Setelah mengucapkan kata kata itu, Robet melangkah keluar, tapi alangkah kagetnya dia, ketika ia melihat Faisal dan Idris berada didepan pintu kamar Azis. Muka Robet berubah seketika, dari merah menjadi pucat pasi. Dalam hatinya ia berkata, apakah mereka mendengar apa yang kukatakan kepada Azis tadi. Namun ditenangkannya dirinya.
“ Kalian mau melihat azis juga, ia sudah mulai baikan?”, kata Rubet dengan suara yang sedikit gemetar akibat rasa takutnya. Karena Robet tahu kalau Faisal dan idris ini terkenal dengan sebutan anak nakal.
“ Iya Bet, kami mau melihat Azis apakah dia sudah sembuh, karena kau sendiripun tahu kalau dia sudah dua hari tak masuk sekolah”. Jawab Idris, yang membuat hati Robet agak tenang karena Idris tak mengeluarkan kata kata yang bisa membuat Robet merasa ketakutan.
“ Ya, disamping mau melihat Azis, kami juga mau mengantarkan titipan dari Meilan”. Kata Faisal, matanya menatap Robet dengan ganasnya. Pandangan Faisal ini kembali membuat hati Robet gusar. Jangan jangan Faisal mendengar apa yang dikatakannya kepada Azis.
“ Bet, sebagai teman Azis, kami berdua mengucapkan terimakasih kepadamu, yang telah memperlakukan Azis dengan sangat baiknya”. Ujar Idris sedikitpun Idris tidak menyinggung perkataan Robet dengan Azis.
“ Sebagai kawan kita harus tolong menolong”, Jawab Robet dengan suara yang berat.
“ Itulah namanya kawan setia”. Jawab Idris.
“ Kalau seandainya nanti Azis tak mampu untuk membalas kebaikanmu, kami berdua yang akan membalaskannya”. Ucap Faisal dengan nada suara yang dingin. Robet tak mengerti makna dari perkataan Faisal itu.
“ Masuklah, aku ada keperluan sebentar?”. Kata Robet, diapun meninggalkan kamar azis dengan penuh rasa gusar, takut dan rasa bersalah yang telah mengancam azis, berbaur menjadi satu. Faisal dan Idris duduk dibangku kayu yang ada didalam kamar itu.
“ Zis, apa yang dibicarakan oleh Robet denganmu?”, Tanya Faisal
“ Dia hanya menanya tentang keadaanku”, jawab Azis berbohong, karena dia tidak ingin kedua temannya ini tahu atas ancaman Robet kepadanya, bukan nya dia merasa malu diancam Robet. Tapi dia merasa takut, jika kedua sahabatnya ini akan menganiaya Robet. Dia tidak ingin untuk melibatkan siapa siapa dalam persoalan hidup yang dihadapinya. Karena Azis tahu watak dari kedua sahabatnya ini yang tak pernah mengenal kata takut. Tapi Faisal dan Idris mengetahui kalau Azis berbohong kepada mereka. Tapi mereka tidak mempersoalkannya, dan tidak mendesak Azis pula untuk berkata yang sebenarnya.