“ Seluruh biaya untuk pemakaman ibu, sudah diselesaikan oleh kak Meilan. Kak Meilanlah yang menanggungjawabinya?”. Ujar Salmi menjawab pertanyaan abangnya ini.
“ Apakah Meilan datang membezuk ketika ibu meninggal?”. Tanya Azis lagi.
“ Iya. Kak Meilan lah yang mengurusnya”, Jawab Sasa. Azis membayangkan wajah Meilan. Betapa mulianya hati anak ini. Dimanakah dia sekarang?, Tanya Azis dalam hatinya.
“ Setelah ibu meninggal, hanya kalian berdua yang tinggal dirumah ini?”,
“ Iya, lagi pula mau kemana kami pergi, sedangkan kami tidak tahu dimana abang dan kakak. Dan tempat bang Azispun kami tidak tahu?”. Ada rasa penyesalan yang mendera dihati Azis. Kenapa dia tidak pernah menghubungi mereka. Rasa bersalah dihati Azis membuat penyesalan yang cukup dalam pada dirinya. Sebagai seorang abang ternyata aku bukanlah seorang abang yang baik, yang dapat menjadi pelindung bagi adik adikku. Sesal Azis didalam hatinya.
“ Jadi selama ini makan kalian dari mana?”. Azis memandang kedua adiknya ini. Tetesan air mata masih terlihat dikedua kelopak mata mereka.
“ Untuk biaya makan kami berdua bekerja?”. Jawab Salmi.
“ Apa kerja kalian, dan bagaimana sekolah kalian?”.
“ Sejak ibu sakit sakitan, kami telah menggantikan pekerjaan ibu menjemur ikan dipergudangan Baba Aliong. Kami bekerja setelah pulang sekolah. Dan Baba Aliong tidak marah kalau kami bekerja setengah hari. Kemudian kak Meilan memberikan belanja makan dengan kami. Setiap satu minggu sekali dia datang menemui kami. Kepada pemilik warung sebelah kak Meilan memesankan kalau kami boleh mengambil apa saja diwarung sebelah. Dan setiap kak Meilan datang dia membayarkan hutang hutang itu. Dia lah yang menanggung biaya makan dan sekolah kami, dia juga memberikan uang jajan untuk kami. Semua itu diberikannya seminggu sekali. “. Salmi menceritakan apa yang telah dilakukan oleh Meilan kepada mereka, membuat Azis semakin tidak berdaya untuk melawan rasa rindunya kepada gadis itu.
“ Semalam dia baru datang, dia membawakan kami baju, dan memberi uang belanja, kalau untuk biaya makan kami disuruhnya mengambil diwarung sebelah, apa saja yang kami mau kami boleh untuk mengambilnya diwarung sebelah. Sebenarnya kak Meilan marah kalau kami masih bekerja. Tapi kami tidak mengindahkannya. Kami tetap juga bekerja. Akhirnya kak Meilan tidak bisa bilang apa apa “. Ujar Sasa menjelaskan kepada abangnya ini.
“ Besok abang akan ketemu dengan kak Meilan. Setelah itu kalian ikut dengan abang pindah ke Medan, kalian tinggal disana dengan abang, kalian sekolah disana?”, Kata Azis kepada kedua adiknya ini. Salmi dan Sasa saling pandang. Ada rasa berat dihati keduanya untuk meninggalkan Meilan.