Ogri memencet tombol lain di bagian bawah kotak. Kini gambar berganti menjadi sekumpulan orang berbaju warna merah-merah dan biru-biru berlarian berkejaran bola.
“Ini siaran langsung sepakbola, Baginda. Siaran langsung berarti terjadi saat sekarang ini, dan bisa disaksikan manusia di tempat yang jauh lewat televisi.”
“Wow! Mengagumkan...!” Baginda makin kagum.
Ogri kembali memencet tombol. Gambar pun berganti menjadi seekor singa sedang mengejar buruan di padang gurun. Baginda melotot.
“Lhoh! Itu kan aku!” serunya.
“Betul, Baginda. Dengan televisi, manusia mengabadikan kegiatan kita para binatang dan menampilkannya secara luas. Itu namanya ilmu pengetahuan, Baginda. Manusia mempelajari sesuatu yang belum mereka ketahui, lalu mengabarkan hasilnya lewat televisi. Manusia yang menontonnya lewat televisi pun menjadi bertambah pengetahuan tentang dunia kita para binatang.”
“Wah, hebat sekali alat ini! Gambarnya berwarna dan mirip aslinya pula. Tinggalkan benda ini di sini, di istanaku! Aku ingin menontonnya tiap hari. Dan untuk hadiah yang istimewa ini, kuberikan kalian bertiga apapun makanan kesukaan kalian secara cuma-cuma selama setahun mulai besok pagi!”
Mendengar itu, Mamang dan Ogri langsung berteriak gembira. Namun Kancil justru malah anteng-anteng saja.
“Nanti dulu, Baginda. Hamba merasa, alat ini sepertinya punya pengaruh yang buruk juga,” kata Kancil. “Dan ini bisa mengancam kita semua warga hutan ini?”
“Pengaruh buruk seperti apa, Cil?”
“Sayangnya hamba pun belum tahu. Karena itu, jika diperkenankan, hamba ingin mengusulkan agar alat ini diujicobakan pada makhluk lain terlebih dahulu untuk mengetahui kira-kira apa akibatnya bagi mereka.”