Dalam Tahafut al-Falasifah, Al-Ghazali membahas dua puluh masalah. Enam belas masalah metafisik dan empat masalah fisik. Dari dua puluh masalah yang dibahas oleh Al-Ghazali tersebut, tujuh belas diantaranya berisi tuduhan terhadap para filsuf yang dikatakan oleh Al-Ghazali telah melakukan bid’ah. Semnetara di tiga masalah sisanya, Al-Ghazali dengan yakin mengatakan bahwa para filsuf telah keluar dari Islam, alias KAFIR.
Dalam buku berikutnya dari Ihya’ ‘Ulum al-Din (yang sedikit potongannya saya kutip di atas), Al-Ghazali mengatakan bahwa hanya ilmu agamalah yang wajib dipelajari secara pribadi (fardlu ‘ain) olah para muslim. Sementara ilmu dunia,hanyalah fardlu kifayah yang kalau sudah ada orang Islam lain yang melakukannya, maka orang Islam sisanya sudah tidak lagi memiliki kewajiban untuk mempelajarinya.
Ihya’ ‘Ulum al-Din yang merupakan simbol pemikiran tasawuf, yang sesuai dengan namanya menganjurkan umat Islam untuk mendalami ilmu-ilmu agama saja telah menjadi senjata pamungkas yang sukses mematikan pemikiran rasional di dunia Islam. Kemudian, ketika pemikiran tasawuf Al-Ghazali kemudian semakin diperkuat oleh Ibnu ‘Arabi. Sejarah kegemilangan dunia Islam-pun resmi berakhir.
Alasan-alasan seperti inilah yang membuat saya berpandangan, kalau buku Tahafut al-Falasifah memiliki lebih banyak sisi negatif daripada sisi positifnya, sehingga menurut saya, buku ini lebih bersifat merusak daripada membangun, sebab ide-ide dalam buku ini mengajak orang Islam untuk berhenti berpikir, hal yang menurut saya merupakan sumber keterpurukan umat Islam sejak pudarnya pengaruh Mu'tazillah di abad ke-12 M, sampai hari ini dan belum ada tanda-tanda akan bangkit lagi.
Ibarat kisah dalam cerita silat karangan Asmaraman S Kho Ping Hoo, Tahafut al-Falasifah adalah jurus sakti milik umat Islam yang saat dikeluarkan malah berbalik menghantam dan menghancurkan pemilik jurus itu sendiri.
Wassalam
Win Wan Nur
Orang Aceh berdomisili di Jakarta
www.winwannur.blog.com
www.winwannur.blogspot.com
Sumber :