Sebelumnya baca di sini
***
Seperti hari hari biasa, hari ini pun para kuli perempuan yang masuk kedalam barisan Gerwani tidak masuk kerja, dilapangan bola diperkebunan itu sudah dipadati oleh kuli kuli perempuan, walaupun ada juga kuli perempuan yang tidak masuk kedalam barisan Gerwani, tapi turut juga hadir dilapangan bola itu mereka ingin mendengarkan pidato pidato yang akan disampaikan oleh tokoh dan kader Gerwani yang datang dari kota. Hari itu tokoh dan kader perempuan Gerwani mengadakan pertemuan akbar. Disudut lapangan tampak panggung yang dipasang dan ditata sedemikian rupa. Acara pertemuan akbar Gerwani memang belum dimulai, sembari menunggu para tokoh tokoh dan kader Gerwani yang datang dari kota, diatas panggung diisi dengan hiburan Band Lekra yang didatangkan dari kota Provinsi
Nafisah kuli perempuan diperkebunan itu yang tidak masuk kedalam barisan Gerwani juga tampak berbaur dengan para kuli perempuan lainnya. Tapi jarak Nafisah dengan panggung cukup jauh, dia juga ingin mendengarkan pidato dari tokoh tokoh dan kader Gerwani yang datang dari kota.
Rombongan tokoh tokoh dan kader Gerwani yang datang dari kota itu datang dengan menaiki mobil. Para kuli perempuan yang masuk dalam barisan Gerwani menyambut mereka dengan mengelu elukan hidup Gerwani. Suasana di lapangan itupun menjadi gegap gempita, suara suara hidup Gerwani membahana memenuhi lapangan bola diperkebunan itu.
Hartini, Parni dan sutinah juga tampak dibarisan depan. Hartini kuli perempuan diperkebunan itu sudah dipersiapkan untuk memberikan kalungan bunga kepada para tokoh dan kader Gerwani. Mobil yang membawa rombongan para petinggi petinggi Gerwani yang datang dari kota memasuki lapangan bola, mobil berhenti tidak jauh dari Panggung tempat acara digelar.
" Hidup Gerwani.. hidup Gerwani.. ", suara Hartini lantang menyambut rombongan itu.
" Hidup ...", sambut para kuli .
Satu persatu para tokoh dan kader Gerwani keluar dari dalam  mobil, Hartini yang telah dipersiapkan untuk mengalungkan bunga, menyambut para tamu itu. Para tokoh dan kader Gerwani yang telah mendapat kalungan bunga, menaiki tangga panggung. Mereka masing masing mengambil tempat yang telah disediakan diatas panggung, lambaian tangan para tokoh dan kader Gerwani itu tidak henti hentinya melambai kearah para kuli. Seruan hidup Gerwani juga tidak henti hentinya berkumanndang.
Sinar mata hari yang terik siang itu tidak menyurutkan hasrat para kuli untuk mendengarkan isi pidato dari para tokoh dan kader Gerwani yang datang dari kota. Sementara bagi kuli perempuan diperkebunan itu, baru kali ini untuk yang pertama kalinya mereka melihat para tokoh dan kader kader Gerwani dari kota datang keperkebunan dimana mereka tinggal.
Acara yang dipandu oleh seorang staf perempuan dari kantor perkebunan itupun dimulai. Satu persatu tertif acara dibacakannya. Dan satu persatu pula para tokoh dan kader kader Gerwani yang datang dari kota menyampaikan pidatonya. Setiap diakhir pidato yang disampaikan oleh tokoh dan kader Gerwani dibarengi pula dengan yel yel hidup Gerwani.
Puncak acara itu, ketika seorang tokoh Gerwani yang datang dari kota Provinsi, telah berdiri didepan corong mic lonceng, orangnya masih muda usianya sekitar dua puluh lima tahunan, menurut cerita dari para kuli perempuan ini merupakan orang penting di tubuh Gerwani Provinsi. Dia lulusan perguruan tinggi ternama di kota Meda. Sebelum dia menyampaikan pidatonya tangannya melambai lambai kearah para kuli perempuan yang hadir dilapangan itu. Dengan memakai kaca mata hitam dan tubuhnya yang ramping  berkulit putih dibalut dengan pakaian kebaya bermotif bunga bungan menambah anggun penampilannya.
" Saudari saudariku, kita adalah satu bangsa, yakni bangsa Indonesia. Pada hari ini saya berkesempatan untuk bertemu dan bertatap muka dengan saudari saudariku para buruh diperkebunan ini ", begitu dia memulai pidatonya, suaranya yang lemah lembut terasa sejuk dihati para hadirin yang hadir dilokasi itu.
" Gerwani adalah organisasi wanita yang dilahirkan oleh PKI. Gerwani akan berada didepan untuk memperjuangkan nasib para kaum buruh perempuan ditanah air. Buruh perempuan, dfimanapun berada selama ini diperlakukan semena semena oleh kekuasaan. Tidak ada satu organisasi wanita di tanah air ini yang memperhatikan nasib para buruh perempuan yang tertindas oleh kekuasaan. Tapi hari ini Gerwani akan memperjuangkan hak hak para buruh wanita, yang selama ini ditindas dan diperlakukan semena mena ", para kuli dalam mendengar isi pidato yang disampaikan oleh tokoh Gerwani yang berna  Sri Dewi disambut dengan yel yel yang gegap gempita.
" Hidup Gerwani....Hidup Gerwani ..." Sri Dewi dengan memakai kaca mata hitam sambil mengacung acungkan tangannya.
" Hidup Gerwani...Hidup Gerwani ... " , sambut para kuli perempuan dari tengah dan sudut lapangan.
" Gerwani, tidak membiarkan para buruh wanita disebut dengan kuli, karena kuli adalah sebutan yang diberikan oleh kaum penjajah. Saat ini Negara kita sudah meredeka, segala yang berbaur colonial harus disingkirkan, termasuk sebutan kuli yang diberikan kepada saudari saudari  ku diperkebunan ini.
 Kemerdekaan ini saudari saudari ditebus dengan perjuangan, dengan tetasan darah dan air mata, tapi yang menikmati dari kemerdekaan itu adalah segelintir orang saja,  orang orang yang punya kekuasaan. Gerwani akan memperjuangkan kemerdekaan ini agar turut dinikmati oleh saudari saudariku yang berada diperkebunan ini. Maka untuk itu, mari saudari saudariku kita bergabung merapatkan barisan Gerwani ini.
Jika PKI mendapat kepercayaan dari bangsa ini untuk memimpin Negara ini, maka saudari saudari yang tergabung didalam barisan Gerwani juga akan dapat merasakan kemakmuran dan kesejahteraan hidup yang diperjuangkan oleh PKI dengan Gerwaninya ".
" Hidup PKI...Hidup Gerwani....", sambut para kuli.
" Kita sebagai anggota Gerwani, harus dapat melawan kekuasaan yang berlaku semena mena kepada kaum wanita. Kita harus mendukung PKI dengan Gerwaninya, agar PKI dan Gerwani menjadi kuat. Dengan kekuatan PKI dan Gerwani, yakin lah saudari saudari, maka kekuasaan dan kesemena menaan terhadap kita  sebagai kaum wanita yang tertindas akan dapat bangkit dan melawan semua itu.
Pemerintah yang berkuasa saat ini, telah terlena dengan kekuasaan yang mereka miliki, sehingga nasib kita sebagai kaum wanita terabaikan. Kita ditindas dan diperlakukan semena mena oleh kekuasaan, tapi pemerintah yang sekarang tidak pernah memperhatikan kita sebagai kaum wanita yang tertindas. Saya yakin saudari saudariku yang hadir hari ini akan dengan suka rela dan senang hati untuk masuk  dan bergabung dengan Gerwani. Hidup Gerwani...Hidup para buruh Wanita ...". Yel yel itupun disambut oleh para kuli.
" Hidup... Hidup...Hidup... Gerwani .... Hidup kaum buruh wanita".
Dua jam sudah Dwi Sri menyampaikan pidatonya, tidak seorang kuli yang menghadiri acara itu beranjak dari tempat berdirinya, mereka seakan terpukau dengan apa yang disampaikan oleh Sri Dewi. Nafisah juga merasakan hal yang sama, seperti yang dirasakan oleh para kuli perempuan , pidato Sri Dewi bagaikan membangkitkan semangat para kaum kuli, yang selama ini memang tertindas (Bersambung..)
Cerita yang dikemas dalam bentuk novel ini adalah merupakan cerita fiksi belaka. Jika ada nama dan tempat, serta kejadian yang sama, atau mirip terulas dalam novel ini. Itu hanyalah secara kebetulan saja. (Mohon Izin Bapak Adin Umar Lubis, Fhoto anda di Blogspot.com saya jadikan sebagai Beugrond dalam novel ini)
 Asahan, September  2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H