"Oh."
"Yang benar 56 kali". Laki laki tua bersemangat.Â
Tapi di atas puing-puing itu bukan hanya mereka berdua.
"57 kali", ada suara orang dari kejauhan.
"61 kali", terdengar suara dari arah lain.
"71 kali", suara yang lebih kencang.
Tempat itu jadi agak riuh. Orang-orang seperti memperdebatkan sesuatu yang kurang mereka mengerti.
"Tetapi untuk apa gambar itu?" Tanya laki-laki tua.
"Aku mau namanya saja. Dan tanggal-tanggal. Bu Guru sudah berpesan."
"Tidak ada tanggal. Itu hanya foto. Tidak biasa di foto ada tanggalnya. Kecuali foto wisuda atau foto kenang-kenangan."
Diintipnya lagi sela-sela reruntuhan. Ia menarik sebuah benda tipis dari bawah selembar seng berkarat. Diusap-usapnya. Ditiupnya. Ditiupnya lagi. Ia menoleh ke kanan dan kiri. Ada seonggok kain lusuh tak jauh dari tempatnya berdiri. Berjingkat-jingkat diantara paku-paku bekas ia mengambil kain lusuh itu.Â