Andrea menoleh ke sumber suara dan melambai balik. Supir tersebut lalu kembali ke mobil setelah Andrea masuk ke dalam cafe.
Sinta sangat terkejut ketika dia melihat Andrea lebih dekat dengan matanya sendiri. Ternyata Andrea tidak bisa melihat. Ya alias buta!
Mereka akhirnya duduk dan memesan dua cangkir cappucino untuk mereka masing-masing. Sinta mencoba tetap tenang di depan Andrea yang terlihat agak sedikit bersalah. Andrea merasa seharusnya dia menceritakan tentang dirinya yang tidak bisa melihat.
Ternyata Andrea mengalami kebutaan saat dia remaja. Ada komplikasi diabetes pada kedua matanya yang membuat matanya tidak berfungsi dengan baik. Andrea juga kehilangan banyak teman yang disebabkan mereka merasa risih ketika berada di dekat Andrea.
Dia takut jika dia harus kehilangan Sinta, sahabat penanya yang sangat baik hati dan selalu riang.
“Sinta, maafkan saya yah. Saya seharusnya kasih tahu kamu kalau saya tidak bisa melihat.”
“Tidak apa-apa Andrea, kita kan teman baik.”
“Terima kasih Sinta, kamu sangat baik sekali mau menerima keadaan saya. Saya sebenarnya takut jika saya kasih tahu kamu lebih awal, kamu gak akan bersedia menjadi sahabat pena apalagi untuk bertemu.”
“Iya saya mengerti Andrea.”
Ada rasa bersalah di benak Sinta. Dia tetap menutupi kekurangan fisiknya setelah dia tahu kalau Andrea tidak bisa melihat apalagi untuk melihat fisiknya!
Sinta lalu berpikir untuk memberitahu Andrea suatu saat nanti dan sekarang ini bukan waktunya. Itu dikarenakan dia belum siap, belum siap untuk kehilangan seorang teman lagi.