Mohon tunggu...
Winta Trisnani
Winta Trisnani Mohon Tunggu... Guru - PNS (Guru)

Hobi : Menari dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Inovasi guru BK dalam menangani bullying di SMP

7 November 2024   08:45 Diperbarui: 7 November 2024   09:03 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Berdasarkan observasi dan analisis dokumen, program anti-bullying yang dilaksanakan di sekolah menunjukkan penurunan insiden bullying di area yang terpantau. Namun, analisis menunjukkan bahwa program ini lebih efektif pada tingkat pencegahan dibandingkan dengan intervensi pada kasus yang sudah terjadi. Hal ini menunjukkan perlunya penguatan dan perbaikan pada tahap intervensi yang lebih intensif.

  1. Tantangan dalam Menangani Bullying

Sebagian besar responden, baik guru BK maupun siswa, mengungkapkan bahwa meskipun program anti-bullying telah berjalan dengan baik, tantangan terbesar tetap ada pada persepsi siswa terhadap teman-teman mereka yang melakukan bullying. Siswa yang menjadi pelaku sering kali tidak menyadari dampak dari tindakan mereka, yang membutuhkan pendekatan yang lebih mendalam dalam pendidikan dan konseling untuk membantu mereka memahami konsekuensinya.

Hasil Analisis Kuantitatif

  1. Penurunan Insiden Bullying Setelah Implementasi Program

    • Berdasarkan survei yang dilakukan sebelum dan setelah implementasi program pencegahan bullying, ditemukan penurunan signifikan dalam jumlah insiden bullying yang dilaporkan. Sebelum program dijalankan, sekitar 30% siswa melaporkan mengalami bullying di sekolah, sementara setelah implementasi program, angka ini turun menjadi 15%. Penurunan ini menunjukkan bahwa program yang diterapkan oleh guru BK dapat mengurangi frekuensi bullying di lingkungan sekolah.
  2. Peningkatan Kesadaran Siswa tentang Bullying

    • Survei terhadap siswa menunjukkan peningkatan kesadaran yang signifikan mengenai bullying dan dampaknya. Sebelum program, hanya 40% siswa yang tahu bagaimana cara melaporkan bullying atau mengidentifikasi tindakan bullying. Setelah program, jumlah ini meningkat menjadi 85%. Ini menunjukkan bahwa program edukasi dan pelatihan empati yang diberikan oleh guru BK berhasil meningkatkan pemahaman siswa tentang masalah bullying.
  3. Perubahan Sikap Siswa terhadap Bullying

    • Data yang diperoleh dari kuesioner menunjukkan adanya perubahan positif dalam sikap siswa terhadap bullying. Sebelum program, sekitar 50% siswa setuju bahwa mereka merasa tidak ada yang bisa dilakukan untuk menghentikan bullying di sekolah. Namun, setelah program pencegahan dijalankan, 75% siswa melaporkan bahwa mereka merasa lebih percaya diri untuk melaporkan bullying atau membantu korban bullying. Ini menunjukkan bahwa inovasi yang dilakukan oleh guru BK telah berkontribusi dalam perubahan sikap siswa terhadap masalah ini.
  4. Keterlibatan Orang Tua dalam Program Anti-Bullying

    • Berdasarkan data dari survei orang tua, 60% orang tua menyatakan bahwa mereka merasa lebih terlibat setelah program anti-bullying diperkenalkan, dengan 50% dari mereka melaporkan adanya komunikasi yang lebih baik dengan pihak sekolah terkait isu bullying. Namun, ada 40% orang tua yang merasa bahwa mereka belum mendapatkan informasi yang cukup atau pelatihan tentang bagaimana mereka bisa mendukung program ini di rumah. Ini menunjukkan bahwa meskipun ada kemajuan, masih ada ruang untuk meningkatkan keterlibatan orang tua dalam upaya pencegahan bullying.
  5. Efektivitas Program Melalui Tingkat Kepuasan Siswa dan Guru

    • Berdasarkan hasil survei kepuasan yang dilakukan kepada siswa dan guru, 80% siswa dan 85% guru melaporkan bahwa mereka merasa puas dengan program yang telah diterapkan. Mereka merasa bahwa kegiatan konseling, pelatihan empati, dan sistem pelaporan anonim telah membantu menciptakan suasana yang lebih aman dan mendukung di sekolah. Meskipun demikian, ada 15% siswa dan 10% guru yang mengungkapkan bahwa mereka merasa program tersebut belum cukup efektif dalam menangani bullying yang lebih serius atau berat.
  6. Perubahan Tingkat Keterlibatan Siswa dalam Program Peer Support

    • Data menunjukkan bahwa sekitar 25% siswa terlibat dalam program peer support (konseling sebaya) yang diadakan oleh sekolah. Dari siswa yang terlibat, 90% melaporkan bahwa mereka merasa lebih percaya diri untuk berinteraksi dengan teman-teman mereka dan membantu teman sebaya yang menjadi korban bullying. Ini menunjukkan bahwa program peer support yang dijalankan oleh guru BK dapat memberikan dampak positif terhadap keterlibatan sosial siswa dan pencegahan bullying.

 

Dampak Inovasi Guru BK dalam Penanganan Bullying

  1. Penurunan Insiden Bullying

Berdasarkan data survei, setelah diterapkannya program inovatif ini, jumlah insiden bullying di sekolah mengalami penurunan yang signifikan. Siswa merasa lebih nyaman untuk melaporkan bullying, dan banyak yang berani untuk menghentikan perundungan yang mereka saksikan.

  1. Peningkatan Kesadaran Siswa dan Orang Tua

Melalui pelatihan dan komunikasi yang intens, baik siswa maupun orang tua mengalami peningkatan kesadaran tentang bullying dan dampaknya. Sebagian besar siswa melaporkan bahwa mereka kini memiliki pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana menghentikan bullying dan berperilaku dengan empati terhadap teman-teman mereka.

  1. Peningkatan Keterlibatan Komunitas Sekolah

Guru BK berhasil membangun jejaring dukungan antara sekolah, siswa, dan orang tua, menciptakan komunitas sekolah yang lebih peduli dan inklusif. Orang tua yang terlibat dalam program ini menunjukkan perubahan dalam cara mereka mendidik anak-anak mereka tentang nilai-nilai penghargaan terhadap perbedaan.

Tantangan dalam Implementasi

  • Meskipun inovasi yang diterapkan berhasil mengurangi insiden bullying, beberapa tantangan tetap ada. Beberapa siswa yang menjadi pelaku bullying menunjukkan ketidaksadaran terhadap dampak negatif dari perilaku mereka. Selain itu, keterlibatan orang tua dalam mendukung kebijakan sekolah belum merata di semua lapisan masyarakat.

Kesimpulan

Inovasi dalam penanganan bullying di SMP sangat diperlukan untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan positif. Melalui program peer counseling, kampanye anti-bullying, pendekatan restoratif, dan keterlibatan orang tua, guru BK dapat berkontribusi secara signifikan dalam mengatasi masalah ini. Dengan kesadaran dan upaya bersama, bullying dapat diminimalisir, dan siswa dapat merasa lebih aman dan nyaman di sekolah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun