Mohon tunggu...
windar deyuar
windar deyuar Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu dari 3 orang anak

Wanita tangguh penuh semangat positif thinking.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Minat Baca

6 September 2021   06:43 Diperbarui: 6 September 2021   07:59 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Salam jumpa Pembaca Keren, Salam Sukses semua.......

Berbicara Minat Baca dapat kita lihat dari berbagai sudut pandang, salah satunya dari sisi Sumber Daya Manusia.

Menumbuhkan Minat Baca dari sisi Manajemen SDM (Sumber Daya Manusia), bisa kita telusuri dengan beberapa pertanyaan di bawah ini :

  1. Apa hubungan SDM dengan Minat Baca?

  2. Di mana tersedia SDM yang pas untuk menumbuhkan  Minat Baca?

  3. Mengapa Minat Baca harus ditumbuhkan pada SDM?

  4. Kapan  SDM bisa menumbuhkan Minat Baca?

  5. Siapa SDM yang terlibat dalam menumbuhkan Minat Baca?

  6. Bagaimana cara menumbuhkan Minat Baca SDM?

Mari kita coba lihat uraian semua pertanyaan di atas :

I. Apa hubungan SDM dengan Minat Baca?

Sebelum kita bisa mengerti apa hubungannya, tentu saja kita harus tahu dulu apa yang dimaksud SDM atau Sumber Daya Manusia?

Sebagai orang yang pernah mengikuti studi tentang SDM, saya mencoba menyampaikan apa yang masih saya simpan dalam memori saya tentang SDM, tanpa bermaksud menambah atau mengurangi teori yang pernah saya terima dari para Guru dan Dosen serta berbagai literatur tentang SDM, maka saya dapat menuliskan benang merah pengertian SDM sebagai berikut :

"SDM" atau Sumber Daya Manusia adalah suatu daya atau kekuatan yang hidup, bergerak dan mempunyai akal pikiran serta "hasrat" atau nafsu dan keinginan yang berpotensi bisa meningkatkan atau menurunkan produktivitas dirinya.

Sedangkan Minat Baca adalah : passion atau gaya perilaku SDM atau seseorang terhadap tulisan baik yang terkumpul dan tersusun dalam satu kitab atau hanya beberapa coretan dalam kalimat yang mengandung arti dimana SDM atau seseorang tersebut mampu memahami maksud tulisan itu.

Jadi menurut hemat "Penulis" hubungan antara SDM dengan Minat Baca dapat diumpamakan sebagai sebuah "scrub dan mur."

Jika ada scrub tentu harus ada mur begitupun sebaliknya karena kedua benda tersebut tidak akan "berguna" jika  pasangannya yang pas tidak ada. 

Dengan kata lain SDM seumpama scrub dan Minat Baca adalah mur, maka jika ingin SDM itu bisa diberdayagunakan, kita harus mampu menumbuhkan   Minat Baca yang baik terhadap SDM bersangkutan, begitupun sebaliknya jika ingin menumbuhkan Minat Baca yang baik, maka carilah SDM yang pas atau sesuai.  

II. Di mana tersedia SDM yang pas untuk menumbuhkan Minat Baca?

Lagi-lagi saya ingin menyampaikan apa yang pernah dilihat, didengar, dirasakan dan dialami sendiri oleh "Penulis" maupun berdasarkan pengamatan terhadap orang lain, bahwa untuk mencapai tingkat Minat Baca yang optimal, bisa kita lihat dari posisi SDM sebagai berikut :

  1. SDM yang berada di Lembaga Pendidikan semua tingkatan, dari PAUD sampai Strata 3, baik Swasta atau Negeri.

  2. SDM yang berada di Instansi Pemerintah atau Lembaga Tinggi Negara.

  3. SDM yang berada di Organisasi Non Pemerintah (NGO).

  4. SDM yang putus sekolah atau tidak memiliki pendidikan formal.

Dari keempat posisi di atas (a - d), menurut saya yang lebih "dominan" sumbangsihnya dalam menumbuhkan Minat Baca ada pada posisi SDM yang mengikuti pendidikan formal  Strata 2 & 3, dengan alasan bahwa SDM yang bersangkutan memang dituntut banyak membaca literatur atau referensi penunjang studinya.

Sedangkan untuk posisi SDM yang minim kontribusinya dalam peningkatan Minat Baca adalah SDM yang putus atau tidak mendapat pendidikan formal, dengan alasan bahwa SDM yang bersangkutan rata-rata memang tidak mampu dari segi financial (Keuangan) sehingga waktu mereka terkuras hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup primer (pangan, sandang dan papan). 

Sebenarnya kedua posisi SDM di atas, yang berkontribusi pada Minat Baca yang  Up-Down atau Maksimal-Minimal tidak bisa kita generalisir (pukul ratakan) karena alasan mereka yang "mutlak" (tidak ada pilihan). Karena kondisilah yang "memaksa" mereka harus meningkatkan daya atau sebaliknya tidak punya daya.

Tidak sedikit SDM yang kurang mampu dan tidak berkesempatan mengikuti pendidikan formal adalah SDM yang haus literasi tentang kehidupan, entah itu dari buku, majalah dan buletin atau tontonan.

III. Mengapa Minat Baca harus ditumbuhkan pada SDM?

Seperti sudah kita ketahui bersama bahwa SDM adalah salah satu sumber daya yang berpotensi bisa meningkatkan atau menurunkan produktivitas barang  atau jasa, maka tentu saja SDM tersebut harus dipelihara dan dijaga motivasinya agar selalu dalam kondisi positif sehingga dapat menciptakan "Mood" yang baik, biasa kita kenal dengan istilah "good mood."  Dengan mood yang baik, diharapkan semua aktivitas berujung pada "kebaikan" bagi diri sendiri yang akan berimbas baik pula pada orang lain.

        Sebaliknya jika motivasi SDM menurun, tentu akan berakibat pada kondisi yang kurang baik atau buruk, biasa kita kenal dengan istilah "bad mood."  Jika SDM sudah mengalami kondisi bad mood, bisa dipastikan akan berpengaruh pada aktivitas yang kurang baik pula meskipun tidak semua SDM demikian karena banyak juga yang bisa mengontrol atau mengendalikan aktifitasnya tetap stabil dalam kondisi motivasi yang buruk sekalipun.

Minat Baca yang baik akan memelihara dan menjaga motivasi SDM.  Masalahnya tidak semua SDM punya Minat Baca yang bagus, mengapa demikian?  Karena Minat Baca adalah kebiasaan atau "habbit" yang harus dilatih sejak dini, namun kebiasaan membaca juga bisa karena "hobby" orang yang bersangkutan sehingga kita juga biasa mendengar istilah "kutu buku."  Bagi sebagian orang yang sudah "berlabel" kutu buku baik yang karena habbit atau hobby akan lebih mudah bagi orang lain untuk memotivasinya sekalipun kondisi "si kutu buku" dalam keadaan "bad mood."  Mengapa demikian karena "basic" jiwanya memang suka membaca.

Sekarang permasalahannya jika SDM tersebut adalah sekelompok orang yang memang bukan hobby membaca dan juga tidak terbiasa membaca, bagaimana trik kita agar mereka termotivasi untuk membaca?

Ada beberapa trik yang biasa saya terapkan kepada anak-anak baik di rumah maupun di tempat lain, diantaranya :

  1. Memancing SDM tersebut dengan cerita yang menarik sesuai tingkat usianya dengan tujuan orang tersebut nantinya akan penasaran.  Jika mereka sudah penasaran, kita bisa langsung masuk trik ke-dua.

  2. Menunjukkan kepada SDM tersebut di mana mereka bisa mendapatkan cerita lanjutannya, tentu saja dengan memberikan link bacaan yang sesuai dengan usianya.

  3. Usahakan bukan kita yang memilihkan genre bacaannya tetapi sebelumnya kita sudah menggali cerita dari mereka untuk mengetahui apa yang mereka sukai, mereka senangi dan memang itu passionnya.

  4. Pertanyaannya bagaimana dengan SDM yang "tidak berdaya" seperti anak-anak putus sekolah atau tidak dapat melanjutkan studinya karena memang "tidak" ada biaya?  Jangankan untuk membeli buku bacaan, untuk bisa makan saja mereka sudah sangat bersyukur.  Kalau kondisinya demikian, tentu saja tangan-tangan "dermawan" kitalah yang harus ambil bagian.  Kita tidak bisa hanya menunjukkan, tetapi langsung memberi atau meminjamkan bahan bacaan serta tontonan yang bisa menjadi solusi                          "ketidakberdayaan" SDM dimaksud.

IV. Kapan SDM bisa menumbuhkan Minat Bacanya?

SDM yang bisa  menumbuhkan Minat Bacanya dapat kita lihat pada sa'at  mereka dalam kondisi membutuhkan berbagai bacaan atau literatur sebagai motivasi "penggerak" di setiap aktivitasnya.

Golongan SDM yang mengandalkan motivasi dari tulisan orang lain termasuk SDM yang "potensial" dalam menaikkan tingkat Minat Baca.

Apa saja kriteria atau ciri SDM tersebut? Diantaranya :

  1. Type pemalu, ciri tersebut dapat kita lihat pada sa'at kita melakukan "coaching" (menggali) potensi yang ada dalam diri SDM bersangkutan utamanya jika kita menanyakan sesuatu yang berhubungan dengan aktivitas "passion" SDM tersebut.  SDM yang hanya memberikan keterangan atau penjelasan singkat, bisa dikategorikan "SDM pemalu.  Pribadi pemalu cenderung tertutup (Intropert).  Kebanyakan dari mereka tidak suka bahkan benci dengan orang yang berusaha meng-coaching dirinya.  Bagaimana solusinya?  Kalau kita sudah bisa mendeteksi kondisi SDM tersebut, jangan meneruskan usaha "coaching" tetapi akan lebih manjur jika kita yang menceritakan apa yang kita rasakan, inginkan, cita-citakan di masa depan dan bagaimana cara kita menemukan "solusi" untuk masalah kita dalam menggapai "ekspektasi" yang sudah kita rencanakan.  Ingat SDM yang Intropert lebih senang mendengar pengalaman orang lain  daripada menceritakan hal-hal yang ada pada dirinya sendiri.  Setelah mereka mendengar cerita orang lain, SDM tersebut akan mencari referensi lain untuk perbandingan  bahan solusi masalahnya.  Jika SDM tersebut tidak mendapati lagi orang yang mau bercerita dengannya, secara sadar mereka akan berusaha mencari dari bahan bacaan atau tontonan yang ada relevansinya dengan pemahaman yang sempat didapatkannya dari kita.

  2. Sebaliknya ada SDM yang punya sifat terbuka atau "Ekstropert".  Menghadapi SDM Ekstropert tidak lebih mudah daripada yang bersifat Intropert.  Dari sisi ketergalian minat, memang kita lebih mudah mendapatkannya karena sifat keterbukaan tadi, tetapi biasanya orang yang Ekstropert lebih banyak punya "alasan" untuk menolak apa yang disarankan orang lain.  Penolakan itu bukan semata karena mereka sudah paham apa yang seharusnya mereka lakukan untuk mencapai "kesuksesan" tetapi lebih pada sifat mereka yang tidak sungkan menyampaikan "ketidaksukaanya" membaca jika dalam kondisi badmood.  Bagaimana solusinya?  Kalau kita sudah tahu SDM tersebut "Ekstropert", jangan pernah mendiktenya.  Biarkan mereka menjawab usaha coaching kita sampai mereka puas mengutarakan apa yang ada dalam pikiran dan perasaannya, baru kita masuk perlahan dalam alur "mindset" yang sudah mereka bangun.  Dengan kata lain, pancing dan samakan serta ikuti daya pikirnya.  Jika kita sudah bisa berada dalam frekuensi yang sama getarannya dengan "pola" mereka, insyaa Allah akan mudah mengambil setir untuk mengarahkan langkah SDM tersebut dalam meningkatkan Minat Bacanya.

  3. Permasalahannya, kita kadang belum terlalu peka untuk mendeteksi SDM tersebut masuk kategori yang mana?  Nah jika demikian, maka langkah yang kita ambil harus Fifty-Fifty, kita harus bisa mengkombinasikan sifat SDM Intropert dan Ekstropert sekaligus.  Keterampilan memadukan teknik atau cara memotivasi kedua sifat SDM dimaksud bisa kita dapat dan asah dari banyaknya pengalaman yang dilakukan secara "berkesinambungan" dalam berbagai kasus (case by case).  Ilmu tersebut sangat kompleks dan membutuhkan  pembahasan tersendiri, di sini yang penting kita sudah bisa mengerti dan membedakan sifat SDM tersebut.

V. Siapa SDM yang terlibat dalam menumbuhkan Minat Baca? 

         Untuk menjawab pertanyaan di atas, semua kita pasti sepakat bahwa SDM yang terlibat langsung dalam usaha meningkatkan Minat Baca adalah : Tenaga Pendidik dan Kependidikan seperti Guru, Dosen, Kepala Perpustakaan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) sampai tingkat Perguruan Tinggi,  Wakil Manajemen Lembaga Pendidikan serta Instansi Pemerintah. 

     Dalam paradigma di Zaman Now sa'at ini, pernyataan di atas sudah tidak sesuai lagi, karena sejatinya Tenaga Pendidik itu adalah semua komponen masyarakat baik yang berada dalam struktur formal maupun non formal seperti Orang Tua di rumah, Tokoh masyarakat, Alim Ulama, Pimpinan Organisasi Independen yang bergerak dalam bidang sosial kemasyarakatan dan lain-lain yang tidak ada hubungannya dalam pemerintahan.

        Singkatnya, semua kita dalam basic ilmu apapun  mempunyai tanggung jawab terhadap peningkatan Minat Baca SDM bangsa agar ke depannya bisa menjawab tantangan global.  Dengan Minat Baca yang tinggi, diharapkan "ketangguhan" SDM menjadi potensi yang besar dalam mengisi pembangunan masa depan NKRI

VI. Pertanyaan terakhir, bagaimana cara menumbuhkan Minat Baca SDM?

         Dari uraian terdahulu, sudah  disampaikan bahwa komponen yang terkait dalam usaha meningkatkan Minat Baca, selain dari Objek SDM nya, tidak kalah pentingnya Subjek SDM yang memotivasi harus benar-benar mau berusaha ulet dan pantang menyerah dalam menjaga serta mengawal SDM yang menjadi objek peningkatan Minat Baca tersebut.

        Dengan kata lain tidak mungkin orang mau mengikuti arahan dan petunjuk kita dalam upaya meningkatkan Minat Baca, jika kita sendiri tidak mau membaca.

        Guru, Dosen, Orang Tua, Tokoh Masyarakat, Alim Ulama, Pimpinan Organisasi dan lain-lain yang terlibat bertanggung jawab untuk mengawal Minat Baca SDM, seyogyanya menjadi tauladan yang jika orang melihat kita langsung termotivasi juga membaca.  

Begitu penting peran "ketauladanan" bagi para Subjek atau pelaku (motivator) sehingga tidak perlu banyak "petuah" pun insyaa Allah kita bisa memacu semangat SDM dalam menumbuhkan Minat Bacanya.

Semoga bermanfaat, terima kasih.

###END.

Quote :

"SDM yang sukses adalah SDM Pembaca dan Bangsa yang maju adalah Bangsa Pembaca."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun