-Pembuatan Kantor Pengubung di IKN yang tidak berbasis pada perencanaan dan snkronisasi pusat.
Kontroversi, Disharmoni Antara Almuktabar Dengan Eselon dua Di Provinsi Banten seolah tiada henti dan bahkan semakin meruncing. Kita bisa saksikan, di lapangan nyaris tidak ada inisiatif OPD untuk membuat inovasi, tidak ada gerakan perubahan, tak ada koreksi masukan untuk pak Pj.Â
Semuanya, kegiatan yang  Puncaknya, Tiba-tiba Plt. Sekda menerbitkan surat edaran untuk perubahan anggaran. Ini adalah puncak dari Disharmoni.
 Almuktabar GAGAL! Mengorkestra, berbagai lini untuk mendorong pembangunan di Banten.
Sedih..Sedih Sekali Mendengarnya.. Terlebih yang menjadi Kambing Hitam adalah Pak Jokowi, Presiden kita yang telah siang malam bekerja untuk republik. Saya Rasa, Rakyat Banten juga butuh sentuhan Pak Jokowi. Tolong Pak Banten, pak Jokowi, Kasian Rakyat Banten.
Al Muktabar Tidak Miskin Pengalaman
Al Muktabar, sejatinya adalah seorang pemikir pemerintahana, pengajar para ASN untuk berinovasi dan berekplorasi. Karakternya yang lama menjadi  pengajar seringkali ketat dengan teori.
Selalu berpikir pada idealisme, perferksionis dan seringkali mengesampingkan pada realitas. Almuktabar tidak pernah menjadi Pejabat teknis eselon 3 (Madya) dan Eselon 2 (utama).Â
Karirnya dihabiskan sebagai pejabat fungsional di Kemendagri sebagai widyaswara. Karena itulah, sosok Almuktabar adalah sosok bersih, dan telaten, juga analitik.
Namun ada yang tidak biasa dilakukan oleh Almuktabar adalah menghadapi atau melayani kerja-kerja masyarakat yang membutuhkan tidak hanya bersih dan analitik.Â
Seorang Sekda dan bahkan Pj. Gubernur adalah membutuhkan sikap kecepatan, taktis. Seorang pemimpin birokrat itu memang susah. Â
Disatu sisi ia harus lentur, cepat, di sisi lain ia terikat dengan aturan-aturan yang mengikat.Â