Mohon tunggu...
Wisnu  AJ
Wisnu AJ Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hidup tak selamanya berjalan mulus,tapi ada kalanya penuh dengan krikil keliril tajam

Hidup Tidak Selamanya Seperti Air Dalam Bejana, Tenang Tidak Bergelombang, Tapi Ada kalanya Hidup seperti Air dilautan, yang penuh dengan riak dan gelombang.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Senandung Cinta dari Selat Melaka "45" [TMN 100 H]

28 April 2016   16:20 Diperbarui: 28 April 2016   16:28 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

selat malaka/sumber fhoto/Hr. Medan Bisnis

Sebelumnya :

            “ Ya Pak, saya berjanji dan bertanggungjawab akan hal itu”. Jawab Orang tua Rudi. Persoalan pengkeroyokan Azis yang dilakukan oleh Rudi dan kawan kawannya akhirnya diselesaikan secara kekeluargaan. Kepala sekolah dan para guru yang hadir diruangan itu saling bersalaman, termasuk dengan Azis.  Kemudian Kepala sekolah itu memerintahkan seorang guru untuk membawa Azis berobat ke Rumah Sakit, untuk mengobati luka lukanya. Kebetulan yang diperintahkan kepala sekolah itu Buk Gloria. Diapun membawa Azis untuk mengobati luka lukanya dirumah sakit dengan menaiki mobilnya.

Kemudian :

            Dua hari Azis sudah tidak masuk sekolah, luka memar ditubuhnya membuat dia tidak enak badan. Ia hanya berbaring ditempat tidur yang beralaskan kardus didalam kamar dipergudangan itu. Wak Alang menyuruh dia untuk beristerahat, tugas jaga malam dilakukan wak Alang sendirian. Akan tetapi Azis juga tak sampai hati membiarkan orang tua itu berjaga sendirian. Sebentar sebentar dia juga keluar kamar melihat wak Alang.

            Sore itu Robet datang kegudang. Ia ingin bertemu dengan Azis yang sudah dua hari tak masuk sekolah. Dilihatnya Azis terbaring ditempat tidur, luka memar diwajahnya menimbulkan warna biru, dan ada juga perban luka yang menempel dikepala Azis. Robet tak menyadari jika didepan pintu ada Faisal dan Idris yang datang kegudang untuk melihat Azis, secara bersamaan. Akan tetapi Faisal dan Idris mengurungkan langkah mereka untuk masuk kekamar Azis, karena Robet ada disana. Mereka berdiri dibalik pintu  untuk mendengarkan apa yang dibicarakan Robet dengan Azis.

            “ Zis, bagaimana keadaanmu?”, Tanya Robet, ia tidak duduk ketika bertanya kepada Azis, tapi melainkan dia berdiri, dan berjalan mondar mandir diruangan itu.

            “ Sudah agak baikan?, mungkin besok aku sudah masuk sekolah?”. Jawab Azis, ia memaksakan dirinya untuk duduk, walaupun terasa berat dirasakannya.

            “ Makanya jangan suka mengganggu pacar orang”. Kata Robet kepadanya, Azis bingung atas perkataan yang disampaikan  oleh Robet. Sedikitpun dia tidak pernah mengganggu pacar orang.

            “ Aku tak pernah mengganggu orang, apa lagi menggangu pacar orang”. Jawab Azis sedikit kesal atas tuduhan Robet.

            “ Kalau kau tak mengganggu pacarnya, mana mungkin kau dipukul mereka”.

            “ Sungguh Bet, akupun tak mengerti kenapa mereka memukulku, dan akupun tak tahu siapa pacar mereka yang kuganggu”.

            “ Kau jangan sok sucilah Zis?, Tak mungkin kau dipukul mereka kalau tak ada sebabnya”. Kata kata Robet ini membuat sakit hatinya, tapi Azis hanya diam saja. Sementara dari balik pintu Faisal dan Idris mendengarkannya saja.

            “ Kau rasakan akibatnya kalau suka mengganggu pacar orang”.

            “ Sungguh Bet, aku tak pernah mengganggu pacar mereka, lagi akupun tidak , tahu siapa pacar mereka itu”. Azis berkata jujur kepada Robet. Kalau pacarnya Rudi itu Marlina, dia pun tidak pernah mendekati Marlina, Malah setiap bertemu Marlina, Azis sering menghindar, Tapi Marlinalah yang sering untuk minta bertemu dengannya.

            “ Zis, ada satu hal yang perlu kuingatkan kepadamu?”.

            “ Apa itu Bet?”. Tanya Azis, karena diapun tak mengerti kemana arah pembicaraan Robet.

            “ Kau jauhilah Meilan, karena aku suka sama dia”. Kata Robet matanya menatap tajam kearah Azis. Azis hanya terdiam, dia tak mampu untuk mengeluarkan kata katanya kepada Robet, karena saat ini dia masih mengharapkan kemurahan hati Robet, agar ia bisa tetap bertahan untuk bekerja digudang ayahnya Robet.

            “ Kalau kau tidak menjauhi Meilan, kau juga akan merasakan akibatnya. Aku juga tak segan segan untuk menghabisi kau. Cukup dengan uang lima juta untuk membayar orang membunuhmu,  kau paham maksudku itu”. Mendengar perkataan Robet, emosinya naik kekepalanya, namun dapat untuk ditahannya. Dia hanya mengelus dada mendengar ancaman Robet itu.

            Dari balik pintu Faisal dan Idris dengan jelas mendengarkan ancaman Robet, darah anak nakal Faisal menggelegak, mendengar Robet mengancam Azis, Tapi Idris menahan Faisal untuk tidak melakukan tindakan bodoh didalam pergudangan milik ayahnya Robet. Idris menarik tangan Faisal yang ingin keluar mendatangi Robet.

            “ Atau aku menyuruh bos ku untuk mengusirmu dari sini seperti anjing?”. Kata kata Robet yang menghina dan mengancam Azis, bukan baru kali ini saja, bahkan disekolah ketika Azis bertemu dengannya Robet sering menyindirnya dengan kata kata yang kasar dan diselingi dengan nada ancaman. Namun Azis tak menanggapinya. Dan kali inipun Azis tetap diam saja.

            “ Mulai besok, jangan kulihat lagi kau bersama Meilan, Kau dengar!”. Bentak Robet sambil memegang kerah baju Azis. Azis hanya tertunduk, ada seberkas rona merah dimatanya. Ia cukup berat untuk melawan emosi dan rasa kesedihannya.

            Setelah mengucapkan kata kata itu, Robet melangkah keluar, tapi alangkah kagetnya dia, ketika ia melihat Faisal dan Idris berada didepan pintu kamar Azis. Muka Robet berubah seketika, dari merah menjadi pucat pasi. Dalam hatinya ia berkata, apakah mereka mendengar apa yang kukatakan kepada Azis tadi. Namun ditenangkannya dirinya.

            “ Kalian mau melihat azis juga, ia sudah mulai baikan?”, kata Rubet dengan suara yang sedikit gemetar akibat rasa takutnya. Karena Robet tahu kalau Faisal dan idris ini terkenal dengan sebutan anak nakal.

            “ Iya Bet, kami mau melihat Azis apakah dia sudah sembuh, karena kau sendiripun tahu kalau dia sudah dua hari tak masuk sekolah”. Jawab Idris, yang membuat hati Robet agak tenang karena Idris tak mengeluarkan kata kata yang bisa membuat Robet merasa ketakutan.

            “  Ya, disamping mau melihat Azis, kami juga mau mengantarkan titipan dari Meilan”. Kata Faisal, matanya menatap Robet dengan ganasnya. Pandangan Faisal ini kembali membuat hati Robet gusar. Jangan jangan Faisal mendengar apa yang dikatakannya kepada Azis.

            “ Bet, sebagai teman Azis, kami berdua mengucapkan terimakasih kepadamu, yang telah memperlakukan Azis dengan sangat baiknya”. Ujar Idris sedikitpun Idris tidak menyinggung perkataan Robet dengan Azis.

            “ Sebagai kawan kita harus tolong menolong”, Jawab Robet dengan suara yang berat.

            “ Itulah namanya kawan setia”. Jawab Idris.

            “ Kalau seandainya nanti Azis tak mampu untuk membalas kebaikanmu, kami berdua yang akan membalaskannya”. Ucap Faisal dengan nada suara yang dingin. Robet tak mengerti makna dari perkataan Faisal itu.

            “ Masuklah, aku ada keperluan sebentar?”. Kata Robet, diapun meninggalkan kamar azis dengan penuh rasa gusar, takut dan rasa bersalah yang telah mengancam azis, berbaur menjadi satu. Faisal dan Idris duduk dibangku kayu yang ada didalam kamar itu.

            “ Zis, apa yang dibicarakan oleh Robet denganmu?”, Tanya Faisal

            “ Dia hanya menanya tentang keadaanku”, jawab Azis berbohong, karena dia tidak ingin kedua temannya ini tahu atas ancaman Robet kepadanya, bukan nya dia merasa malu diancam Robet. Tapi dia merasa takut, jika kedua sahabatnya ini akan menganiaya Robet. Dia tidak ingin untuk melibatkan siapa siapa dalam persoalan hidup yang dihadapinya. Karena Azis tahu watak dari kedua sahabatnya ini yang tak pernah mengenal kata takut. Tapi Faisal dan Idris mengetahui kalau Azis berbohong kepada mereka. Tapi mereka tidak mempersoalkannya, dan tidak mendesak Azis pula untuk berkata yang sebenarnya.

            “ Zis, kapan kau masuk sekolah?”, Tanya Idris

            “ Mungkin besok aku sudah bisa masuk sekolah?”, jawab Azis, walaupun tubuhnya masih terasa sakit.

            “ Besok kita Harus cari siswa yang bernama Rudi itu”. Kata Faisal kepada Azis.

            “ Buat apa kita cari dia Sal?”, Tanya Azis, sedikit merasa gusar.

            “ Kita harus buat perhitungan dengan dia?”. Jawab Faisal. Diwajahnya nampak bias emosi yang tinggi

            “ Sal, aku sudah mengadakan perdamaian dengan orang tuanya beserta kepala sekolah, jadi persoalan itu tidak perlu lagi untuk diperpanjang”, Ujar Azis menjelaskan kepada Faisal dan Idris.

            “ Kau tak perlu untuk ikut campur, biar kami yang berdua saja yang menyelesaikannya?”. Kata Idris. Azis semaking merasa gusar. Dia takut jika kedua sahabatnya ini melakukan balas dendam kepada Rudi, tentu persoalannya akan kembali panjang.

            “ Sal, Idris, kumohon kepada kalian, jangan lakukan itu, anggaplah persoalan itu sudah selesai. Aku berjanji kepada kalian berdua, suatu saat nanti aku akan membalaskan semua ini kepadanya. Dan disaat itulah nanti kalian akan kuberi tahu”.

            “ Kapan?”, Tanya Faisal dan Idris.

            “ Kalian sabarlah, ada waktunya yang tepat nanti?”, jawab Azis. Yang akhirnya membuat keduanya terdiam dan menyetujui apa yang akan direncanakan oleh Azis.

            Diluar sinar matahari telah menggariskan cahanya yang terakhir dilangit senja. Angin selat Melaka berhembus dengan lembutnya, dan masuk keruangan kamar dimana Azis, Faisal dan idris berada didalam kamar itu. Suasana pergudangan sudah sepi, para buruh sudah pulang kerumahnya masing masing. Azis mengantarkan Faisal dan Idris keluar dari gudang, karena sebentar lagi malam akan tiba.

            “ Zis, ini ada titipan dari Meilan?”, kata Idris memberikan sepuncuk amplop kepada Azis.

            “ Dan ini ada sedikit bantuan dari teman teman dilokal kita”, Kata Faisal pula lalu memberikan ampolop itu kepada Azis.

            “ Terima kasih Sal, Idris, kalian terlalu baik kepadaku?”. Ada titik titik bening dimatanya, namun Azis berusaha menahan titik titik bening itu agar jangan sampai mencair.

            “ Zis, kami pulang dulu ya, sampai jumpa disekolah besok”. Kata Faisal

            “ Ya “, Jawab Azis lalu menyalami keduanya. Idris dan Faisal berlalu, sampai hilang dari pandangan Azis.

            Didalam kamar Azis membuka amplop itu satu persatu. Ia membuka amplop yang dikirimkan oleh Meilan. Diluar amplop tertulis nama Meilan dan Meme. Dan amplop yang satu lagi bertuliskan siwa local satu satu. Semua isinya dia keluarkan, betapa perasaannya mengharu biru, atas keperdualian Meilan dan Meme, serta teman temannya yang satu local. Diapun menunpahkan rasa tangisnya didalam kamar yang pegap, tempat dia menata kehidupannya yang terasa pahit.

           

Bersambung…….

Bagan Siapi Api 2016

Tulisan ini diikut sertakan dalam Tantangan  100 Hari Menulis Novel – Fiksianacommunity di Kompasiana

“ Cerita yang di kemas dalam bentuk Nopel ini adalah merupakan cerita fiksi belaka, jika ada nama dan tempat serta kejadian yang sama atau mirip terulas dalam nopel ini hanyalah secara kebetulan saja. Tidak ada sangkut pautnya dengan kejadian yang sebenarnya “ (Penulis

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun