Mohon tunggu...
Wild flower
Wild flower Mohon Tunggu... -

Tukang baca yang sedang berusaha merangkai kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta Lelaki Tua

17 Juli 2016   07:53 Diperbarui: 17 Juli 2016   08:59 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Donjuhuate ingin memberi kejuatan pada Sang Istri  tercinta. Dalam perjalanannya mencari dan menjual barang dagangan, dia menemukan sebuah kalung dengan batu Safir biru  , kebiruaan yang mengingatkan Donjuhuate pada mata Domatrix. 

Tak sabar ingin segera memberi kejutan, dipercepatnyalah jadwal perjalanan bisnisnya. Bergegas menuju ke kamar, untuk kemudian mengendap-endap  perlahan menuju Kamar mereka , alih-alih memberikan "surprise", langkahnya malah terhenti, pada bayangan wajah dibalik cermin. 

Wajah yang begitu sedih, dengan tangis satu satu tanpa suara. Tangis Domatrix, begitu sunyi, namun menyekapnya erat dalam keheningan bisu Sang Sumur.

Baju Batik lusuh, Baju yang dipakai Domatrix kali pertama perjumpaan mereka, mengingatkannya lagi pada awal kisah. 

Dulu mata Sang Gadis begitu lugu, begitu bahagia, mata yang mampu menyeretnya pada sumur tak berdasar. 

Kini mata Sang Istri tetap indah, tetap lugu, namun ada luka disana. Kepedihan yang membuatnya "bersalah" dan tak lagi bisa terhanyut dalam sumur itu.

Diam diam Donjuhuate, mengendap-endap lagi, lalu pergi. Sepelan kedatangannya , demikian pula lalunya, hanya diam yang tersisa, pada air mata yang masih bergulir satu -satu di kaca.

Donjuhuate mengisyaratkan pada pelayan, agar tak mengatakan satu katapun. Lalu pergi entah kemana.

Membebaskan meski hati ini tak rela

Donjuhuate berkelana bersama malam. Berjalan tanpa tujuan dengan memegang seuntai kalung berbatukan Blue Safir , batu untuk pujaan hatinya. Kalung yang semula ingin diberikan demi melihat senyum dan tawa istrinya, kini hanya tergengam ditangan. 

Bila ku kalungkan lagi ini pada lehernya, dia akan semakin terjerat dalam "perbudakanku". Begitu suara hatinya berkata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun