Suatu kali, Gita berbelanja di Albert Heijn bersama dengan Ana. Di Albert Heijn, Gita diantar berbelanja kebutuhan sehari-hari. Selesai mengambil barang-barang yang hendak dibeli, Gita menuju ke kasir dan membayar. Kasir yang menggunakan bahasa Belanda itu bertanya ke Gita apakah akan dibayar dengan uang tunai atau dengan kartu. Gita menjawab “Yes”. Sekali lagi Gita ditanya dengan pertanyaan yang sama, tetapi Gita menjawab “No”. Kasir itu terbengong-bengong.
Hingga muncullah seorang lelaki yang berambu pirang. Jan tiba-tiba muncul di belakang Gita sambil menenteng beberapa bungkus roti. Jan kemudian memberitahu Gita kalau kasir itu bertanya apakah belanjaan Gita mau dibayar dengan uang tunai atau dengan kartu. Gita akhirnya tahu. Dia berkilah kalau kasir itu tidak bertanya tentang itu. Jan yang pasti jago berbahasa Belanda berkata bahwa kasir itu sudah bertanya 2 kali. Gita pun malu mendengar jawaban Jan. Gita lantas membayar dengan uang tunai . Setelah selesai, Gita berkata pada Jan bahwa dia menunggunya di luar.
Akhirnya, Jan pun keluar dari Albert Heijn. Gita sudah menunggu di luar.
Gita menyapa dan mengulurkan tangannya hendak berjabat tangan, “Halo, Meneer. My name is Gita. I am from Indonesia!”
Jan pun berjabatan tangan dengan Gita dan berkata, “Oh…my name is Jan. Indonesia? Saya bisa berbahasa Indonesia sedikit-sedikit. Opa saya dari Indonesia!
Gita pun terkejut dan senang. Meneer yang ada dihadapannya bisa berbahasa Indonesia. Gita menemukan teman yang baru. Mereka terlihat mulai akrab.
Mumpung ada teman yang bisa berbahasa Belanda, Gita meminta bantuan ke Jan untuk menemani membeli sepeda. Siapa tahu bisa dapat yang murah, demikian pikir Gita. Maka diapun bertanya ke Jan apakah mau menemani membeli sepeda. Jan pun bersedia. Setelah berdiskusi dan mencocokkan jadwal yang longgar, Jan dan Gita setuju untuk pergi membeli sepeda dua hari kemudian.
***
Gita dan Jan semakin akrab dan dekat. Suatu kali, Jan hendak mengajak Gita makan malam di sebuah cafe.
“Gita, saya mengajakmu makan malam” tanya Jan dengan bahasa Indonesia yang sedikit terbata-bata.
“Makan malam? Sama siapa saja? Atau berdua?” Gita malahan bertanya