"Ayah lagi ada dimana? Lagi gak sama nenek lampir kan?"
"Ayah... "
"Ayaaahhh!!!" ucap wanita yang bernama Sundari dari balik gagang telepon dengan suara agak tinggi.
"Sudah selesai ngomongnya?" Mitha bertanya dengan suara datar, namun sesak yang amat sangat di dada.
Terkejutlah Sundari mendengar suara wanita yang sangat ditakutinya itu. Bak mendengar suara gemuruh petir, segera dimatikannya sambungan telepon itu.
"Ayah masih behubungan dengan Selvia?" tanya Mitha dengan tenang, mencoba menahan kecewa yang kini muncul lagi setelah sembilan tahun berlalu.
Bella yang tak sengaja mendengar ucapan sang Ibu ketika Ia baru membuka pintu, pulang dari kantor langsung melonjak ke arah sang ayah, "Apa?? Masih berhubungan? Maksudnya apa ini? Ayah pernah selingkuh dengan Bu Selvia?"
"Ooh, pantesan Ayah langsung gelagepan waktu Bella temuin di warung Bu Selvia! Jadi benar Ayah selingkuh sama Bu Selvia?" tanya Bella lagi dengan nada tinggi dan berapi-api.
Dengan tatapan kecewa dan benci, gadis tersebut menyorotkan kedua matanya yang mulai berembun ke arah pria selalu menjadi teladannya. Tak segan ia menarik lengan kiri kemeja ayahnya. Hancur sehancur-hancurnya hati si bungsu, sosok yang selama ini sangat ia banggakan, kini berubah 180 derajat, tak ada lagi respek dimata Bella kepada sang Ayah.
Ferry tertunduk malu, diam seribu bahasa. Wajahnya merah bak udang rebus. Hatinya berdegup kencang.
"Gak  apa-apa... Ayah kawinin saja dia! Ibu gak masalah, Bell... Kehidupan kita akan tetap baik-baik saja!" ucap Mitha seraya memeluk dan menepuk pundak putrinya.