Pemandu berhenti . Kamipun berhenti. Pemandu meminta kami memasuki sebuah rumah kosong. Sebagian dinding rumh yang tidak terurus ini tidak ada lagi. Sehingga pemandangan dari rumah menembus ke luar. Sang pemandupun pergi entah kemana.
Lama kami menunggu tidak ada yang datang. Kemudian muncul beberapa laki -laki yang sebagian ke arah sawah tak jauh dari rumah  tempat kami berdiam.
Sebagian lainnya berjalan melewati rumah dan kemudian hilang. Mereka  melihat ke arah kami kemudian pergi tak berucap apapun.
Setelah hampir dua puluh menit, barulah muncul seorang lelaki bertubuh sedang. Kulitnya putih. Mata sedikit sipit. Mengenakan tas ransel di punggungnya, berbaju kemeja lengan pendek dan celana katun , kakinya bersepatu bak pegawai.Gayanya persis anak kuliah.
Dia melempar senyum ramah. Kamipun tersenyum menyambutnya. Dialah "Abang Gajah", julukannya di hutan sebagai gerilyawan. Nama aslinya Fauzan Azima. Panglima Gerakan Aceh Merdeka (GAM) Wilayah Linge.
Semua kami bersalaman. Fauzan menyatakan bahwa semua pasukan GAM diperintahkan menyerahkan senjata. Penyerahan senjata tersebut dilakukan secara bergelombang di Ujungni Mpan.
Fauzan memperlihatkan senjata yang telah diserahkan anggotanya. Kebanyakan AK 47 yang dikenal sangat efektip dan jarang macet. Meski kontak senjata dilakukan seharian.
Saat senjata laras panjang buatan Rusia tersebut ditunjukkan, sepasukan Prajurit GAM lainnya yang baru tiba datang menghadap.
Fauzan kemudian memerintahkan anggotanya yang telah tiba beberapa hari sebelumnya untuk menyiapkan meja dan buku guna mendata senjata.
Saat penyerahan tersebut, tampak sosok Sapu Arang menenteng senjata AK 47. Wajahnya sangar. Berbaju kemeja putih yang sudah kusam. Rambutnya gondrong hingga sebahu dan tampak terpilin karena tak pernah disisir. Pandangannya tajam dan penuh curiga.
Sapu Arang memberikan senjatanya pada Fauzan yang terlihat lebih kecil di banding Sapu Arang yang terlihat lebih tinggi dan tegap.