"Tepat, Suster,"
sahut Watik.
"Dengan saya
berbeda satu tahun. Saya lulus tahun sembilan
lima"
"Bagaimana Suster
masuk biara......" Buru-buru Watik menutup mulut dengan jemari tangannya.
"Mengapa?" tanya
Maria penuh simpatik dan tersenyum.
"Maaf Suster,
saya lancang bertanya," kata Watik pelan.
"Justru itu... maka
sekarang saya mengajak ngobrol kamu
di sini."
"Jadi... Suster
tidak tersinggung?" tanya Watik malu-malu.
"Ha! Tersinggung? Masa.. seorang Suster dikit-dikit tersinggung. Ya bukannya tidak boleh atau tidak bisa,
tapi apa alasannya dan apa manfaatnya? Tidak apa-apa!" Maria tersenyum pada
Watik.
Watik terkagum
oleh perkataan Maria yang melegakan hatinya itu. "Biarpun masih muda, suster ini begitu menghayati kesusterannya," pikirnya.
"Umur kita
rasanya tidak terpaut jauh, Tik" ujar Maria karena Watik tidak bersuara, lalu
melanjutkan, "Watik lahir tahun berapa?"
"Tahun 1978,
Suster," jawab Watik sambil berkata dalam hati, "aneh, tanya umur segala."