Mohon tunggu...
Win Wan Nur
Win Wan Nur Mohon Tunggu... wiraswasta -

Saya adalah orang Gayo yang lahir di Takengen 24 Juni 1974. Berlangganan Kompas dan menyukai rubrik OPINI.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Tahafut al-Falasifah dan Kerancuan Filsafat Al-Ghazali (Membongkar Fitnah-Fitnah Teuku Zulkhairi)

19 April 2010   13:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:42 4851
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal seperti yang digambarkan oleh Madonna dalam bukunya itulah yang terjadi pada Ibnu Rushd yang sudah terlanjur dicap sesat oleh orang-orang yang merasa diri beriman. Orang-orang 'beriman' yang sudah termakan fitnah terhadap Ibnu Rushd yang disebarkan oleh orang yang merasa diri PALING BERIMAN tidak bisa lagi satu persatu dikumpulkan untuk diberi penjelasan, tentang duduk perkara yang benar.

Akibatnya, meskipun telah diberi pengampunan, ide dan pemikiran Ibnu Rushd sama sekali tidak bisa lagi diterima oleh sebagian sangat besar kalangan Islam (sampai hari ini). Setelah Ibnu Rushd diampuni dan dibebaskan, kalangan umat Islam tetap lebih suka mempertahankan ide-ide Al-Ghazali yang menyerahkan penjelasan dari hampir semua rahasia alam kepada kebijaksanaan Allah dan mempercayai kalau semua rahasia Allah itu tidak akan bisa dipecahkan oleh Manusia dengan mengandalkan akal.

Jika di kalangan Islam pemikirannya ditolak, sebaliknya, ide dan pemikiran Ibnu Rushd justru diterima dengan luas dan malah kemudian diadopsi oleh kaum Kristen dan Yahudi. Ide-ide dan pemikiran Ibnu Rushd kemudian diteruskan bukan oleh para pemikir dan filsuf Islam, melainkan oleh para pemikir dan filsuf Kristen dan Yahudi.

Di Barat Tahafut al-Tahafut ini telah memengaruhi para filosof  untuk mengkritik doktrin Gereja yang sangat dominan. Dari sinilah filsafat pencerahan itu dimulai.

Memang, kalau materi yang dibahas dalam filsafat Ibnu Rushd yang khas zaman itu yang melulu mengangkat tema-tema metafisika dan ketuhanan dinilai dengan kacamata filsafat modern, materi yang diangkat oleh Ibnu Rushd sekitar lebih dari 800 tahun yang lalu sudah sangat usang dan sudah tidak relevan lagi untuk diperdebatkan karena apa yang dibahas oleh Ibnu Rushd bahkan logika klasik Aristoteles yang begitu dipuja oleh Ibnu Rushd pun sudah banyak dibantah dan ditolak oleh filsafat modern.

Tapi dalam menilai filsafat Ibnu Rushd, materi yang dibahas 800 tahun yang lalu tidaklah terlalu menarik bagi saya, apa yang menarik dari filsafat Ibnu Rushd di mata saya adalah IDE besar dari filsafat yang dikembangkan oleh tokoh yang satu ini, mulai dari rasionalitasnya, penghargaannya yang tinggi terhadap akal dan metode kritisismenya dalam menilai sebuah permasalahan.  IDE BESAR filsafat Ibnu Rushd inilah yang telah menginspirasi para filsuf modern, mulai dari Thomas Aquinas sampai pada Immanuel Kant, filsuf positivis terbesar dengan karya fenomenalnya Critique of Pure Reason yang mengubah cara pandang manusia secara keseluruhan terhadap ilmu pengetahuan.

Voltaire dan Rousseau yang merupakan pelopor era Renaissance di Perancis, gerakan yang berhasil mengubah wajah eropa sehingga mencapai puncak demilang peradaban, bahkan mengatakan kalau mereka bukan hanya sekadar terpengaruh oleh pemikiran filsafat Ibnu Rushd, tapi mereka terang-terangan mengaku mendapat inspirasi setelah membaca karya-karya Ibnu Rushd.

Jadi tidaklah berlebihan kalau kita katakan bahwa pemikiran filsafat Ibnu Rushd inilah sebenarnya menjadi dasar dari kegemilangan peradaban eropa dan barat secara keseluruhan.

Inilah yang disebut ironi, dalam Islam, pemikiran dan ide gemilang Ibnu Rushd ini tidak mendapat tempat, bahkan untuk di Indonesia, kalau kita merujuk pada ucapan Teuku Zulkhairi, pemikiran filsafat seperti ini malah diharamkan oleh MUI.

Begitulah, kalau ada orang yang menanyakan pendapat saya tentang Tahafut al-Falasifah yang merupakan karya besar Al-Ghazali, maka menurut saya buku ini adalah sebuah karya yang hebat yang dibuat oleh Ghazali untuk mempertahankan IMAN terhadap AKAL, yang dibuat oleh Al-Ghazali berdasar kegelisahannya menyaksikan banyaknya pemikiran intelektual Islam masa itu yang beberapa di antaranya sudah terlalu mendewakan akal.

Tapi sayangnya dalam usahanya ini, dalam buku Tahafut al-Falasifah, Al-Ghazali malah menyerang seluruh perilaku orang-orang yang melakukan proses berpikir menggunaan akal dalam menjelaskan segala fenomena alam. Dalam Tahafut al-Falasifah, Al-Ghazali mencela perilaku seperti itu sambil mengajak umat Islam untuk hanya menyerahkan segala permasalahan dan penjelasan terhadap segala fenomena dan rahasia alam semata pada Allah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun