Sebagai langkah antisipatif, semua pemain telah diberikan program kebugaran dan pencegahan cedera dan bagi mereka yang berpuasa, pemain muslim di Crystal Palace telah diberikan saran khusus mengenai waktu terbaik untuk berlatih dan apa yang harus dilakukan.
Mempertahankan performa puncak saat berpuasa adalah tantangan besar bagi para pemain karena para pemain mendorong diri mereka sendiri hingga batasnya.
Penelitian telah menunjukkan bahwa penurunan 2% berat badan dalam cairan, yang setara dengan kehilangan beberapa liter sebagai keringat, dimungkinkan selama pertandingan 90 menit dan dapat menyebabkan penurunan kinerja fisik hingga 20%.
Karena pemain tidak akan mengonsumsi makanan atau cairan apa pun sejak Imsak, mereka harus bergantung pada simpanan energi lain dari tubuh untuk tampil, yang mungkin tidak tersedia.
Pasca latihan atau setelah pertandingan, pemain biasanya mengonsumsi minuman berenergi dan makanan yang membantu mereka rehidrasi, menggantikan simpanan energi dan memungkinkan pemulihan dan perbaikan otot, yang akan ditunda sampai mereka dapat berbuka puasa.
Meskipun puasa adalah sebuah tantangan, para pemain Muslim di Crystal Palace merasa puasa membuat mereka lebih disiplin dan lebih kuat secara mental, mengetahui bahwa mereka akan dapat makan dan minum lagi pada waktu tertentu.
Beberapa pemain juga bisa menjalani puasa selama hari-hari latihan tetapi tidak pada hari pertandingan, dan menggantinya di lain hari.
Baca juga: "Bisakah Saya Menerima Vaksin Covid-19 Saat Puasa?"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H