Dahulu kala hiduplah dua merpati di sebuah hutan dekat desa. Burung-burung lainnya memanggil mereka dengan sebutan Merpati Hitam dan Merpati Putih.
Merpati hitam memiliki bulu kehitaman, pekat dan selalu terlibat pada hal-hal yang buruk. Dia sombong, sulit dinasehati, ceroboh, dan tidak pernah merasa puas. Serta tidak memiliki rasa takut dalam hal berbuat jahat.
Sedangkan Merpati Putih sangat bertolak belakang dengan Merpati hitam. Dia memiliki bulu yang putih dan selalu bersih. Bijaksana, mudah puas, mawas diri, dan selalu menjaga perbuatan pikiran, perbuatan jasmani, dan ucapan. Juga memiliki rasa takut dalam hal berbuat jahat.
Mereka hidup bersama sebagai sahabat di atas sebuah pohon besar. Merpati Putih selalu menjaga kawannya sedangkan Merpati Hitam tidak begitu peduli dengan Merpati Putih.
Jika ada makanan maka Merpati Putih akan memanggil Merpati Hitam.
"Merpati Hitam, mari kita ke sana. Karena ada beberapa anak melemparkan serpihan roti di tanah, ini adalah suatu kesempatan bagi kita. Tapi kita harus menyelidiki dahulu apakah di sana aman atau tidak."
Tanpa berpikir lagi, Merpati Hitam langsung meluncur turun dari pohon.
Merpati Putih hanya bisa menggelengkan kepalanya, melihat perbuatan Merpati Hitam yang tidak pernah waspada.
Kendati demikian, Merpati Putih tetap melihat dari atas, apakah aman atau tidak untuk turun dan makan serpihan roti tersebut.
Setelah memastikan semuanya aman, dia terjun ke bawah dan ikut makan dengan Merpati Hitam. Tapi tampaknya hanya ada sedikit makanan yang tersisa.
Merpati Hitam berkata seraya makan;
"Kamu datang sangat terlambat, semua makanan hampir habis. Lain kali janganlah menunggu terlalu lama!"
Meskipun Merpati Putih hanya dapat makan sedikit saja, dia sudah merasa puas. Dan dia mengajak Merpati Hitam untuk kembali ke atas pohon ketika banyak orang yang berlalu lalang.
"Kita harus kembali ke atas pohon, di sini terlalu ramai dengan kehadiran manusia, mereka mungkin mencelakai kita."
Lalu dengan berat hati Merpati Hitam terbang ke atas pohon bersama Merpati Putih. Demikianlah hari itu bagaimana mereka memperoleh makanan.
Kadang-kadang mereka mencari makanan di dalam hutan, biasanya buah-buahan dari pohon dan biji-bijian dari tumbuhan lainnya.
Pada suatu hari Merpati Hitam menjalin persahabatan dengan para burung Gagak. Mereka senang sekali mencuri dan makan di kebun milik seorang petani.
Burung Gagak selalu mengajak Merpati Hitam dalam aksi mereka.
Mereka menghampiri Merpati Hitam di hari itu.
"Ayo Merpati Hitam, kita curi gandum sang petani. Petani tua itu sudah pergi meninggalkan kebunnya, inilah kesempatan kita untuk mencuri dan makan gandum sepuasnya."
Tanpa berpikir panjang, Merpati Hitam ikut pergi dengan mereka. Merpati putih mencoba mencegah kawannya agar tidak pergi namun tidak dihiraukan olehnya.
Merpati putih berkata dalam hati.
"Ini sangatlah berbahaya, Merpati Hitam akan menemui bencana dan kesakitan jika sang petani itu mengetahui dan menangkap mereka. Saya akan memperingati mereka."
Dengan mengekor dari belakang, Merpati Putih tiba di atas kebun sang petani. Dia melihat mereka mencuri dan makan gandum dengan tergesa-gesa dan tanpa rasa takut pada bahaya.
Dalam pengamatannya, dia melihat sang petani datang dengan jaring di tangannya. Maka dia segera memperingati mereka agar berhenti dan terbang menjauh dari kebun.
"Kalian lebih baik kembali terbang meninggalkan kebun karena sang petani sedang berjalan dengan jaring. Dia akan menangkap kalian jika kalian masih di sana!"
Mendengar peringatan Merpati Putih, mereka hanya mengabaikan karena menganggap sang petani sudah tua dan tidak akan mampu menangkap mereka.
Muncullah sang petani tetiba di sana dan langsung melempar jaring. Kali ini beberapa Burung Gagak tertangkap.
Segera Merpati Hitam dan burung Gagak lainnya terbang ke atas pohon dekat sana. Mereka dan Merpati Putih melihat beberapa tertangkap oleh sang petani.
Sekarang sang petani dapat melakukan apa saja terhadap mereka yang tertangkap. Dia menghukum mereka dengan cara memukul dengan tongkat, layaknya seorang raja menghukum terdakwa yang terbukti bersalah.
Setelah memukul, sang petani lalu memenggal kepala mereka satu persatu dan melemparkan ke arah anjing agar dapat dimangsa.
Begitu mengerikan pemandangan tersebut bagi mereka. Mereka membayangkan apabila mereka lengah sedikit saja, mereka pasti akan tertangkap dan mengalami kejadian yang mengenaskan seperti burung Gagak yang meninggal dengan cara tragis setelah tertangkap.
Mereka pun semua terbang kembali ke pohon masing-masing setelah kejadian tersebut.
Sekembalinya dua sahabat ini di pohon mereka tinggal, Merpati Putih mulai berbicara.
"Kawan, kuharap engkau mendapatkan pelajaran mengenai hukuman yang akan diterima jika engkau terus berkawan dengan mereka dan mencuri gandum atau makanan lainnya dari manusia."
"Merpati Putih, engkau jangan khawatir. Lain kali saya akan melakukan aksi tersebut dengan lebih berhati-hati agar tidak tertangkap oleh petani tersebut."
"Kawan, apakah engkau tidak melihat dengan matamu sendiri kalau Burung Gagak yang tertangkap mengalami nasib yang mengenaskan?"
"Ya, saya melihatnya sendiri dengan mataku. Makanya kami akan lebih berhati-hati dan pergi pada dini hari."
"Saya harap engkau tidak melakukannya lagi meskipun kalian lebih berhati-hati dan pergi di saat dini hari. Saya tidak ingin kalian mengalami kematian yang mengenaskan."
Setelah diberi nasihat secara logis tiga kali tetap saja Merpati Hitam masih tidak memperdulikan bahaya itu. Dan dia lalu meninggalkan sahabatnya untuk pergi tidur.
Esoknya, setelah mereka bangun pada dini hari, benar saja kekhawatiran Merpati Putih terjadi. Merpati Hitam siap-siap pergi ke pohon di mana para burung Gagak tinggal.
Merpati Putih mencoba untuk mencegah Merpati Hitam, satu-satunya kawan yang dia miliki agar tidak pergi.
"Kuharap engkau tidak pergi, karena mencuri adalah tidak baik dan engkau mungkin akan tertangkap dan mengalami hal buruk yang serupa dengan burung Gagak yang tertangkap kemarin sore."
Tetapi Merpati Hitam sangat sombong dan tidak mau mendengar nasehat dari Merpati Putih.
"Jangan khawatir, saya akan makan sepuasnya. Engkau dapat melihatnya sendiri. Saya adalah seekor merpati yang cekatan dalam hal terbang melaju ke atas”.
Segera terbang lah Merpati Hitam ke pohon para burung Gagak yang sudah menunggunya. Mereka mengatur strategi dan pergi bersama-sama menuju kebun yang sama.
Merpati Putih mencoba mengikuti mereka dari belakang.
Sebelum menjelang pagi, sang petani sudah menyusun rencana agar berpura-pura tidak ada di kebun. Dia sudah merancang dan menyiapkan perangkap dengan jaring yang lebih besar. Jaring itu akan dilempar secara sembunyi ketika gandumnya sedang dimakan oleh para burung yang mencuri.
Tibalah Merpati Hitam dan kawanan burung Gagak saat hari menjelang pagi. Mereka tidak melihat sang petani dan menganggap dia masih tertidur pulas.
Mereka lalu turun dan menyelinap untuk mencuri dan makan gandum sebanyak mungkin dengan terburu-buru.
Begitu petani itu mendengar mereka makan, dia perlahan keluar dengan jaring besarnya dan mengendap-endap agar tidak ada suara.
Dilepaskanlah jaring besar tersebut begitu dia mendekati mereka. Dan dia berhasil menangkap semua kawanan burung termasuk Merpati Hitam.
Mereka sangat terkejut dan mencoba sekuat tenaga untuk lolos. Namun apa daya karena jaring itu sangat besar dan kokoh menutupi semua ruangan tanpa celah.
Mereka berteriak-teriak, sebagian menangis meratapi nasib. Ada penyesalan mendalam karena sudah menganggap remeh sang petani. Tidak terkecuali bagi Merpati Hitam apalagi setelah dinasehati sahabatnya sendiri.
Kini sang petani dapat berbuat apa saja terhadap mereka. Seperti kemarin, petani itu memukul, memenggal kepala mereka satu persatu dan melemparkan ke arah anjing agar dapat dimangsa.
Merpati Putih melihat semua itu dari atas pohon dekat kebun sang petani. Dia sangat sedih melihat sahabatnya dan terhadap kawanan burung Gagak yang tertangkap.
"Hari ini saya kehilangan sahabat baik satu-satunya. Andaikan dia mau menuruti nasehat saya, pasti dia tidak akan tertangkap dan meninggal dengan cara tragis."
Dia lalu terbang kembali ke pohon di mana dia menetap. Dan sekarang dia harus hidup sendiri tanpa kawan dekatnya, yaitu Merpati Hitam yang tewas di tangan sang petani karena perbuatannya sendiri.
Merpati Hitam kehilangan nyawanya karena tidak memiliki rasa takut dalam hal berbuat jahat dan tidak pernah puas.
Dia juga kehilangan nyawanya karena selalu bergaul dengan teman yang buruk di mana mereka selalu melakukan perbuatan salah dalam hal mencuri.
Penulis : Willi Andy
April 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H