Segera terbang lah Merpati Hitam ke pohon para burung Gagak yang sudah menunggunya. Mereka mengatur strategi dan pergi bersama-sama menuju kebun yang sama.
Merpati Putih mencoba mengikuti mereka dari belakang.
Sebelum menjelang pagi, sang petani sudah menyusun rencana agar berpura-pura tidak ada di kebun. Dia sudah merancang dan menyiapkan perangkap dengan jaring yang lebih besar. Jaring itu akan dilempar secara sembunyi ketika gandumnya sedang dimakan oleh para burung yang mencuri.
Tibalah Merpati Hitam dan kawanan burung Gagak saat hari menjelang pagi. Mereka tidak melihat sang petani dan menganggap dia masih tertidur pulas.
Mereka lalu turun dan menyelinap untuk mencuri dan makan gandum sebanyak mungkin dengan terburu-buru.
Begitu petani itu mendengar mereka makan, dia perlahan keluar dengan jaring besarnya dan mengendap-endap agar tidak ada suara.
Dilepaskanlah jaring besar tersebut begitu dia mendekati mereka. Dan dia berhasil menangkap semua kawanan burung termasuk Merpati Hitam.
Mereka sangat terkejut dan mencoba sekuat tenaga untuk lolos. Namun apa daya karena jaring itu sangat besar dan kokoh menutupi semua ruangan tanpa celah.
Mereka berteriak-teriak, sebagian menangis meratapi nasib. Ada penyesalan  mendalam karena sudah menganggap remeh sang petani. Tidak terkecuali bagi Merpati Hitam apalagi setelah dinasehati sahabatnya sendiri.
Kini sang petani dapat berbuat apa saja terhadap mereka. Seperti kemarin, petani itu memukul, memenggal kepala mereka satu persatu dan melemparkan ke arah anjing agar dapat dimangsa.
Merpati Putih melihat semua itu dari atas pohon dekat kebun sang petani. Dia sangat sedih melihat sahabatnya dan terhadap kawanan burung Gagak yang tertangkap.