Mohon tunggu...
wood street
wood street Mohon Tunggu... Akuntan - From Neverland

Pemimpi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Yang Terlupakan

16 September 2023   22:22 Diperbarui: 16 September 2023   22:26 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

" Tinggal disini, kakak bisa juga bahagia. Seperti aku. "

" Ayah tak mungin bangga jika aku tinggal disini, " ucap sang kakak lirih tapi menghujam.

Kini tak ada kalimat lain yang bisa diucapkan dari mulut sang adik sebab Sang Ayah tak pernah setuju dengan jalan hidupnya.

" Petani-petani bodoh itu tak butuh orang sepintar kau ! " Kalimat dari sang ayah masih teriang-ngiang di telinganya.

Akhirnya sang adik menyerahkan semua dokumen yang diminta sang kakak, sembari berucap, " Tempat ini selalu terbuka untuk kakak. "

***

Disebuah kota besar yang ada diseberang pulau, lelaki itu memulai hidup baru. Dengan identitas baru, dia mulai melamar kerja. Tak mudah mendapatkan kerja walau berbekal ijazah dengan nilai memuaskan. Tapi tak juga sulit, bagi mereka yang pantang menyerah dan mau bekerja keras. Pekerjaan rendahan dengan gaji kecil, akhirnya dia peroleh.

Berbekal pengalaman kerjanya di masa lalu, lelaki itu dapat melaksanakan seluruh pekerjaannya dengan sangat baik. Atasannya pun sangat puas. Berbekal tekadnya untuk kembali sukses, lelaki itu pun mulai merangkak ke atas walau perlahan.

Dengan bangga dia mengirimkan buah tangan dan surat kepada ayahnya. Kini sang ayah tersenyum bahagia kala lelaki itu menelepon berkirim khabar.

Dengan bangga lelaki itu mengirimkan surat dan hadiah kepada anaknya. Kepada mantan istrinya dia berjanji akan rutin mengirim uang untuk membiayai sekolah anaknya.

Sedikit kebanggaan telah membuatnya semakin percaya diri. Lelaki itu mulai membangun jaringan pergaulan. Ini tak sulit. Penjara telah mengajarkan dia cara bergaul dengan beragam orang. Dari orang kaya, pejabat hingga penjahat kelas teri. Dari orang licik dan serakah hingga orang yang tertindas tanpa bisa berbuat apa-apa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun