Sontak Bella melepaskan rangkulan sang Ibu, mencium kedua pipi wanita yang sangat Ia sayangi, membisikkan kata "Don't worry, Mom! I'll be okay!" ke telinga sang Bunda, berlari menuju teras, lalu menstarter motor Beatnya dengan kencang.
"Beeell! Bellaaaa!!! Jangan pergiii..." Mitha berusaha meraih bungsunya, namun tak berhasil.
"Viiinn!! Keviiinnn!! Turuun!! Adikmu kabur!!" teriak Mitha tergopoh-gopoh menaiki anak tangga.
Ditinggal oleh anak rasanya jauh lebih sakit daripada dikhianati pasangan. Sudah kebal ia dengan kelakuan suaminya. Jika bukan karena mempertimbangkan perasaan anak-anaknya, sudah lama ia meninggalkan Ferry, si pria hidung belang.
Sepuluh anak tangga sudah ditapakinya, namun Kevin tak kunjung nampak di hadapannya.
"Brakk!" Mitha mendorong pintu kamar Kevin dengan sangat kencang. Kamar itu sepi, tak ada penghuninya.
Di bawah sana, Ferry masih saja berdiri kaku. Pandangannya kosong. Ia tak mengira kalau putri satu-satunya yang sangat dekat dengannya kini meninggalkannya dengan perasaan marah dan kecewa.
"Assalamualaikum!" suara keras dari luar pagar menyadarkan Ferry.
"Waalaikumsalam" jawab Ferry cepat menuju sumber suara tersebut.
"Pak Ferry! Gawat!! Bella kecelakaan!!" teriak Salim dengan sangat keras, saking kerasanya sampai terdengar dari lantai dua.
"Ya Allah, Bella!!" teriak Mitha histeris.