“Tapi tetep aja takut, Baginda. Nih, si Mamang sampe terkencing-kencing.”
Pocong pun mendesah sambil menggeleng-geleng tak mengerti.
“Secara teori, bangsa kera kayak siamang dan gorila harusnya nggak takut sama hantu,” gumamnya setengah mengejek.
Dari balik singgasana terdengar sahutan gondok Ogri.
“Teori mbahmu...!”
***
Singkat cerita, alat buatan manusia yang bernama TV itu dipinjamkan Baginda Singa pada Pocong untuk dibawa selama beberapa minggu ke negeri para hantu. Selama masa peminjaman, Pocong diharuskan untuk memberi laporan secara terus-menerus mengenai bagaimana tanggapan masyarakat hantu lelembut mengenai TV.
Tiga hari pertama, laporan dari Pocong selalu positif. Ia memberitakan bahwa bangsanya mengalami kemajuan berkat tayangan gambar-suara yang mereka simak dari TV.
“Bangsaku tahu caranya berdebat setelah menonton Apa Kabar Indonesia Malam,” demikian bunyi laporan hari pertama. “Kami latihan debat dulu sebelum memulai kegiatan rutin gentayangan menakut-nakuti manusia.”
Baginda Singa puas dengan laporan itu. Laporan hari berikutnya makin menyenangkan.
“Kuntilanak dan Wewe Gombel sekarang bisa bikin brownies setelah nonton Farah Quinn,” kata Pocong.