Donjuhuate ingin memberi kejuatan pada Sang Istri  tercinta. Dalam perjalanannya mencari dan menjual barang dagangan, dia menemukan sebuah kalung dengan batu Safir biru  , kebiruaan yang mengingatkan Donjuhuate pada mata Domatrix.Â
Tak sabar ingin segera memberi kejutan, dipercepatnyalah jadwal perjalanan bisnisnya. Bergegas menuju ke kamar, untuk kemudian mengendap-endap  perlahan menuju Kamar mereka , alih-alih memberikan "surprise", langkahnya malah terhenti, pada bayangan wajah dibalik cermin.Â
Wajah yang begitu sedih, dengan tangis satu satu tanpa suara. Tangis Domatrix, begitu sunyi, namun menyekapnya erat dalam keheningan bisu Sang Sumur.
Baju Batik lusuh, Baju yang dipakai Domatrix kali pertama perjumpaan mereka, mengingatkannya lagi pada awal kisah.Â
Dulu mata Sang Gadis begitu lugu, begitu bahagia, mata yang mampu menyeretnya pada sumur tak berdasar.Â
Kini mata Sang Istri tetap indah, tetap lugu, namun ada luka disana. Kepedihan yang membuatnya "bersalah" dan tak lagi bisa terhanyut dalam sumur itu.
Diam diam Donjuhuate, mengendap-endap lagi, lalu pergi. Sepelan kedatangannya , demikian pula lalunya, hanya diam yang tersisa, pada air mata yang masih bergulir satu -satu di kaca.
Donjuhuate mengisyaratkan pada pelayan, agar tak mengatakan satu katapun. Lalu pergi entah kemana.
Membebaskan meski hati ini tak rela
Donjuhuate berkelana bersama malam. Berjalan tanpa tujuan dengan memegang seuntai kalung berbatukan Blue Safir , batu untuk pujaan hatinya. Kalung yang semula ingin diberikan demi melihat senyum dan tawa istrinya, kini hanya tergengam ditangan.Â
Bila ku kalungkan lagi ini pada lehernya, dia akan semakin terjerat dalam "perbudakanku". Begitu suara hatinya berkata.