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Iya Pak Hakim, saya mengambil 2 gas di toko itu”. Mak Ratmi terus menjawab pertanyaan-pertanyaan tanpa memberikan alibi.

Hilman yang semula hanya diam akhirnya bersuara “Apakah saudari sejak awal berencana mencuri?”

“Saya tidak merencakannya Pak Hakim. Ide itu muncul tiba-tiba”

“Kenapa saudari tiba-tiba ingin mencuri?” Hilman mendalami jawaban terdakwa.

Mak Ratmi diam sejenak. Suasana ruang sidang menjadi hening. “Saya butuh modal Pak Hakim”.

“Modal untuk apa?” Tanya Hilman sambil mengerutkan dahi.

“Saya pedagang kue lepek binti”.  Lanjut Mak Ratmi.

“Lalu?” tanya Hilman yang masih belum memahami keterkaitan antara jawaban terdakwa dengan pertanyaan yang diajukan.

“Sejak 2 hari sebelum mengambil tabung gas itu, saya tidak berjualan. Gak punya modal”.

Mak Ratmi meneruskan jawabannya “Modal jualan, saya berikan ke tukang kredit. Sudah satu minggu saya tidak mampu bayar angsuran kredit. Biasanya suami yang bayar tapi sekarang lagi sakit. Dia tertimpa tangga saat bekerja sebagai kuli bangunan”

Hilman menyimak pernyataan terdakwa dengan teliti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun