Maka jaringan pergaulan lelaki itu terus semakin melebar. Dia pun berpindah-pindah tempat kerja untuk meraih posisi yang semakin tinggi. Dan tentu saja gaji yang tinggi pula.
Dia pun sudah terbiasa memperkenalkan dirinya sebagai " Herly". Nama milik adiknya. Namanya "Heri" perlahan mulai luntur dalam ingatannya. Bahkan terkadang dia kagok menyebut namanya kala berbicara dengan sang ayah. Heri sang bekas narapidana kini telah benar-benar bermetamorfosa menjadi Herly seorang eksekutif muda.
***
Suatu ketika perusahaan property tempat lelaki itu bekerja dibuat bingung dengan ulah gerombolan preman terorganisir yang mengganggu proyek pembangunan sebuah pusat perbelanjaan. Terpercik ide dalam otak lelaki itu.Â
Dia lantas menemui pimpinan perusahaan dan menyatakan sanggup menjinakkan para preman itu dengan kompensasi jabatan dan gaji yang jauh lebih tinggi . Tawaran yang sempat membuat para pimpinan perusahaan tertawa.Â
Tapi setelah lelaki itu mempresentasikan sebagian rencananya, maka tawaran itu menjadi sulit ditolak bagi pimpinan perusahaan tersebut. Sebelum lelaki itu diizinkan bergerak, atasannya menyodorkan selembar surat pernyataan, sambil berkata, " Perusahaan tak ingin bertanggungjawab jika kamu celaka. Jika terjadi anarkisme jangan bawa nama perusahaan apalagi namaku."
Tanpa harus berpikir panjang, lelaki itu menandatanganinya. Baginya puncak kesuksesan adalah segalanya. Dan kesempatan kini ada di depan mata.
Maka perjudian terbesar dalam hidupnya kini dimulai. Lelaki itu bergerak bersama jaringannya. Preman-preman jalanan yang selama ini dia kenal menjadi pendukung langkahnya. Sejumlah aparat yang selama ini dia akrabi, disiapkan sebagai senjata pamungkas. Kemudian jaring dia tebar bersama umpan. Saat umpan dimakan sang lawan, justru lelaki itu dengan merendah menemui pimpinan gerombolan preman. Menawarkan sejumlah pekerjaan.Â
Menawarkan kehangatan persahabatan. Maka tak butuh waktu terlalu lama kesepakatan pun tercapai. Lelaki itu lantas menghadap pimpinannya dengan membawa kemenangan. Nama lelaki itu pun diam-diam menjulang di kalangan pengusaha. Kini kesuksesan telah diraihnya.
***
Dengan gemerlap dunia yang ada dalam genggaman, tak ada lagi halangan bagi lelaki itu untuk kembali pulang. Untuk kembali bisa medekap erat anak kesayangannya. Untuk membuat ayahnya kembali bangga. Maka ketika libur panjang  tiba, lelaki itu-dengan segala kemegahannya- mendatangi rumah mantan istrinya. Untuk memadamkan kerinduan pada anaknya yang menyala-nyala. Namun hanya kekecewaan yang dia dapati.