Saat itu dari bukit Safa Hajar melihat seperti air di bukit Marwah. Hajar pun menghampirinya. Ternyata hanya fatamorgana. Kemudian dari bukit Marwah Hajar juga melihat seperti air di bukit Safa. Hajar kemudian menghampirinya. Sama saja, itu hanya fatamorgana.
Begitulah, Hajar bolak balik dari bukit Safa ke bukit Marwah dan dari bukit Marwah ke bukit Safa selama tujuh kali. Padahal jarak dari bukit Safa ke bukit Marwah sekira 500 meter. Berarti saat itu Hajar berlari-lari kecil di bukit yang gersang nan panas sejauh 3,5 kilometer.
Tak terbayang bagaimana perjuangan dan kerja keras Hajar saat itu. Setelah berjuang keras, Tuhan akhirnya memberikan air yang sangat dibutuhkan Hajar dan bayinya Ismail. Air yang diberikan itu memancar dari hentakan kaki bayi mungil Ismail. Itulah air zam-zam yang abadi sampai saat ini.
Sa'i dengan demikian merupakn simbol perjuangan dan kerja keras. Keberhasilan akan datang setelah berjuang dan kerja keras. Oleh karena itu kita tidak boleh berleha-leha, atau bermalas-malasan dalam menjalani kehidupan ini. Kita harus senantiasa pantang menyerah.
Kemudian dalam ibadah haji ada ritual yang tidak boleh dilewatkan oleh mereka yang sedang berhaji. Ritual itu adalah wukuf  di Padang Arafah.
Semua jamaah haji dari seluruh dunia harus hadir dan berkumpul di Padang Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah. Mereka berbaur satu sama lain. Tak ada sekat lagi diantara mereka.
Tak ada pejabat atau rakyat biasa. Tak ada lagi orang kaya atau orang tak berpunya. Tak ada lagi orang terkenal atau tidak terkenal. Dan lain-lain. Semua berbaur dalam satu tempat dan kondisi yang sama di bawah terik panas matahari yang menyengat.
Wukuf di Arafah dengan demikian memiliki makna simbolik sebagai simbol persaudaraan dan persatuan antar manusia dari seluruh dunia. Wukuf di Arafah juga bisa dimaknai sebagai bentuk ajaran Islam tentang egalitarianisme antar sesama manusia.
Ajaran Islam tentang egalitarianisme dalam ibadah haji, terutama ketika melaksanakan wukuf di Arafah juga sangat jelas terlihat secara kasat mata dalam simbol pakaian yang dikenakan oleh para jamaah haji. Semua jamaah haji yang sedang melakukan wukuf tanpa kecuali, siapa pun dia harus mengenakan dua lembar kain putih tak berjahit. Itulah pakaian ihram.
Pakaian kebesaran dan berharga mahal yang biasa dikenakan di tempat asal harus ditanggalkan dan tidak berlaku ketika melaksanakan wukuf di Arafah. Baik itu pakaian presiden, pakaian jenderal, pakaian kepala daerah, pakaian anggota DPR, pakaian artis, pakaian tokoh agama, dan lain-lain semua harus ditanggalkan. Status sosial tidak berlaku di sana.
Pakaian ihram seolah-olah mengingatkan bahwa sejatinya manusia itu sama. Tidak ada orang yang status sosialnya lebih tinggi atau lebih rendah. Semua manusia memiliki derajat yang sama.