Mohon tunggu...
Wisnu  AJ
Wisnu AJ Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hidup tak selamanya berjalan mulus,tapi ada kalanya penuh dengan krikil keliril tajam

Hidup Tidak Selamanya Seperti Air Dalam Bejana, Tenang Tidak Bergelombang, Tapi Ada kalanya Hidup seperti Air dilautan, yang penuh dengan riak dan gelombang.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[TMN 100 H] Senandung Cinta Dari Selat Melaka "61"

14 Mei 2016   15:19 Diperbarui: 14 Mei 2016   15:35 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Sumber Fhoto?Hr.Mdn Bisnis

Sebelumnya :

Toni keluar dari mobilnya dan membentak sepengendera itu. dari balik kaca cendela mobil, Meilan melihat jika yang diserempet oleh mobil yang distir oleh Toni adalah Azis. iya turun dari dalam mobil, lalu menghampiri Azis. Azis memandang kearahnya, Meilan mengangkat sepeda Azis dan membersihkan luka gores yang ada ditangannya. Keduanyapun saling tatap, Azis sempat melihat kep sisip rambut kupu kupu itu terselip dengan manisnya di rambut Meilan.

Kemudian :

            “ Apa yang kau lakukan, siapa orang ini ?," Toni menarik tangan Meilan

            “ Teman sekolahku?”, Jawab Meilan menepiskan tangan Toni.

            “ Nah ini uang, kau pergilah berobat, dan perbaiki sepedamu?”. Toni mengeluarkan uang dari dompetnya dan memberikan nya kepada Azis.

            “ Aku tidak butuh uangmu?”. Jawab Azis kesal.

            “ Kau tahu harga mobil ini berapa?, tergores sikit saja, tidak bisa kau ganti?”, kata Toni memop Azis. Azis mulai emosi, tapi disapunya dadanya agar emosinya tidak menyentuh hatinya.

            “ Yang menabrak itu kau, bukan aku yang menabrakmu? Apa kau baru belajar bawa mobil?” Tanya Azis sedikit emosi.

            “ Jadi apa maumu, pergilah lapor Polisi, biar kutunggu disini. Atau uang ini kurang banyak? Mau berapa kau sebutkanlah”. Ucap Toni dengan sombongnya. Pertengkaran itupun mengundang orang untuk datang melihatnya. Masing masing bertanya apa yang terjadi.

            “ Sudahlah Zis, kumohonlah padamu, jangan ribut”. Kata Meilan dengan suara yang sendu.

            “ Aku kan tidak ribut hanya dia yang ribut”. Jawab Azis. Faisal dan Idris yang melintas dilokasi itu melihat orang orang berkerumun, merekapun singgah ditempat itu, mereka ingin tahu apa yang terjadi. Begitu mereka melihat Azis yang bertengkar mereka turun dari sepeda motornya. Faisal dan Idris melihat Meilan dan Toni, merekapun bertanya kepada Azis.

            “ Ada apa Zis?”, Tanya Faisal, dia melihat kearah Meilan dan Toni, laki laki yang mendampingi Meilan ketika Meilan ulang tahun.

            “ Dia menyerempetku dengan mobilnya, tapi dia malah membentak”, Jawab Azis ia melihat Faisal dan Idris.

            “ Ada yang rusak, apa kau terluka?”, Idris melihat sepeda Azis, dan melihat ada luka ditangan Azis.

            “ Tidak ada yang rusak “. Jawab Azis.

            “ Tapi kau terluka?”. Kata Faisal

            “ Luka sedikit, tidak apa apa?”. Ujar Azis

            “ Jadi bagaimana?”, Tanya Faisal kepada Toni.

            “ Terserah mau kalian apa?”. Jawab Toni bagaikan menantang.

            “ Mau kami seperti ini?”, Idris melayangkan tinjunya kearah Toni. Azis menankap tangan Idris. Meilan memegangi Idris dan iya memohon kepada Idris agar tidak memukul Toni.

            “ Karena kau orang kaya, maka sesuka hatimu berbicara?”. Kata Faisal lalu memegang kerah baju Toni. Wajah Toni pucat bagaikan kapas.

            “ Sal, Idris, kumohon pada kalian janganlah ribut, tolonglah aku Sal, Idris”. Ujar Meilan menghiba karena dia tahu sipat Faisal dan Idris.

            “ Kau kasi tahu sama dia, jangan dia mentang mentang kaya, lalu berbuat sekehendak hatinya?”. Kata Faisal mengingatkan kepada Toni.

            “ Iya Sal aku akan bilang sama dia?”. Jawab Meilan. Azis hanya diam dia berdiri didekat sepedanya. Meilan memandangnya, tapi sedikitpun Azis tak menghiraukan pandangan Meilan.

            “ Aku minta maaf, pergilah berobat, kalau ada yang rusak biar kuperbaiki?”. Kata Toni, lalu dia menyalami Azis. Kegarangan Toni hilang hilang seketika, ketika Faisal dan Idris ingin membogemnya.

            “ Sudahlah, kau pergilah, jangan sampai orang ini menjadi emosi melihatmu, Mei bawalah dia pergi?”. Kata Azis kepada Toni dan Meilan.  Azis menyalami tangannya. Toni masuk kembali kedalam mobilnya, Meilan dengan rasa berat hati juga masuk kedalam mobil Toni. Kerumunan orang orang nyang menonton kejadian itupun  bubar satu satu.

            “ Laki laki itulah yang mendampingi Meilan pada hari ulang tahunnya malam itu?”. Kata faisal. Azis hanya diam, karena dia tidak melihat acara ulang tahun itu.

            “ Rekaman video acara itu ada di telefhonku, kalau kau mau melihatnya, biar kukirim ketelefhonmu?”. Ujar Faisal.

            “ Boleh kirimlah “.  kata Azis dengan suara yang perlahan. Setelah mengirimkan video acara ulang tahun Meilan malam itu, merekapun berpisah, Azis kembali kegudang. Sementara Meilan dan Toni sudah berada di rumah makan Kauban yang terkenal dikalangan warga etnis Tiongkok di kota Bagan Siapi Api.

            “ Nampaknya kau cukup kenal dengan mereka?”. Kata Toni setelah keduanya duduk diruangan rumah makan itu.

            “Iya, mereka temanku satu local disekolah?”. Jawab Meilan dengan rasa yang malas. Pikirannya tetap tertuju kepada Azis.

            “ Orang yang naik sepeda itu nampaknya punya perhatian denganmu?”.

            “ Namanya Azis, teman sekampungku di si Naboi, Sejak kecil kami berteman. Di si Naboi Dari SD sampai SMP kami satu local, dan di SMA kota Bagan Siapi Api ini kami juga satu local. Dia orangnya baik, sedangkan yang dua orang lagi, teman satu local di SMA, mereka anak bandal. Tapi terhadapku mereka punya perhatian. Karena mereka inilah, maka aku tidak pernah diganggu oleh siapapun di sekolah. Pernah aku diganggu oleh seseorang. Mereka melihatnya. Lalu mereka memukul orang yang menggangguku”.  Kata Meilan menceritakannya kepada Toni. Tapi pemuda itu merasa ragu terhadap apa yang dikatakan oleh Meilan, terlebih terhadap Azis. Meilan pasti punya hubungan istimewa dengan pemuda yang bernama Azis itu. Kata Toni dalam hatinya.

Setelah menjelaskannya dengan Toni, Meilanpun tidak banyak lagi bicara. Dia lebih memilih diam. Dia benci terhadap Toni yang memperlakukan Azis dengan begitu kasar. Pada hal jika dia tidak menengahi pertengkaran itu, tidak bisa untuk dibayangkan bagaimana keadaan Toni ditangan mereka.

Hidangan yang telah tersedia dimeja makan dimana mereka duduk, tidak digubris oleh Meilan. Toni memasukan nasi kedalam piring Meilan, gadis itu hanya membiarkannya saja. Ketika Toni memaksa dia makan, Meilan hanya menyuap sedikit saja, itupun sulit untuk masuk kedalam kerongkongannya, nasi yang disuap oleh Meilan itu, bagaikan penuh duri. Sampai pulangpun Meilan lebih banyak diam dari bicara.

Bersambung…….

Bagan Siapi Api 2016

Tulisan ini diikut sertakan dalam Tantangan  100 Hari Menulis Novel – Fiksianacommunity di Kompasiana

“ Cerita yang di kemas dalam bentuk Nopel ini adalah merupakan cerita fiksi belaka, jika ada nama dan tempat serta kejadian yang sama atau mirip terulas dalam nopel ini hanyalah secara kebetulan saja. Tidak ada sangkut pautnya dengan kejadian yang sebenarnya “ (Penulis)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun