Sedih adalah bagian malam, saat mata tak mampu terpejam dan dipaksa untuk terus menghadapi realita. Dan Sedih itu kini setia menemani sang Donjuhuate. Dinginnya malam yang sedingin hatinya membuat mereka berpeluk rapat  dalam kehangatan atau tanpa rasa apapun, kebas.
Haruskan ia terus kumiliki dengan paksa ?
Akukah tuan yang memperbudak wanita untuk mencinta ?
Serendah itukah aku , Si Tuan besar  Donjuhuate Blutix, sampai aku harus memaksakan sebentuk cinta, hanya dengan uang semata ?
Kenapa Malam harus bersua dengan Pagi, Kenapa Aku tidak dilahirkan pada umur yang sama dengannya ? Cintakah dia padaku bila aku tak setua ini ? Kenapa pada gadis sebelia itu kau berikan sumur yang menengelamkan jiwaku ? Kenapa tidak pada para wanita yang berlomba-lomba untuk mendapatkan "Aku dan hartaku " Â atau "Cintaku ?"
Mengapa ?
Hanya hembusan cemara dengan ribuan bintang yang berpedar sunyi, Meninggalkan Donjuhuate sendiri dalam petarungan jiwa seorang lelaki.
Berikan aku waktu untuk mencinta
Dua hari kemudian, Donjuhuate pulang sesuai jadwal yang disampaikan pada istrinya. Berpura-pura tak ada apapun yang terjadi sepanjang waktu itu, dia tersenyum dan memeluk istrinya. Memberikan kalung Blue Safir itu , tanpa menunjukan gejolak apapun, hanya pemberian biasa, seperti caranya memberikan baju baju mewah dan semua aksesorisnya.Â
Istrinya tak perlu tahu , bagaimana malam tak jua mau merenggut matanya , agar terpejam sejenak melepas lelah dan derita. Cukup lelaki tua saja yang menanggung semua derita itu. Istrinya masih terlalu muda, untuk menyesap kepahitan hidup.
Bila dulu keegoan dan cinta membuatnya terlupa dan memaksakan kehendak, maka kini pada kedalaman cinta, ia akan melepas istrinya agar terbebas dari "sangkar" yang dibuatnya.