Mohon tunggu...
Win Wan Nur
Win Wan Nur Mohon Tunggu... wiraswasta -

Saya adalah orang Gayo yang lahir di Takengen 24 Juni 1974. Berlangganan Kompas dan menyukai rubrik OPINI.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Tahafut al-Falasifah dan Kerancuan Filsafat Al-Ghazali (Membongkar Fitnah-Fitnah Teuku Zulkhairi)

19 April 2010   13:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:42 4851
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kerancuan di atas Kerancuan" yang merupakan terjemahan tulisan Ibnu Rushd ini dalam bahasa Indonesia, terus menerus digunakan oleh Teuku Zulkhairi untuk melecehkan gagasan saya, yang berpuncak pada keluarnya fitnah yang yang dia tulis diam-diam di Kompasiana dengan judul " Membongkar Kerancuan Di Atas Kerancuan Pemikiran Win Wan Nur" yang penuh dengan berbagai fakta yang dia rekayasa untuk menyudutkan saya baca : http://filsafat.kompasiana.com/2010/03/20/membongkar-%E2%80%9Ckerancuan-di-atas-kerancuan%E2%80%9D-pemikiran-win-wan-nur-oleh-teuku-zulkhairibersambung/

Karena itu, supaya masalah ini tidak berlarut-larut karena saya terus menunggu ditanggapinya tantangan saya, kali ini saya memilih untuk langsung menjawab pertanyaan Teuku Zulkhari kepada saya tentang bagaimana sebenarnya pandangan saya pribadi terhadap Al-Ghazali dan Tahafut al-Falasifah karangan tokoh besar Islam ini.

Untuk menjawab pertanyaan Teuku Zulkhairi tentang bagaimana saya menilai Imam Ghazali.

Saya harus terlebih dahulu menjelaskan, kalau soal sosok Al-Ghazali ini, sangatlah tidak mungkin saya membuat sebuah kesimpulan tunggal, karena cara pandang dan pemikiran tokoh ini banyak berevolusi sepanjang masa hidupnya. Dalam menilai ide-ide dalam karya Al-Ghazali, penilaian yang bisa kita lakukan sangat tergantung pada kapan karyanya tersebut dikeluarkan dan sudah sejauh apa evolusi spiritual yang dia alami saat karya itu ditulis. Sebab Abu-Hamid Muhammad Al-Ghazali yang lahir pada 450 H /1058 M dan wafat pada 505/1111 M ini adalah seorang manusia multi dimensi, dia adalah seorang Asy‘ariah ketika sedang ada bersama kaum Asy‘ariah, dia adalah seorang Sufi ketika bergabung dengan kaum Sufi, dan diapun adalah seorang filsuf ketika berada bersama para filsuf.

Jadi kalau kita ingin menilai pribadi tokoh yang satu ini secara komprehensif, maka akan ada banyak sekali dimensi yang harus disatukan, dan karena alasan inilah saya sama sekali tidak tertarik untuk menjadi seorang penilai terhadap pribadi tokoh besar Islam yang satu ini.

***

Dunia Islam di masa Al-Ghazali hidup, beberapa generasi sebelum kelahirannya dan beberapa generasi sesudah kematiannya adalah dunia intelektual yang penuh dinamika. Ada banyak sekali ragam isu yang diperdebatkan antara sesama cendekia zaman itu. Entah itu ilmu kedokteran, kimia, fisika, matematika, astronomi, psikologi, tasawuf, tauhid dan segala macam ilmu yang kita kenal sekarang.

Tapi dari sekian banyak pemikiran tokoh-tokoh Islam pada masa abad pertengahan ini, terus terang minat terbesar saya lebih banyak tertuju pada bidang filsafat yang mereka kembangkan pada masa itu. Saya menaruh minat besar pada bidang ini  karena dalam pandangan saya, kesalahan pengambilan pilihan pemikiran filsafat untuk dianut oleh umat Islam pada masa inilah yang menjadi kunci penyebab kemunduran peradaban Islam sampai hari ini.

Maka ketika saya berbicara tentang Al-Ghazali, fokus pembicaraan saya adalah pada PEMIKIRANNYA dalam kapasitasnya sebagai FILSUF, bukan pemikiran atau sosoknya sebagai seorang Asy'ariah (meskipun tentu saja akan tetap ada bagian Asy'ariah Ghazali yang akan saya singgung karena pandangan filsafat Al Ghazali memang tidak bisa dilepaskan dari cara pandang khas kaum Asy'ariah) atau sosoknya sebagai seorang Sufi (yang sangat diminati oleh musisi Ahmad Dhani).

Kehadiran Al-Ghazali sebagai FILSUF adalah sebagai antitesis untuk aliran Mu‘tazilah, yang merupakan aliran kritis pertama dalam Islam yang lahir kira-kira pada tahun 723 Masehi (orang-orang penganut paham ini disebut Mutakalimun).

Filsafat kaum Mu'tazillah ini banyak dipengaruhi oleh filsafat yunani kuno dari tokoh-tokoh semacam Plato dan terutama Aristoteles.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun