Nisa dan Kang Fikar masih berjalan di sekitar alun-alun menikmati pemandangan yang ada. Mereka belum mau makan dulu, kata Kang Fikar nanti aja kalau sudah lelah berjalan.
"Dek, fotoin dong!" ajak Kang Fikar ke salah satu ikon yang ada di sana. "Yang bagus ya."
"Oke." Kata Nisa.
Nisa mulai memotret berkali-kali ke arah Fikar yang sedang berpose ria. Fikar memang sulit sekali difoto. Maklumlah, si cowok perfeksionis. Dari 28 foto, paling yang diambil cuma satu, yang lain dihapus. Nisa tak heran dengan kelakuan kakaknya itu. Untunglah dia adalah adik yang paling sabar di dunia.
Ketika baru selesai memotret, Fikar mendekat ke arah Nisa. Menyeleksi foto yang sudah diambil tadi. Tiba-tiba ada orang yang mengagetkan mereka. "Haaaiiiiii...... Nisa!" Seru seorang perempuan yang berada tak jauh dari Nisa.
Orang itu ternyata Asih, teman SMA-nya yang baru saja resign dari restoran tempatnya bekerja.
"Sama siapa?" Nisa menunjuk seorang laki-laki di sebelah Asih.
"Mas pacar." Bisiknya. "Kenalin ini Mas Reno. Mas Reno, ini teman SMA-ku Nisa yang aku ceritain itu lho." Nisa dan Reno saling bersalaman.
"Oh, jadi ini si 'profesor' itu ya?" Terka Reno.
"Iya, Mas Reno. Nisa ini dulu pinter banget lho di jurusanku, sampai bisa ikut olimpiade." Ujar Asih.
"Iya, makanya kamu sering nyontek aku 'kan." Sindir Nisa.