Mohon tunggu...
Wisnu  AJ
Wisnu AJ Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hidup tak selamanya berjalan mulus,tapi ada kalanya penuh dengan krikil keliril tajam

Hidup Tidak Selamanya Seperti Air Dalam Bejana, Tenang Tidak Bergelombang, Tapi Ada kalanya Hidup seperti Air dilautan, yang penuh dengan riak dan gelombang.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Senandung Cinta dari Selat Malaka "19" {TMN 100 H}

2 April 2016   12:56 Diperbarui: 2 April 2016   15:15 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Sumber fhoto/Hr Medan Bisnis"][/caption]Sebelumnya:

            Azis membentangkan tikar untuk alas dia tidur diruang tamu itu. Suasana malam semakin larut. Direbahkannya tubuhnya diatas tikar yang telah dibentangnya, dicobanya untuk memejamkan matanya, namun sang mata sulit untuk diajak berkompromi. Pikirannya melayang jauh entah kemana mana. Sebentar dia teringat akan ibunya, kemudian wajah ayahnya melintas dihadapannya. Lalu wajah Meilan. Semua bayangan bayangan itu bermain main di kornea matanya.

            Pagi itu Azis sudah berada di SMA Negeri Satu kota Bagan Siapi Api. Suasana dilingkungan sekolah itu sudah terlihat ramai, para siswa baru yang akan mendaftar disekolah itu tampak antri untuk mendaftarkan dirinya. Diantara siswa siswa baru yang akan mendaftar itu ia belum melihat kehadiran Meilan. Ia berdiri disudut depan pintu pos penjagaan sekolah. Satu persatu siswa yang telah berada diruangan kantor sekolah tempat pendaftaran mulai tampak keluar. Mereka telah menyelesaikan pendaftarannya.

            “ Mau mendaftar di sekolah ini  juga ?”, seorang siswi yang juga akan mendaftar disekolah itu bertanya kepada Azis

            “ Iya, kalau diterima”, jawab Azis

            “ Berapa Nilaimu?”, Tanya siswi itu lagi. Azis memperlihatkan lembaran Nilai Evaluasi Murninya. Siswi itu melihatnya. Lalu dia memandang kearah  wajah Azis.

            “ Dari si Naboi ya?’.

            “ Iya “.

            “ Kalau melihat dari jumlah nilaimu kau pasti diterima”, kata siswi itu, Azis memperhatikan gadis itu.

            “ Syukur kalau aku bisa diterima ditempat ini”. Jawab Azis. Akan tetapi ada sedikit rasa keheranan wanita ini terhadap Azis kenapa Azis tak menanyakan nilainya.

            “ Aku dari sekolah di Bantayan, tapi nilaiku agak rendah, aku pisimis bisa diterima di SMA Negeri ini “. Kata siswi itu

            “ Aku juga merasa ragu, apakah aku bisa diterima disekolah ini?”, namun Azis tak mempertanyakan jumlah nilai gadis itu, membuat gadis itu semakin bertanya Tanya.

            “ Mar, apakah kau sudah selesai mendaftar?”, siswa laki laki yang baru datang turun dari mobil Avanza menghapiri gadis itu. Azis hanya memperhatikannya.

            “ Belum masih antri”, jawab Gadis itu

            “ Kamu mau mendaftar disini juga ?”, Tanya siswa laki laki itu kepada Azis

            “ Kalau diterima iya”. Jawab Azis. Ada kesan kesombongan yang terpancar dari wajah laki laki ini. Pikir Azis dalam hatinya.

            “ Berapa nilaimu, dan dari sekolah mana kamu?”, tanyanya kepada azis, belum sempat Azis menjawab gadis yang dipanggilnya dengan nama Mar tadi menjelaskannya

            “ Nilainya lebih tinggi dari nilai kita, dia dari Sinaboi?”, kata gadis itu.

            “ Perkenalkan namaku Rudi, dan ini Marni, kau sendiri siapa?”, Tanya Rudi kepada Azis

            “ Aku Azis “ jawab Azis singkat. Ternyata gadis itu bernama Marini. Azis melihat kearah jalanan yang ada didepan sekolah, para siswa yang akan mendaftar berdatangan kesekolah itu, ada yang datang diantar orang tuanya dengan mobil, dan banyak juga yang datang naik sepeda motor, membuat hati Azis menjadi kecut. Ternyata sekolah ini diburu oleh anak anak orang yang berada. Namun dia tetap membesarkan hatinya.

            “ Zis ?”, suara wanita memanggil namanya. Azis berpaling kearah yang memanggilnya. Ia melihat Meilan dengan seorang wanita yang lebih tua dari Meilan.

            “ Siapa temanmu ya?”, Tanya Meme kaka sepupunya.

            “ Iya, dia temanku di SMP sinaboi”, jawab Meilan lalau mendekat kearah Azis

            “ Ganteng juga temanmu itu ?”, kata Meme

            “ Ah… Kaka ini”.

            “ Rupanya nggak betul “ kata Meme, Meilan hanya tersenyum. Meme menangkap sekilas arti dari senyuman adik sepupunya ini.

            “ Zis ini kakak sepupuku, namanya Meme, aku tinggal ditempat mereka?”. Meilan memperkenalkan kakak sepupunya yang datang bersama Meilan. Azis hanya menganggukkan kepalanya.

            “ Ini temanmu ya”, Tanya Rudi kepada nya. Meilan hanya melihat kearah yang bertanya.

            “ Iya, kami sama sama dari si naboi, namanya Meilan”, kata Azis memperkenalkan.
             “ Waga turunan Tiongkok ya?”, kata Rudi, Marni hanya diam dan melihat saja atas tingkah Rudi terhadap Azis

            “ Iya, kenapa rupanya?”, Tanya Azis sedikit tersinggung Rudi memperlakukan Meilan seperti itu.

            “ Nggak apa apa?”. Jawab Rudi tanpa memperhatikan Azis. Melihat ini Meme memandang kearah Azis. Diperhatikannya Azis dengan lirikan matanya. Ada kesan sukanya terhadap pemuda ini. Keraguannya terhadap Meilan akan diganggu teman teman Meilan dari kelompok etnis melayu pribumi hilang seketika. Jika Meilan diganggu Azis pasti akan membelanya. Pikir Meme dalam hati.

            “ Kami mendaftar dulu ya?”, kata Marni, ia da Rudi pergi memasuki ruang kantor. Azis dan Meilan hanya mengaggukkan kepalanya.

            “ Sombong kali anak itu?”, kata Meilan setelah Marni dan Rudi pergi

            “ Biasalah orang kaya”, jawab Azis membuat Meme terkesima atas ucapan Azis.

            “ Apa kali kekayaan orang tuanya?”, Meilan bersungut, Azis tak menanggapinya ia hanya tersenyum, membuat Meme semakin suka terhadap teman Meilan ini.

            “ Kakak disini saja dulu ya, biar aku dan Meilan mendaftar?”, dengan penuh rasa sopan dia mengatakannya kepada Meme.

            “ O..ya, biar aku tunggu disini?”, balas Meme dengan lembutnya pula. Meilan dan  Azis memasuki ruangan kantor tempat pendaftaran. Lima belas menit mereka berada didalam ruangan kantor itu. Proses pendaftaranpun berjalan lancar. Meilan dan Azis tampak keluar dari ruangan kantor dan kembali kearah Meme yang sedang menunggu.

            “ Sudah selesai?’, Tanya Meme begitu keduanya menghampirinya.

            “ Sudah kak “, Jawab Meilan.

            “ Kapan pengumumannya?”, kata Meme lagi bertanya.

            “ Tak pakai pengumuman kak?” kata Azis

            “ jadi bagaimana kita tahu diterima atau tidak?” Tanya Meme. Lalu Azis menjelaskannya.

            “ Sekolah ini menerima sebanyak dua ratus lima puluh orang siswa. Penerimaanya berdasarkan nilai tertinggi. Misalnya jika sampai penutupan pendaftaran hari ini, nama kita masih ada dipapan pengumuman itu, berarti kita masih diterima disekolah ini untuk sementara. Besok pihak sekolah mengumumkan lagi, jika nama kita masih ada, berarti kita masih aman, tapi jika nama kita tak ada itu tandanya kita tak diterima disekolah ini. Begitulah seterusnya sampai penutupan penerimaan siswa baru berakhir”. Ujar Azis menjelaskan. Walaupun Meme tamat SMA tapi dia bukan disekolah negeri, melainkan di sekolah Swasta Bintang laut. Makanya dia kurang paham dengan sistim penerimaan murid baru di sekolah negeri itu.

            “ Kapan penutupannya?”, Tanya Meme lagi

            “ Tiga hari lagi, kalau nama kita tetap ada dipapan pengumuman itu, berarti kita diterima, barulah kita mendaftar ulang”, Azis menjelaskan nya lagi kepada Meme. Meme hanya mangut mangut, karena barulah dia mengerti.

            “ Kalau begitu kita sudah bisa pulang”, Tanya Meme kepada Meilan

            “ Sudah Kak”, Jawab Meilan, ia melirik kearah Azis. Azis hanya diam dan menundukkan wajahnya.

            “ Kita singgah minum jus dulu, kakak  haus nunggui kamu ”, kata kakak nya kepada Meilan. Meilan sejenak terdiam, karena apa yang dikatakan oleh kakaknya tentu didengar Azis. Diamnya Meilan tentu dimengerti oleh kakaknya.

            “ Ajak temanmu itu?”, kata kakaknya, membuat wajah meilan tampak sumringah.

            “ Zis kita singgah kejalan Balai kota, kakak ku mau minum Jus”, kata Meilan

            “ Kamu sajalah yang pergi”, jawab Azis

            “ Sudah kita sama sama saja”, kata Meme pula.

            “ Orang kakak ajalah”, kata Azis lagi.

            “ Ayolah kita sama sama saja, mana sepeda motormu”. Seakan memaksa Meme berkata kepada Azis.

            “ Aku tak punya sepeda motor kak, aku datang kemari naik sepeda”, jawan Azis tanpa sungkan, karena kenyataannya seperti itu. Meme melihat wajah azis. Sungguh rendah hati anak ini, walaupun ia datang naik sepeda sedikitpun tak ada rasa rendah diri dihatinya.

            “ Tak apa lah, mau naik sepeda mau jalan kakipun tak apa apa, ayo kita sama sama?”, paksa Meme membuat Azis tak kuasa untuk menolaknya. Azis mengambil sepedanya, Meme dan Meilan naik sepeda motor, tapi kecepatannya disesuaikan oleh Meme dengan laju sepeda yang dikayuh Azis.

            Dalam perjalanan mereka ketempat jual minuman jus, hati Azis berkata kata, sungguh baik hati Meme ini, dia tidak membedakan pergaulan nya dengan orang orang sekitarnya. Dia menghormati setiap orang dan berlaku sopan . Walaupun yang lebih muda dari usia Meme. Sipat sipat baik yang ada pada Meilan terlihat jelas oleh Azis ada pada diri Meme. Wajarlah jika Meilan menyukai kakak sepupunya ini.

            Sementara Meme, juga berpandangan dan berperasaan sama dengan apa yang dirasakan oleh Azis terhadap diri Meme. Meme semakin suka melihat teman Adik sepupunya ini. Orangnya ganteng, lembut, sopan dan jujur, tapi dibalik semua itu Meme melihat ada ketegasan pada diri teman adik sepupunya ini.  Meme melihat Azis sangat baik dalam berteman , punya perhatian terhadap teman temannya. Dia tidak mau melihat jika temannya diganggu, apa lagi ada orang yang membuat hati temannya itu tersinggung. Dia akan membela temannya itu. Beruntunglah Meilan mempunyai teman seperti Azis, yang siap membela kawan. Kata Meme dalam hatinya

Bersambung…….

Bagan Siapi Api 2016

Tulisan ini diikut sertakan dalam Tantangan  100 Hari Menulis Novel – Fiksianacommunity di Kompasiana

“ Cerita yang di kemas dalam bentuk Nopel ini adalah merupakan cerita fiksi belaka, jika ada nama dan tempat serta kejadian yang sama atau mirip terulas dalam nopel ini hanyalah secara kebetulan saja. Tidak ada sangkut pautnya dengan kejadian yang sebenarnya “ (Penulis)

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun