Joni
:
“Iya. Lebih cepat lebih baik,” potong Joni.
Liza
:
“Iiiiieeeh…..” Liza mencubit kecil lengan Joni. “Ketahuan sekarang. Abang rupanya pengagum JK,” gurau Liza untuk mencairkan suasana, yang tadimya sempat ekstra serius.
Warna kemerah-merahan di ufuk barat telah sirna di telan bumi. Hari berangsur malam. Mereka beranjak meninggalkan pantai yang semakin kelam. Hati Liza terasa berbunga-bunga. Pengalaman manis di tepi pantai sore tadi terbawa-bawa kedalam tidurnya, menjadi mimpi yang indah.
*********
Hari itu, usai shalat Azhar berjamaah, papa dan mama Liza duduk santai di ruang tengah sambil menikmati acara TV. Liza keluar dari kamarnya dengan senyum sumbringah. Ia tampak ceria. Ini membuat papa dan mamanya jadi curiga. “Ma..! ada apa dengan anakmu itu. Dari pagi tadi kelihatan ceria sekali,” kata sang papa. “Ia, mama juga heran,” jawab sang mama. Diam-diam mereka mengamati tingkah laku Liza yang hari ini sedikit agak aneh. Tanpa disadrinya bahwa ia dalam pengamatan mama dan papa, Liza menuju tempat dimana papa dan mama sedang duduk bersama. Liza diam. Cuku lama. Kemudian tampak gelisah dan juga seperti bingung. Memang! Liza sedang bingung. Ia tak tau dari mana mau memulainya. Ia menarik nafas panjang seperti sedang mengumpulkan tenaga untuk melakukan sesuatu. Sang mama dan papa saling berpandangan.
Liza
:
“Pa….Ma…., ada sesuatu yang ingin kusampaikan kepada Papa dan Mama,” ujar Liza membuka pembicaraan.
Papa