Mohon tunggu...
Wiwin
Wiwin Mohon Tunggu... Lainnya - simple

saya seorang ibu

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Semisal dan Mungkin

5 Agustus 2022   05:14 Diperbarui: 5 Agustus 2022   05:24 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Satu kata yang saat ini tersirat dalam pikiran 

semisal 

hari ini aku tidak over thinking

aku mampu mengendalikan kata dan attitude

mungkin 

tidak akan seperti ini

tapi aku bukan insan sempurna 

tak mampu mengontrol di titik ini 

ada rasa emosi yang tertimbun karena terkumpul oleh kekecewaan yang terlalu menumpuk

lagi-lagi aku tidak bisa mengontrol

Yang terjadi

Nasi sudah menjadi bubur

kata petuah dari satu pribahasa

lagi-lagi tersurat 

baiklah ini tahap pembelajaran hidupku tertunduk lagi aku dan menyesali

sebaris kata saat sudah melafalkan tanpa kontrol 

akan menjebak benteng yang sudah kita bangun diseribu tatanan waktu

lalu apa yang harus dilakukan untuk membongkar

ketika  tubuh tertimbun bukit

saat itu kosong dan dilema yang menjelma

kepada siapa bertanya dan mengharap 

bukan untuk membela tetapi memberikan satu petuah

kemana waktu menggiring

harapan satu insan saja mampu mengemas hati yang terluka

Semisal satu tangan menggapai dan mengulurkan ini menyelamatkan 

ini akan memberikan secercah  asa pada insan itu dan memberikan hidup baru

walau kepalan tangan mengancam

menyalahkan 

menistakan

menghardik

karena nila telah menetes di susu sebelangga

merusak kepercayaan 

menghapus kearifan 

sepertikah  ini punishment 

menyalahkan yang dilontarkan

bila satu hati tidak mampu mengemas

dengan kesendiriannya 

mungkin yang terjadi keputus asaan dan menistakan lagi lebih dalam hidupnya

siapa kah yang sebenarnya merusak sifat kemurnian warna putih di sifat susu sebelangga 

padahal bulan saja akan memberikan cahayanya pada malam hari 

dan mampukah dia meyibak lagi 

mungkin 

hari ini 

seperti kemarin terjaga dalam perasaan hampa dan ketakutan

sepi dilorong kegelapan 

celah sinar yang menerobos dalam ruang selalu ditunggu saban waktu 

siapakah dia

maukah dia

dimana mereka 

hati murni dan mulia yang memberikan hati insan ini

menghiba kata yang saat tersirat 

berat ujian ini dari-Mu

ampuni dari khilaf  salah 

lindungi kami selalu dari rasa putus asa 

dikidung doa yang ditengadahkan 

bila saat ini sakit yang menusuk dalam kalbu 

semoga ini menjadai penawar dosaku

di titik inilah saat ini yang mampu aku simpulkan dan harus aku perankan

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun