Buru-buru mereka bertiga menuju tempat Bella mengalami kecelakaan sampai lupa mengunci pintu dan pagar. Dari jarak sepuluh meter nampak sekujur tubuh tergeletak di atas aspal yang dikerubungi belasan massa. Pemandangan tersebut menggugah Mitha untuk berlari lebih cepat.
Dirangkulnya tubuh yang sudah kaku itu, "Bellaa!! Bellaa!! Jawab sayang!" teriak Mitha dengan suara parau.
Namun, jangankan menjawab, menggerakkan sedikit bagian tubuhnya saja tidak. Ferry mencoba mendeteksi keadaan bungsunya. Ia mendekatkan jarinya ke hidung bungsunya, lalu menekan nadi pada pergelangan sang anak gadis. Penasaran, Mitha ikut memeriksa, didekatkan telinganya ke dada Bella.
Terdengar samar suara dari kerumunan, "sepertinya sudah meninggal"
"Kasihan, baru belok langsung ketabrak truk, kenceng banget bawanya"
Kedua alis Mitha menyatu di tengah dahi, sorot matanya utuh ke arah wajah Ferry dengan intensitas dan ketidakpuasan. Tatapannya bagai pisau tajam yang menusuk langsung ke relung hati pria itu. Pupurnya melebar, menunjukkan adrenalin yang meningkat, disertai kerutan disudut matanya, memberikan kesan ketegangan dan kemarahan yang mendalam kepada pria yang kini sangat dibencinya, "Puas Kamu, Fer!"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H