Adanya pembatasan sosial berskala besar dan ditutupnya akses keluar masuk Indonesia, menyebabkan penurunan pendapatan negara di sektor pariwisata sebesar Rp 20,7 miliar. Dampak pandemi COVID-19 pada sektor pariwisata Indonesia juga terlihat dari pengurangan jam kerja.Â
Sekitar 12,91 juta orang di sektor pariwisata mengalami pengurangan jam kerja, dan 939 ribu orang di sektor pariwisata sementara tidak bekerja. Pandemi COVID-19 juga berdampak langsung pada berbagai lapangan pekerjaan di sektor pariwisata. Menurut data BPS 2020, sekitar 409 ribu tenaga kerja di sektor pariwisata kehilangan pekerjaan akibat pandemi COVID-19.
Berbagai upaya dilakukan untuk menyelamatkan pariwisata Indonesia. Ada tiga fase penyelamatan yang dilakukan pemerintah melalui Kemenparekraf, yaitu Tanggap Darurat, Pemulihan, dan Normalisasi. Kunci utama sektor pariwisata agar dapat bertahan di tengah pandemi adalah memiliki kemampuan adaptasi, inovasi, dan kolaborasi yang baik. Pasalnya, saat ini pelaku masyarakat mulai berubah dan dibarengi dengan trend pariwisata yang telah bergeser.Â
Melihat peluang ini, sejumlah rumah sakit di Bali mulai serius menggarap pasar wisata medis dengan mendirikan Bali Medical Tourism Association atau BMTA yang beranggotakan 17 rumah sakit dan klinik bertaraf internasional.Â
Medical Tourism atau Wisata Medis atau Wisata Kesehatan adalah suatu konsep baru di bidang medis yang diprediksi akan menjadi lifestyle dan mempunyai potensi besar. Medical tourism adalah perjalanan seseorang ke luar negeri untuk tujuan mendapatan perawatan kesehatan baik general check up, treatment maupun rehabilitasi.Â
Dalam industri kesehatan, pasien akan lebih cenderung mencari pelayanaan yang aman, nyaman dan berkualitas. Pencarian pelayanan kesehatan lintas negara sudah menjadi trend saat ini. Pasien dari negara berkembang mencari pelayanan medis ke negara maju biasanya untuk mendapatkan kualitas pelayanan yang lebih berteknologi tinggi.Â
Sedangkan pasien yang datang dari negara maju menuju ke negara berkembang biasanya mencari pelayanan kesehatan yang lebih ekonomis dan cepat. Mereka cenderung mencari pengobatan ke luar negaranya karena waktu tunggu yang lama untuk tindakan tertentu dan mahalnya biaya dari negara asal mereka.Â
Bak gayung bersambut, pada tanggal 27 Desember 2021 yang baru lalu Presiden Joko Widodo telah melakukan peletakan batu pertama atau groundbreaking Rumah Sakit Internasional Bali yang terletak di Kawasan Wisata Sanur, Kota Denpasar, Provinsi Bali. Sanur adalah daerah pesisir dan resort populer di selatan Bali.Â
Ada 41 hektar lahan yang telah siap dikembangkan, ada 21,2 hektar lahan akan dialokasikan untuk membangun pusat wisata kesehatan dengan berbagai fasilitas, termasuk rumah sakit internasional, ecopark, area komersial, pasar seni, hotel, dan sekolah perhotelan.Â
Dengan adanya rumah sakit tersebut diharapkan warga negara Indonesia (WNI) tak akan lagi berobat ke luar negeri. Kurang lebih 2 juta warga negara Indonesia telah pergi ke luar negeri untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
Menurut Medical Departures, sebenarnya beberapa waktu lalu telah terjadi investasi besar terhadap dunia pariwisata medis di wilayah yang mendapat sebutan sebagai The Island of God ini. Contohnya saja Bali Mandara Hospital, Sanur yang telah mendapatkan anggaran tahunan provinsi sebesar 19 juta dolar Australia atau setara dengan hampir Rp 190 miliar.Â