Mohon tunggu...
Wild flower
Wild flower Mohon Tunggu... -

Tukang baca yang sedang berusaha merangkai kata.

Selanjutnya

Tutup

Drama

[BulanKemanusiaan RTC] Melihat Si Sisypus dari Berbagai Sisi

27 Juli 2016   10:26 Diperbarui: 27 Juli 2016   22:40 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Bukan Keabadiaan yang membuatku hidup dalam kematian abadi. Ketiada tujuan dan maknalah , yang membuat jiwaku merana, tak berdaya. Hampa dalam jurang tanpa dasar."

"Dalam keangkuhan Dewa yang hanya menghukum manusia, jiwaku mendakwa tanpa pembela, dan kasusku hanyalah kumpulan debu tak berarti di pelupuk mata mereka yang buta !"

Sisypus  yang kecerdasan (baca : kelicikannya) sering mengelabui para dewa

Bila kita berpegang pada fakta permitosan , Sisypus yang kecerdikannya jauh di atas marmut, tentu akan sulit membayangkan dia  akan bersikap selugu “marmut”.  

Mungkin dia bisa saja terkapar dalam kepasrahan yang mengeliat marah , tanpa bisa melawan, macam kebanyakan manusia saat ini.

Tapi masakan Sisypus yang dijuluki yang terlicik di antara semua yang licik, tercerdik diantara semua  kaum cerdik , tunduk dan pasrah begitu saja, rasanya tak masuk logika.

Dia sebulus musang, selicin ular, dan kadang bulu dombanya mampu mengecoh para Dewa.  Saat Zeus memerintahkan Thanatos merantai  Sisypus, dia malah tertipu dan terantai dengan rantainya sendiri. Ares ,  Dewa perangpun dibuatnya  marah tak kepalang. Apa gunanya, berperang,  bila lawan hanya sekarat  tanpa bisa dimusnakan dalam kematian.   Dewa kematian  sudah dirantai oleh siapa lagi , kalau bukan Sisypus yang dengan licik berhasil mengelabuinya.  Lalu mengapa Sisypus tidak mencari lagi ratusan cara , agar dia bisa terbebas dari hukuman sang Dewa ?

Psst ini adalah rahasia yang hanya kamu dan aku saja yang tahu

Sisypus, seperti  kita ketahui  adalah seorang raja. Dan Raja tak mungkin bokek bukan, pastilah  dia punya banyak  harta, minimal  seperti raja raja kecil di negeri kita.

Menjalani hukuman dewa  dengan mengelindingakan batu ke puncak, untuk jatuh dan jatuh lagi ?

“Lu pikir gue marmut, mau aja lu suruh gelindingin batu kesana kemari, tak tentu arah tujuan, tak juga tahu apa untungnya buat gua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Drama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun