Mohon tunggu...
Win Ruhdi Bathin
Win Ruhdi Bathin Mohon Tunggu... Wiraswasta - Petani kopi

saya seorang penulis, belajar menulis.....suka memoto, bukan fotografer...tinggal di pedalaman Aceh sana. orang gunung (Gayo). Kini coba "bergelut" dengan kopi arabika gayo olahan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Begini Cara Gayo Menikmati Hidup dengan Ngopi

1 Oktober 2017   12:04 Diperbarui: 1 Oktober 2017   17:48 5001
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kekhasan rasa dan aroma kupi gayo menjadi candu, bak narkotik. Berdasarkan data, Aceh Tengah yang beribu kota Takengen, memiliki luas lahan kopi 46.296 hektar. Bener Meriah, dengan Ibukota Redlong, 45.316 hektar dan Gayo Lues, 7000 hektar. Total luasan kopi arabika gayo di tiga kabupaten yang dilindungi secara geograpis ini adalah 90.756 hektar.

Data resmi yang dirilis Pemda ini tentu terus berubah dan tidak lagi valid karena jumlah petani kopi dan luasan lahan juga berubah setiap waktu. Konplik yang menghancurkan perekonomian utama gayo, kini telah kembali direhabilitasi bahkan hutan -- hutan baru terus dibuka.

Jika merilis data yang pernah diungkap IOM yang entah kenapa tidak mengurusi migrasi,beberapa tahun silam, tidak kurang dari 90.000 ton kupi gayo dikirim keluar. Data ini lagi --lagi tentu saja berubah seiring meningkatnya produksi.

Rata-rata setiap tahun, uang dari penjualan kupi petani ini hasilkan uang Rp.2 trilyun. Bahkan ada yang menyebut mencapai Rp. 5 trilyun. Sebuah angka yang fantastis dari perdagangan nomor dua setelah minyak di dunia.

koleksi pribadi
koleksi pribadi
Kopi gayo yang dikenal dengan spesialty dan merupakan perkebunan kopi rakyat arabika terluas di Asia, dulu dijual dalam bentuk mentah yakni bahan mentah, greenbeans. Margin market harga kopi green ini diambil paling banyak oleh Amerika yang merupakan negara pembeli terbesar. Yang kemudian mengolahnya dan menjual nya lagi ke berbagai negara lain.

Hampir semua kafe menamakan menu kopinya sesuai yang diberikan Barat, dimana menu kopi ini bermula. Seperti Black Coffee, Americano, espresso, Late dan lain-lain. Meski begitu, nama kopi nasional juga populer, seperti kupi tubruk, kopasus (kopi pake susu) .

Booming kupi gayo dimulai setelah tsunami Aceh. Jika dahulu kopi hanya dijual greenbeans, kini tidak lagi. Kopi sudah diolah hingga bubuk. Bahkan cara olah kupi gayo berkembang sesuai selera yang beragam.

Lihatlah bagaimana petani menjual sekilo kopi luwak mencapai Rp. 500 ribu, bahkan lebih. Demikian halnya kopi natural yang populer diperdagangkan dengan istilah wine coffee. Kopi black honey serrta yellow honey. Harga satu kilo kopi hampir setara dengan satu gram emas. Di awal boming kupi di gayo, penggunaan espresso machine, merupakan trend minum kopi. Kekakuan sajian dari mesin kopi asal Itali ini membuat warga mencari cara lain minum kopi.

Apalagi munculnya produk mesin kopi asal China yang membanting harga jual mesinnya. Jauh dibawah harga mesin kopi Erofa. Maka berkembanglah gaya minum kopi manual. Hal ini bukan saja didasari oleh mahalnya harga mesin kopi.

Tapi juga soal selera. Selain selera, para penyediia menu kopi gayo bisa memiliki banyak jenis manual brew dibanding membeli satu mesin kopi. Manual brewpun laris manis dengan menu varian kopi yang lebih ringan.

Sebut saja cold brew. Kopi seduh dingin ini juga sudah dijual dalam botol-botol di beberapa kafe dengan harga jauh diatas kupi tubruk misalnya. Satu gelas cold brew arabika gayo dijual Rp.25-40 ribu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun