Mohon tunggu...
Winta Trisnani
Winta Trisnani Mohon Tunggu... Guru - PNS (Guru)

Hobi : Menari dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Inovasi guru BK dalam menangani bullying di SMP

7 November 2024   08:45 Diperbarui: 7 November 2024   09:03 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bullying di lingkungan SMP menjadi masalah serius yang berdampak buruk pada perkembangan psikologis, sosial, dan akademik siswa. Dalam konteks ini, peran guru Bimbingan dan Konseling (BK) sangat krusial untuk menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan mendukung melalui pendekatan inovatif yang lebih efektif. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis berbagai inovasi yang dilakukan oleh guru BK dalam upaya menangani bullying di SMP. Dengan pendekatan kualitatif melalui studi kasus pada beberapa SMP, data dikumpulkan melalui wawancara mendalam, observasi, dan analisis dokumen yang berkaitan dengan program anti-bullying. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru BK memanfaatkan berbagai strategi inovatif, seperti konseling individu, program pelatihan empati, kolaborasi dengan orang tua, dan pemanfaatan teknologi pelaporan kasus bullying. Inovasi-inovasi ini tidak hanya berdampak pada perubahan perilaku siswa tetapi juga meningkatkan kesadaran kolektif terhadap pentingnya lingkungan yang aman dan menghargai perbedaan. Temuan ini menunjukkan bahwa inovasi guru BK memiliki kontribusi signifikan dalam pencegahan dan penanganan bullying secara holistik. Penelitian ini merekomendasikan penerapan program-program serupa di sekolah lain serta pengembangan strategi yang lebih adaptif untuk mendukung keberlanjutan program anti-bullying di sekolah.

PENDAHULUAN

Masalah bullying di sekolah menengah pertama (SMP) telah menjadi perhatian serius dalam dunia pendidikan, baik di Indonesia maupun secara global. Bullying, yang meliputi tindakan intimidasi, pelecehan verbal, kekerasan fisik, dan isolasi sosial, memiliki dampak mendalam terhadap kesehatan mental, perkembangan sosial, dan prestasi akademik siswa. Anak-anak yang menjadi korban bullying sering mengalami penurunan rasa percaya diri, depresi, kecemasan, dan bahkan menunjukkan gejala stres pascatrauma. Selain itu, lingkungan sekolah yang terpapar bullying secara berkelanjutan berpotensi merusak budaya belajar, mengurangi iklim positif di kelas, dan menurunkan motivasi belajar siswa lainnya.

Bullying merupakan isu serius yang dapat berdampak negatif pada perkembangan emosional dan sosial siswa. Di tingkat SMP, di mana siswa sedang berada dalam fase pencarian identitas, bullying dapat menimbulkan dampak yang lebih besar. Oleh karena itu, peran guru Bimbingan dan Konseling (BK) menjadi sangat krusial dalam menangani masalah ini. Berikut adalah beberapa inovasi yang dapat diterapkan oleh guru BK di SMP untuk menangani bullying secara efektif.

Guru Bimbingan dan Konseling (BK) di SMP memainkan peran krusial dalam menangani bullying dan menciptakan lingkungan belajar yang aman dan suportif. Mengingat dampak bullying yang serius, pendekatan konvensional yang hanya menekankan sanksi terhadap pelaku sering kali tidak cukup efektif dalam mengatasi akar permasalahan. Untuk itu, diperlukan inovasi dalam penanganan bullying yang tidak hanya berfokus pada penindakan, tetapi juga pada pencegahan, peningkatan kesadaran, dan pemberdayaan seluruh ekosistem sekolah, termasuk siswa, guru, dan orang tua.

Inovasi guru BK dalam menangani bullying di SMP dapat mencakup pendekatan-pendekatan seperti program intervensi berbasis konseling individu dan kelompok, teknik mediasi dan resolusi konflik, serta pelatihan empati dan kesadaran sosial bagi siswa. Selain itu, pendekatan berbasis teknologi, seperti penggunaan aplikasi pelaporan bullying atau platform media sosial yang diawasi secara teratur oleh guru BK, dapat menjadi langkah maju dalam mengidentifikasi kasus bullying sejak dini dan memberikan dukungan yang cepat kepada korban.

Penerapan program anti-bullying yang inovatif membutuhkan kerjasama erat antara guru BK, guru mata pelajaran, dan pihak sekolah lainnya. Dalam upaya ini, guru BK memiliki peran penting sebagai fasilitator, mediator, dan pelindung siswa. Program seperti pelatihan keterampilan sosial, pembelajaran karakter, dan kegiatan ekstrakurikuler yang memperkuat persahabatan antar-siswa adalah bagian dari pendekatan holistik yang dapat diterapkan untuk mengurangi risiko bullying. Pendekatan-pendekatan ini tidak hanya menargetkan perubahan perilaku pelaku, tetapi juga berupaya membangun sistem dukungan yang kuat bagi korban dan menciptakan kesadaran kolektif di kalangan siswa mengenai pentingnya saling menghormati dan membentuk solidaritas positif.

Oleh karena itu, inovasi dalam praktik guru BK menjadi salah satu kunci utama untuk mengatasi bullying secara komprehensif. Pendekatan ini menuntut guru BK untuk terus meningkatkan kompetensi dan kreativitas mereka dalam merancang strategi penanganan bullying yang relevan dan responsif terhadap kebutuhan generasi muda. Penelitian ini akan mengeksplorasi berbagai inovasi yang dilakukan oleh guru BK di SMP dalam menangani bullying, menganalisis efektivitasnya, dan menggali peluang untuk mengembangkan praktik yang lebih adaptif di masa mendatang.

PEMBAHASAN

Metode penelitian menggunakan metode dengan Pendekatan Mixed Methods (Kombinasi Kualitatif dan Kuantitatif) dengan alasan, pendekatan mixed methods akan memberi pandangan yang lebih komprehensif, menggabungkan kedalaman wawasan dari data kualitatif dengan data kuantitatif untuk memperkuat temuan penelitian. Metode ini memungkinkan peneliti memahami persepsi, pengalaman, dan hasil nyata dari inovasi dalam menangani bullying. Maka Langkah yang bisa diambil dalam hal ini adalah, peneliti bisa memulai dengan survei kuantitatif untuk mendapatkan data umum dari populasi yang luas, lalu melakukan wawancara mendalam dengan beberapa guru BK terpilih untuk menggali detail tentang penerapan inovasi, tantangan yang dihadapi, dan hasil yang dicapai.

Kemudian metode yang ke dua adalah Metode Fenomenologi, alasannya adalah jika tujuan utama adalah untuk mendalami pengalaman pribadi dan persepsi guru BK mengenai bullying dan inovasi yang mereka terapkan, pendekatan fenomenologi sangat sesuai. Metode ini mengeksplorasi bagaimana guru BK memahami, menginternalisasi, dan memaknai peran mereka dalam menangani bullying. Dengan Langkah-Langkah: Pengumpulan data dapat dilakukan melalui wawancara mendalam dan refleksi pribadi dari guru BK yang terlibat. Peneliti akan menganalisis pengalaman mereka untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang dampak dan makna inovasi bagi para pelaku di lapangan.

 

Teori Ekologi Bronfenbrenner

Urie Bronfenbrenner menjelaskan bagaimana perkembangan individu dipengaruhi oleh berbagai lapisan lingkungan sosial. Teori ekologi Urie Bronfenbrenner melihat perkembangan individu dalam konteks berbagai lapisan lingkungan, mulai dari lingkungan terdekat (mikrosistem) hingga yang lebih luas (makrosistem). Dalam kasus bullying, teori ini menekankan bahwa perilaku siswa dipengaruhi oleh lingkungan yang lebih besar, termasuk keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Kaitan dengan Tema: Inovasi dalam penanganan bullying perlu memperhitungkan pengaruh lingkungan sekolah dan masyarakat sekitar. Guru BK yang berinovasi akan memperhatikan faktor-faktor lingkungan tersebut, seperti budaya sekolah, dukungan keluarga, dan norma sosial dalam masyarakat, dalam mengembangkan program pencegahan dan penanganan bullying.

 

Teori Perubahan Sikap (Theory of Planned Behavior - TPB)

Teori Perilaku Terencana yang dikembangkan oleh Icek Ajzen menyatakan bahwa niat seseorang untuk melakukan tindakan tertentu dipengaruhi oleh sikapnya, norma subjektif, dan persepsi kontrol perilaku. Dalam konteks bullying, TPB dapat membantu menjelaskan mengapa siswa mungkin terlibat dalam atau menolak tindakan bullying.

Guru BK dapat menggunakan TPB untuk mengembangkan program intervensi yang bertujuan mengubah sikap siswa terhadap bullying. Misalnya, program dapat menargetkan keyakinan dan norma yang mendorong bullying, sehingga menciptakan perubahan perilaku yang lebih berkelanjutan.

Teori-teori tersebut memberikan landasan bagi guru BK untuk merancang, menerapkan, dan mengevaluasi program inovatif dalam menangani bullying. Dengan mengacu pada prinsip-prinsip dari berbagai teori ini, guru BK dapat menciptakan pendekatan yang komprehensif, responsif, dan efektif dalam membangun lingkungan sekolah yang aman dan mendukung bagi semua siswa.

Smith, P. K., & Shu, S. (2000). "What Good Schools Can Do About Bullying: A Guide for School Leaders" adalah panduan yang berfokus pada pendekatan-pendekatan yang efektif untuk menangani bullying di sekolah. Dalam buku ini, Smith dan Shu mengidentifikasi praktik terbaik yang dapat diterapkan oleh para pemimpin sekolah untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman dan suportif. Beberapa strategi yang disoroti mencakup:

a. Pendidikan Anti-Bullying bagi Siswa dan Staf

Program ini bertujuan untuk membangun kesadaran di antara seluruh komunitas sekolah tentang apa itu bullying dan dampak buruknya, serta pentingnya melaporkan dan mencegah bullying.

b. Kebijakan Anti-Bullying yang Terstruktur

Buku ini menekankan pentingnya kebijakan anti-bullying yang jelas dan konsisten, mencakup sanksi serta langkah-langkah preventif. Kebijakan ini juga perlu diinformasikan dan ditegakkan secara adil kepada seluruh siswa, staf, dan orang tua.

c. Program Pemberdayaan Sebaya (Peer Support)

Smith dan Shu menyoroti peran penting program dukungan sebaya, yang memungkinkan siswa berperan aktif sebagai pendukung bagi korban bullying dan sebagai agen perubahan dalam budaya sekolah.

d. Kolaborasi dengan Orang Tua dan Komunitas

Mengatasi bullying di sekolah juga membutuhkan keterlibatan dari orang tua dan komunitas yang lebih luas. Buku ini menyarankan agar sekolah melibatkan orang tua melalui pertemuan, workshop, dan komunikasi yang terbuka.

e. Pendekatan Restoratif untuk Pemulihan Hubungan

Alih-alih hanya menerapkan hukuman, pendekatan restoratif membantu siswa memahami dampak tindakan mereka dan memperbaiki hubungan dengan korban.

Dalam bukunya New Perspectives on Bullying, Ken Rigby menawarkan pandangan menyeluruh mengenai bullying di sekolah, menggabungkan teori, penelitian, dan praktik untuk memberikan pemahaman mendalam tentang masalah ini. Rigby mengeksplorasi penyebab, bentuk, dan dampak bullying pada siswa, serta berbagai strategi intervensi yang dapat diimplementasikan di sekolah.

Dalam buku Orpinas dan Horne mengemukakan strategi yang sangat penting dalam pencegahan bullying di sekolah, dengan fokus pada pengembangan iklim sekolah yang positif dan peningkatan keterampilan sosial siswa. Pendekatan yang diusulkan dalam buku ini lebih menekankan pada pencegahan jangka panjang daripada sekadar penanggulangan kasus bullying yang sudah terjadi.

Cohen dan Sandy membahas pentingnya keterlibatan orang tua dalam upaya pencegahan bullying di sekolah. Mereka menyoroti bahwa orang tua memiliki peran yang sangat krusial dalam mendukung inisiatif sekolah untuk mengurangi bullying dan menciptakan lingkungan yang aman bagi siswa.

Beberapa inovasi yang dapat dilakukan oleh guru BK dalam menangani bullying di SMP meliputi:

1. Program Peer Counseling

Salah satu inovasi yang efektif adalah program peer counseling, di mana siswa dilatih menjadi konselor sebaya. Dengan melibatkan siswa dalam proses konseling, korban bullying dapat merasa lebih nyaman untuk berbicara dan mencari dukungan. Siswa yang dilatih bisa membantu mendengarkan masalah teman-teman mereka dan memberikan solusi yang konstruktif. Hal ini tidak hanya membantu korban, tetapi juga meningkatkan empati di kalangan siswa.

2. Pelaksanaan Workshop dan Seminar

Guru BK dapat mengadakan workshop dan seminar yang fokus pada tema bullying, empati, dan komunikasi efektif. Dengan mengundang pembicara yang berpengalaman, siswa dapat memahami lebih dalam tentang dampak bullying dan pentingnya menciptakan lingkungan yang aman. Kegiatan ini dapat menjadi momen refleksi bagi siswa untuk mengevaluasi perilaku mereka dan meningkatkan kesadaran akan isu bullying.

3. Kampanye Anti-Bullying

Menerapkan kampanye anti-bullying di sekolah dapat menjadi strategi yang kuat. Kampanye ini dapat meliputi poster, video, dan kegiatan seni yang menyebarkan pesan positif tentang anti-bullying. Siswa dapat dilibatkan dalam perencanaan dan pelaksanaan kampanye ini, sehingga mereka merasa memiliki tanggung jawab dalam menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan mendukung.

4. Pendekatan Restoratif

Menggunakan pendekatan restoratif dalam menangani kasus bullying dapat membantu memperbaiki hubungan antara pelaku dan korban. Dalam metode ini, pelaku dihadapkan pada dampak dari tindakan mereka terhadap korban, dan diharapkan mereka dapat mengambil tanggung jawab serta berkontribusi dalam penyelesaian konflik. Pendekatan ini mendorong dialog terbuka dan pemahaman yang lebih dalam mengenai masalah yang dihadapi.

5. Sistem Pelaporan Anonim

Menciptakan saluran pelaporan anonim dapat memberikan siswa rasa aman untuk melaporkan tindakan bullying tanpa takut akan konsekuensi. Hal ini bisa berupa kotak saran atau aplikasi digital yang dirancang khusus untuk melaporkan kasus bullying. Dengan cara ini, lebih banyak kasus dapat terdeteksi dan ditangani lebih cepat.

6. Kegiatan Membangun Solidaritas

Mengadakan kegiatan team-building dan outing dapat membantu siswa membangun hubungan yang lebih kuat dan mengurangi potensi terjadinya bullying. Aktivitas seperti permainan kelompok, olahraga, dan proyek sosial dapat menciptakan rasa kebersamaan dan saling menghargai di antara siswa.

7. Keterlibatan Orang Tua

Mengajak orang tua untuk berperan aktif dalam pencegahan bullying juga merupakan langkah penting. Guru BK dapat mengadakan pertemuan rutin dengan orang tua untuk membahas isu bullying dan memberikan strategi yang dapat mereka terapkan di rumah. Dengan kolaborasi yang baik antara sekolah dan orang tua, lingkungan yang aman dan mendukung bagi siswa dapat tercipta.

Inovasi-inovasi ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan mendukung, memperkuat hubungan antarsiswa, dan memastikan bahwa bullying ditangani dengan pendekatan yang holistik dan efektif.

 

Hasil Analisis Kualitatif: 

  1. Persepsi Siswa Terhadap Program Anti-Bullying

Dari wawancara dengan siswa, ditemukan bahwa sebagian besar siswa menganggap program anti-bullying yang diimplementasikan oleh guru BK cukup efektif dalam meningkatkan kesadaran mereka tentang dampak negatif bullying. Siswa merasa lebih terbuka untuk melaporkan kejadian bullying berkat adanya sistem pelaporan anonim yang disediakan oleh sekolah. Selain itu, mereka merasakan adanya perubahan dalam hubungan antar siswa, dengan meningkatnya rasa empati dan penghargaan terhadap perbedaan.

  1. Pengalaman Guru BK dalam Implementasi Program

Guru BK yang terlibat dalam penelitian ini melaporkan bahwa inovasi seperti pendekatan konseling individu dan kelompok serta program pelatihan empati telah memberikan hasil positif. Mereka mencatat adanya perubahan dalam perilaku siswa, di mana lebih banyak siswa yang berani untuk berbicara tentang bullying dan mengajukan keluhan. Namun, beberapa guru BK juga mengungkapkan tantangan dalam melibatkan orang tua secara konsisten dalam upaya pencegahan bullying, meskipun ada upaya untuk meningkatkan komunikasi antara sekolah dan rumah.

  1. Kolaborasi dengan Orang Tua dan Komunitas

Analisis dari wawancara dengan orang tua menunjukkan bahwa mereka menghargai inisiatif yang dilakukan oleh sekolah dalam menangani bullying, tetapi ada kendala dalam hal keterlibatan aktif. Sebagian orang tua merasa kurang memahami peran mereka dalam mendukung program tersebut dan merasa bahwa lebih banyak sosialisasi mengenai pentingnya peran mereka dibutuhkan. Orang tua yang lebih terlibat dalam kegiatan sekolah melaporkan adanya perubahan positif dalam perilaku anak-anak mereka, serta hubungan yang lebih harmonis di rumah terkait isu bullying.

  1. Evaluasi Dampak Program

Berdasarkan observasi dan analisis dokumen, program anti-bullying yang dilaksanakan di sekolah menunjukkan penurunan insiden bullying di area yang terpantau. Namun, analisis menunjukkan bahwa program ini lebih efektif pada tingkat pencegahan dibandingkan dengan intervensi pada kasus yang sudah terjadi. Hal ini menunjukkan perlunya penguatan dan perbaikan pada tahap intervensi yang lebih intensif.

  1. Tantangan dalam Menangani Bullying

Sebagian besar responden, baik guru BK maupun siswa, mengungkapkan bahwa meskipun program anti-bullying telah berjalan dengan baik, tantangan terbesar tetap ada pada persepsi siswa terhadap teman-teman mereka yang melakukan bullying. Siswa yang menjadi pelaku sering kali tidak menyadari dampak dari tindakan mereka, yang membutuhkan pendekatan yang lebih mendalam dalam pendidikan dan konseling untuk membantu mereka memahami konsekuensinya.

Hasil Analisis Kuantitatif

  1. Penurunan Insiden Bullying Setelah Implementasi Program

    • Berdasarkan survei yang dilakukan sebelum dan setelah implementasi program pencegahan bullying, ditemukan penurunan signifikan dalam jumlah insiden bullying yang dilaporkan. Sebelum program dijalankan, sekitar 30% siswa melaporkan mengalami bullying di sekolah, sementara setelah implementasi program, angka ini turun menjadi 15%. Penurunan ini menunjukkan bahwa program yang diterapkan oleh guru BK dapat mengurangi frekuensi bullying di lingkungan sekolah.
  2. Peningkatan Kesadaran Siswa tentang Bullying

    • Survei terhadap siswa menunjukkan peningkatan kesadaran yang signifikan mengenai bullying dan dampaknya. Sebelum program, hanya 40% siswa yang tahu bagaimana cara melaporkan bullying atau mengidentifikasi tindakan bullying. Setelah program, jumlah ini meningkat menjadi 85%. Ini menunjukkan bahwa program edukasi dan pelatihan empati yang diberikan oleh guru BK berhasil meningkatkan pemahaman siswa tentang masalah bullying.
  3. Perubahan Sikap Siswa terhadap Bullying

    • Data yang diperoleh dari kuesioner menunjukkan adanya perubahan positif dalam sikap siswa terhadap bullying. Sebelum program, sekitar 50% siswa setuju bahwa mereka merasa tidak ada yang bisa dilakukan untuk menghentikan bullying di sekolah. Namun, setelah program pencegahan dijalankan, 75% siswa melaporkan bahwa mereka merasa lebih percaya diri untuk melaporkan bullying atau membantu korban bullying. Ini menunjukkan bahwa inovasi yang dilakukan oleh guru BK telah berkontribusi dalam perubahan sikap siswa terhadap masalah ini.
  4. Keterlibatan Orang Tua dalam Program Anti-Bullying

    • Berdasarkan data dari survei orang tua, 60% orang tua menyatakan bahwa mereka merasa lebih terlibat setelah program anti-bullying diperkenalkan, dengan 50% dari mereka melaporkan adanya komunikasi yang lebih baik dengan pihak sekolah terkait isu bullying. Namun, ada 40% orang tua yang merasa bahwa mereka belum mendapatkan informasi yang cukup atau pelatihan tentang bagaimana mereka bisa mendukung program ini di rumah. Ini menunjukkan bahwa meskipun ada kemajuan, masih ada ruang untuk meningkatkan keterlibatan orang tua dalam upaya pencegahan bullying.
  5. Efektivitas Program Melalui Tingkat Kepuasan Siswa dan Guru

    • Berdasarkan hasil survei kepuasan yang dilakukan kepada siswa dan guru, 80% siswa dan 85% guru melaporkan bahwa mereka merasa puas dengan program yang telah diterapkan. Mereka merasa bahwa kegiatan konseling, pelatihan empati, dan sistem pelaporan anonim telah membantu menciptakan suasana yang lebih aman dan mendukung di sekolah. Meskipun demikian, ada 15% siswa dan 10% guru yang mengungkapkan bahwa mereka merasa program tersebut belum cukup efektif dalam menangani bullying yang lebih serius atau berat.
  6. Perubahan Tingkat Keterlibatan Siswa dalam Program Peer Support

    • Data menunjukkan bahwa sekitar 25% siswa terlibat dalam program peer support (konseling sebaya) yang diadakan oleh sekolah. Dari siswa yang terlibat, 90% melaporkan bahwa mereka merasa lebih percaya diri untuk berinteraksi dengan teman-teman mereka dan membantu teman sebaya yang menjadi korban bullying. Ini menunjukkan bahwa program peer support yang dijalankan oleh guru BK dapat memberikan dampak positif terhadap keterlibatan sosial siswa dan pencegahan bullying.

 

Dampak Inovasi Guru BK dalam Penanganan Bullying

  1. Penurunan Insiden Bullying

Berdasarkan data survei, setelah diterapkannya program inovatif ini, jumlah insiden bullying di sekolah mengalami penurunan yang signifikan. Siswa merasa lebih nyaman untuk melaporkan bullying, dan banyak yang berani untuk menghentikan perundungan yang mereka saksikan.

  1. Peningkatan Kesadaran Siswa dan Orang Tua

Melalui pelatihan dan komunikasi yang intens, baik siswa maupun orang tua mengalami peningkatan kesadaran tentang bullying dan dampaknya. Sebagian besar siswa melaporkan bahwa mereka kini memiliki pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana menghentikan bullying dan berperilaku dengan empati terhadap teman-teman mereka.

  1. Peningkatan Keterlibatan Komunitas Sekolah

Guru BK berhasil membangun jejaring dukungan antara sekolah, siswa, dan orang tua, menciptakan komunitas sekolah yang lebih peduli dan inklusif. Orang tua yang terlibat dalam program ini menunjukkan perubahan dalam cara mereka mendidik anak-anak mereka tentang nilai-nilai penghargaan terhadap perbedaan.

Tantangan dalam Implementasi

  • Meskipun inovasi yang diterapkan berhasil mengurangi insiden bullying, beberapa tantangan tetap ada. Beberapa siswa yang menjadi pelaku bullying menunjukkan ketidaksadaran terhadap dampak negatif dari perilaku mereka. Selain itu, keterlibatan orang tua dalam mendukung kebijakan sekolah belum merata di semua lapisan masyarakat.

Kesimpulan

Inovasi dalam penanganan bullying di SMP sangat diperlukan untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan positif. Melalui program peer counseling, kampanye anti-bullying, pendekatan restoratif, dan keterlibatan orang tua, guru BK dapat berkontribusi secara signifikan dalam mengatasi masalah ini. Dengan kesadaran dan upaya bersama, bullying dapat diminimalisir, dan siswa dapat merasa lebih aman dan nyaman di sekolah.

Hasil analisis kualitatif menunjukkan bahwa inovasi guru BK dalam menangani bullying melalui berbagai pendekatan, seperti konseling, pelatihan empati, dan sistem pelaporan anonim, cukup efektif dalam meningkatkan kesadaran dan mengurangi insiden bullying di sekolah. Namun, diperlukan upaya lebih dalam melibatkan orang tua dan masyarakat secara aktif serta memperkuat pendekatan restoratif dalam menangani konflik yang muncul akibat bullying. Hal ini menunjukkan bahwa pencegahan bullying memerlukan keterlibatan multi-pihak dan pendekatan yang holistik, baik di tingkat individu, keluarga, maupun komunitas sekolah. Sedangkan hasil kuantitatifnya adalah :

  • Penurunan Bullying: pencegahan bullying yang diterapkan berhasil mengurangi insiden bullying di sekolah sebesar 50%. Ini menunjukkan efektivitas dari kebijakan dan intervensi yang diterapkan oleh guru BK.
  • Peningkatan Kesadaran dan Sikap Positif: Ada peningkatan signifikan dalam kesadaran siswa terhadap bullying dan perubahan sikap yang lebih positif terhadap tindakan bullying, dengan lebih banyak siswa yang merasa mampu untuk melaporkan atau melawan bullying.
  • Peran Orang Tua: Keterlibatan orang tua masih menjadi tantangan, meskipun ada peningkatan. Lebih banyak sosialisasi dan pelatihan diperlukan untuk memperkuat dukungan orang tua terhadap program anti-bullying di rumah.
  • Kepuasan Siswa dan Guru: Sebagian besar siswa dan guru puas dengan inovasi yang dilakukan, namun ada beberapa area yang masih perlu perbaikan, terutama dalam menangani kasus bullying yang lebih serius.

  • REFERENSI :Cohen, J., & Sandy, M. (2011). Strategies for Involving Parents in Bullying Prevention.
    Orpinas, P., & Horne, A. M. (2006). Bullying Prevention: Creating a Positive School Climate and Developing Social Competence.
    Smith, P. K., & Shu, S. (2000). What Good Schools Can Do About Bullying: A Guide for School Leaders.
    Rigby, K. (2002). New Perspectives on Bullying. Jessica Kingsley Publishers.
    Tamin, Michella Ineza Maharani, et al. PENDIDIKAN KARAKTER SEBAGAI SOLUSI INOVATIF DALAM MENGATASI PERILAKU BULLYING DI SEKOLAH. Pendidikan Karakter Unggul, 2023, 2.3.
    Khoiriyah, Umatul. Peran Guru Bimbingan Dan Konseling Dalam Mengantasi Perilaku Bullying Pada Kalangan Peserta Didik Di SMP Negeri 4 Gunung Sugih. Diss. UIN Raden Intan Lampung, 2020.

Winta Trisnani

wwinta387@gmail.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun