Mohon tunggu...
Wildan Gustiar Ichsan
Wildan Gustiar Ichsan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Matematika S1 UNDIP

Saya saat ini menempuh pendidikan Matematika S1 di Universitas Diponegoro. Saya memiliki hobi bernyanyi dan olahraga. Makanan Favorit saya adalah nasi goreng.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Memahami LGBT dan Pelecehan Seksual oleh Oknum LGBT

22 Oktober 2024   18:37 Diperbarui: 23 Oktober 2024   04:18 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tengah dinamika sosial yang terus berkembang, isu mengenai lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) menjadi bagian penting dari diskusi mengenai hak asasi manusia, penerimaan sosial, dan masalah sosial lainnya. Saat ini banyak bermunculan kasus-kasus pelecehan seksual di Indonesia dan mirisnya terdapat cukup banyak kasus pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur. Salah satu kasus pelecehan seksual yang masih hangat diperbincangkan di Indonesia saat ini adalah pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur di panti asuhan Yayasan Darussalam An'Nur di Kunciran Indah
Kota Tanggerang, Banten, yang diperkirakan bisa mencapai lebih dari 40 anak.

Polres Metro Kota Tangerang telah menetapkan Sudirman (49), Yusuf Bachtiar (30), dan Yandi Supriyadi (28) sebagai tersangka dalam kasus ini. Sudirman adalah pimpinan panti asuhan tersebut, yang disebut polisi telah beroperasi sejak Mei 2006 tanpa izin. Sementara itu, Yusuf dan Yandi adalah pengurus panti. Keduanya diduga merupakan korban pelecehan oleh Sudirman yang kemudian statusnya berubah menjadi pelaku. Sudirman dan Yusuf telah ditangkap polisi, sementara Yandi kini masih berstatus buron. Ketidakpedulian dari masyarakat dan lemahnya pengawasan pemerintah diduga membuat kekerasan seksual bisa terus berlangsung di sana selama kurang lebih 18 tahun.

Di Indonesia, persepsi masyarakat terhadap LGBT masih sangat beragam, sering kali ditandai dengan stigma, diskriminasi, dan bahkan kekerasan. Selain itu, pelecehan seksual menjadi salah satu masalah serius dalam konteks ini, yang memerlukan pemahaman mendalam dan pendekatan solutif. Artikel ini akan membahas pengertian LGBT, penyebab seseorang menjadi LGBT, faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pelecehan seksual sesama jenis, Dampak pelecehan seksual dan pencegahan pelecehan seksual sesama jenis.


Definisi LGBT

Istilah LGBT adalah singkatan dari "Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender." Istilah ini mulai digunakan sejak tahun 1990-an dan menggantikan istilah "komunitas gay" karena lebih mewakili semua kelompok tersebut. LGBT mencerminkan pembagian peran yang setara antara karakter maskulin dan feminin. Andro, dalam konteks identitas gender, merujuk kepada orang yang tidak sepenuhnya sesuai dengan peran gender maskulin atau feminin. Berikut istilah yang termasuk dalam LGBT atau LGBTQ+:

1) Lesbian
Lesbian adalah istilah yang menggambarkan perempuan yang tertarik pada perempuan lainnya. Selain itu, istilah ini juga sering digunakan untuk menyebut ketertarikan transpuan (pria yang bertransisi menjadi perempuan) terhadap perempuan atau transpuan lainnya.

2) Gay
Gay merujuk pada individu yang mempunyai ketertarikan seksual atau emosional terhadap orang dengan orientasi dan gender yang sama. Untuk contoh, pria yang suka pada pria lain atau wanita yang menyukai wanita. Namun, istilah gay lebih sering digunakan untuk menggambarkan ketertarikan pria terhadap pria lainnya. Awalnya, orang-orang menggunakan istilah homoseksual, tetapi kini kata tersebut sudah jarang digunakan karena terdengar kurang nyaman. Saat ini, istilah gay lebih populer di masyarakat.

3) Biseksual
Biseksual adalah orientasi seksual seseorang yang tertarik secara emosional dan seksual kepada dua gender atau lebih. Misalnya, seorang perempuan bisa tertarik kepada perempuan dan juga kepada pria. Selain itu, istilah ini juga mencakup ketertarikan kepada berbagai gender, termasuk transgender, gender biner, non-biner, dan lainnya.

4) Transgender
Transgender adalah istilah untuk individu yang memiliki jenis kelamin yang berbeda dari yang ditetapkan saat lahir. Contohnya, transpuan adalah orang yang lahir laki-laki tetapi mengidentifikasi dirinya sebagai perempuan, sedangkan transpria adalah individu yang lahir perempuan tetapi mengidentifikasi dirinya sebagai pria. Istilah ini juga terkait dengan perubahan fisik yang dilakukan melalui operasi atau terapi hormon agar sesuai dengan identitas gender yang diinginkan.

5) Queer
Queer adalah istilah yang mencakup individu yang tidak memenuhi kriteria heteroseksual atau cisgender. Istilah ini berfungsi sebagai payung untuk orang-orang yang mengidentifikasi diri sebagai lesbian, biseksual, gay, transgender, atau aseksual.

6) Plus(+)
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, istilah LGBT juga meluas. Tanda + (plus) dalam LGBTQ+ menunjukkan bahwa ada lebih banyak orientasi seksual dan identitas gender yang beragam. Contoh identitas yang termasuk dalam LGBTQ+ adalah:

  • Aseksual: Individu yang tidak merasakan ketertarikan seksual atau romantis kepada orang lain.
  • Non-Binary: Seseorang yang tidak mengidentifikasi diri mereka sebagai pria atau wanita.
  • Panseksual: Ketertarikan seksual atau romantis pada orang lain berdasarkan kepribadian mereka, tanpa memandang jenis gender atau orientasi seksual.
  • Interseks: Orang yang lahir dengan karakteristik seksual, hormon, dan genetik yang bervariasi, sehingga mereka tidak dapat dikategorikan sebagai laki-laki atau perempuan.

Faktor-faktor Penyebab Seseorang Menjadi LGBT

Ada beberapa faktor yang membuat seseorang cenderung menjadi bagian dari komunitas LGBT, antara lain:

  • Faktor Genetik

Salah satu penyebab seseorang menjadi bagian dari komunitas LGBT adalah faktor genetik. Ini berkaitan dengan ketidakseimbangan hormon dalam tubuh. Biasanya, orientasi seksual seseorang mulai berkembang saat masa pubertas, dan ketidakseimbangan hormon yang terjadi selama periode ini bisa memengaruhi orientasi seksual mereka. Penelitian menunjukkan bahwa ada kaitan antara faktor genetik, ras, dan hormon terhadap orientasi seksual. Seseorang yang homoseksual bisa jadi memiliki dorongan genetik untuk berperilaku seperti itu. Untuk pria, karakteristik pria seperti suara, fisik, dan perilaku dipengaruhi oleh hormon testosteron. Jika kadar testosteron rendah, perilakunya bisa mirip dengan wanita. Secara medis, laki-laki normal memiliki kromosom XY, sedangkan perempuan XX. Namun, ada juga pria dengan genetik XXY, yang perilakunya bisa lebih mirip dengan wanita.

  • Faktor Lingkungan

Di samping faktor genetik, lingkungan juga berperan penting sebagai salah satu penyebab LGBT. Misalnya, ketika seseorang bergaul dalam komunitas LGBT, interaksi tersebut bisa memengaruhi orientasi seksual mereka. Selain itu, kondisi keluarga yang kurang harmonis, seperti orang tua yang sering bertengkar, mengalami kekerasan, atau bahkan bercerai, juga bisa menjadi faktor yang menyebabkan seseorang mengidentifikasi diri dengan orientasi seksual tertentu. Pengalaman atau trauma masa kecil, seperti kekerasan dari orang tua, bisa membuat anak merasa semua pria atau wanita bersikap kasar. Ini bisa membuat anak tersebut mengembangkan kebencian terhadap jenis kelamin lain. Misalnya, wanita lesbian sering kali mengalami trauma akibat kekerasan dari pria baik dalam lingkungan keluarga atau lingkungan masyarakat. Selain itu, bagi transgender, sikap orang tua yang mengharapkan anak laki-laki atau perempuan juga memengaruhi identitas mereka.

  • Faktor Pengalaman Traumatis

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Zaharuddin dan timnya pada tahun 2014 yang dipublikasikan dalam International Journal of Innovation and Scientific Research, pengalaman traumatis, seperti kekerasan seksual, dapat menjadi salah satu penyebab seseorang cenderung berorientasi seksual LGBT.

  • Faktor Moral dan Akhlak

Golongan homoseksual dapat bermunculan karena adanya pergeseran norma-norma susila yang dianut oleh masyarakat dan semakin menipisnya kontrol sosial yang ada dalam masyarakat tersebut. Hal ini disebabkan karena lemahnya iman dan pengendalian hawa nafsu serta karena banyaknya rangsangan seksual. Kerapuhan iman seseorang juga dapat menyebabkan segala kejahatan terjadi karena iman sajalah yang mampu menjadi benteng paling efektif dalam mengekang penyimpangan seksual. (eJournal Sosiatri-Sosiologi 2015)

  • Faktor Pengetahuan Agama yang Lemah

Kurangnya pengetahuan agama juga berperan dalam munculnya homoseksualitas. Pendidikan agama dan moral penting untuk membentuk akhlak dan karakter individu. Pemahaman yang baik tentang agama bisa jadi pertahanan terbaik untuk membedakan yang baik dan buruk.

Faktor Penyebab Oknum LGBT Melakukan Pelecehan Seksual

Dilansir dari klikdokter.com, menurut Ikhsan Bella Persada, M.Psi., Psikolog, penyebab pelecehan seksual antar jenis kelamin sama dengan yang terjadi antara sesama jenis. Hal yang membedakan adalah bahwa pelakunya memiliki orientasi seksual yang sama.

Berikut beberapa alasan mengapa seseorang melakukan pelecehan seksual sesama jenis:

  • Pelaku Merasa Dominan
    Punya kekuasaan bisa jadi alasan pelaku melakukan pelecehan seksual, terutama di tempat kerja. Mereka bisa menyalahgunakan posisi yang dimiliki untuk menekan korban. Banyak kasus di mana atasan mengintimidasi bawahan secara seksual, biasanya karena pelaku melihat korban sebagai orang yang lemah atau rentan.

Korban sering kali dipaksa untuk berpartisipasi dalam kegiatan seksual dengan imbalan tertentu atau takut kehilangan pekerjaan jika menolak.

“Pelecehan seksual ini terjadi karena pelaku merasa berkuasa dan ada kesempatan untuk melakukan tindakan tersebut. Bahkan, terkadang si korban tidak menyadari karena menganggap pelaku memiliki jenis kelamin yang sama,” ujar Ikhsan.

  • Pelaku Kurang Kontrol Diri
    Penyebab lainnya menurut Ikhsan adalah pelaku tidak mampu mengendalikan dorongan seksual. Mereka yang tidak bisa menahan nafsu bisa melakukan pelecehan tanpa menyadarinya.

“Pelaku yang tidak memiliki kontrol diri sering kali tidak mampu menahan hasrat seksual yang muncul. Selain itu, bisa juga karena kurangnya pengetahuan tentang perilaku seksual,” jelas Ikhsan.

  • Pelaku Tidak Menyadari Tindakannya
    Sebuah penelitian yang diterbitkan oleh The Finery Report pada 2018 menunjukkan bahwa ketidaktahuan menjadi salah satu faktor penyebab pelecehan seksual.

Pelaku sering kali tidak menyadari bahwa tindakan yang mereka lakukan dianggap sebagai kejahatan. Contohnya, catcalling—menggoda atau memanggil seseorang dengan merujuk pada orientasi seksual—sering dianggap hal biasa. Pelaku menganggap tindakan ini sepele, termasuk tindakan menyentuh bagian tubuh tertentu yang juga termasuk pelecehan seksual.

  • Stres Berlebihan
    Ketika seseorang menghadapi banyak tekanan, mereka bisa cenderung mengekspresikan emosi secara negatif kepada orang lain. Hal ini dapat menyebabkan tindakan pelecehan, pertengkaran, dan perilaku agresif lainnya.
  • Gangguan Mental
    Gangguan mental juga bisa menjadi alasan seseorang melakukan pelecehan seksual. Misalnya, gangguan eksibisionistik, yaitu tindakan menunjukkan alat kelamin kepada orang lain tanpa persetujuan demi kepuasan diri. Pelecehan ini bisa terjadi secara langsung maupun melalui media virtual.

Ikhsan menambahkan bahwa banyak korban pelecehan seksual, terutama di tempat kerja, ragu untuk mengambil langkah hukum karena khawatir terhadap pekerjaan dan karier mereka. Namun, korban disarankan untuk berani meminta bantuan karena dampak pelecehan seksual bisa menyebabkan trauma yang berkepanjangan.

Pelecehan seksual juga dapat terjadi pada anak-anak di bawah umur seperti yang sudah saya jelaskan di atas maka dari itu akan di bahas Faktor Penyebab Oknum LGBT Melakukan Pelecehan Seksual Pada Anak dibawah Umur

Faktor Penyebab Oknum LGBT Melakukan Pelecehan Seksual Pada Anak dibawah Umur:

A. Faktor Internal
Faktor yang berasal dari diri korban itu sendiri.

  1. Kepribadian Anak
    Anak-anak umumnya memiliki sifat yang mudah dipengaruhi, dimanipulasi, dan diatur. Sifat-sifat ini membuat mereka rentan menjadi korban kejahatan, seperti pencabulan. Dengan kata lain, kepribadian anak sangat berpengaruh terhadap kemungkinan terjadinya kejahatan.
  1. Keimanan dan Kepercayaan
    Kurangnya pengetahuan agama pada anak membuka peluang bagi mereka untuk menjadi korban kejahatan, terutama pencabulan. Agama memberikan panduan tentang hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan, khususnya mengenai hubungan sesama jenis. Pemahaman agama yang baik dapat melindungi anak dari ancaman pencabulan.

B. Faktor Eksternal
Faktor yang berasal dari luar anak.

  1. Pengawasan Keluarga
    Kebanyakan pelaku kejahatan cenderung mengambil kesempatan pada anak-anak yang kurang mendapat perhatian dan kasih sayang dari orang tua. Minimnya perhatian ini dapat menyebabkan tindakan kejahatan pelaku tidak terungkap. Kurangnya pengawasan juga bisa memicu anak untuk terjerumus ke perilaku negatif, termasuk homoseksualitas. Ketika anak merasa kurang kasih sayang di rumah, mereka bisa mencari cinta di lingkungan yang salah, yang berpotensi membuat mereka menjadi korban.
  1. Lingkungan Masyarakat
    Lingkungan yang buruk dan kurangnya pengawasan dari masyarakat dapat meningkatkan peluang terjadinya pencabulan pada anak. Perilaku yang menyimpang di sekitar mereka dapat mempengaruhi anak-anak yang sedang tumbuh dan berkembang di lingkungan itu. Anak-anak yang masih memiliki kondisi psikologis yang lemah sangat rentan menjadi korban tindakan menyimpang dari orang dewasa.
  1. Teknologi dan Media Massa
    Akses yang mudah ke internet dan media sosial juga menjadi faktor dalam meningkatnya jumlah korban pencabulan sodomi terhadap anak. Dengan perkembangan teknologi, siapapun dapat dengan cepat mengenalkan konten pornografi, yang tentunya meningkatkan risiko anak-anak menjadi korban kejahatan pencabulan.

Dampak yang dirasakan Korban dari Pelecehan Seksual Sesama Jenis:

 Dilansir dari klikdokter.com, menurut Ikhsan Bella Persada, M.Psi., seorang psikolog, pelecehan seksual di tempat kerja bukanlah hal yang baru. Baik pelecehan yang dilakukan oleh lawan jenis maupun sesama jenis dapat memiliki dampak besar pada kesehatan mental korban.

“Dilecehkan oleh siapa saja, baik sesama jenis maupun tidak, akan berdampak pada kesehatan mental. Pelecehan adalah perbuatan yang merugikan dan dapat menyebabkan trauma, sehingga memengaruhi kesejahteraan psikologis korban,” kata Ikhsan.

1. Mengalami PTSD (Gangguan Stres Pasca Trauma)

Menurut NBC News US, dr. Colleen Cullen, seorang psikolog klinis, mencatat bahwa diagnosis yang paling umum bagi korban pelecehan seksual adalah depresi, kecemasan, dan gangguan stres pasca trauma (PTSD). Pengalaman pelecehan seksual bisa memicu gejala baru seperti depresi dan kecemasan. Keadaan ini juga dapat memperburuk depresi yang mungkin sudah dialami sebelumnya. Meskipun seseorang telah berhasil mengatasi depresi sebelumnya, gejala tersebut bisa muncul kembali setelah mengalami pelecehan lagi. Cullen menambahkan bahwa gejala PTSD terutama muncul jika pelecehan disertai dengan kekerasan, ancaman, atau serangan.

2. Dampak pada Harga Diri

Pelecehan seksual di tempat kerja dapat menyebabkan kecemasan, serangan panik, dan tangisan tanpa sebab ketika korban berangkat kerja. Ini menunjukkan bahwa pelecehan seksual dapat mengakibatkan dampak negatif pada kesehatan mental jangka panjang. Korban, baik yang mengalami pelecehan sesama jenis maupun lawan jenis, mungkin merasa malu dan memiliki harga diri yang rendah. “Mereka merasa tidak percaya diri dan merasa tidak berharga, hingga menempatkan diri mereka dalam posisi menyalahkan diri sendiri karena merasa tidak bisa melindungi diri dan seolah-olah mereka layak diperlakukan demikian,” jelas Ikhsan.\

 

3. Mengalami Stres  

Sebagian besar korban serangan seksual menunjukkan gejala stres yang cukup besar. Untuk beberapa orang, dampak pelecehan seksual mungkin akan mereda seiring waktu dengan dukungan sosial dan perawatan. Namun, ada juga yang merasa sangat stres, sehingga kehidupan sehari-hari dan pekerjaan mereka terganggu, yang bisa menyebabkan trauma berkepanjangan.

4. Mengalami Depresi

Ikhsan mengungkapkan bahwa pelecehan sesama jenis bisa menimbulkan rasa khawatir akan mengalami kejadian yang sama lagi. Ketakutan ini bisa berujung pada depresi, karena banyak korban yang memilih untuk memendam perasaan mereka. “Jika dibiarkan, mereka bisa terjebak dalam depresi. Mengalami pelecehan adalah tekanan besar, ditambah jika dilakukan oleh sesama jenis, mereka bisa merasa malu, takut tidak dipercaya, atau bahkan takut diejek,” tambah Ikhsan.

5. Memengaruhi Kesehatan Fisik

Orang yang mengalami depresi akibat pelecehan seksual juga berisiko mengembangkan masalah kesehatan fisik. Misalnya, mereka bisa mengalami nyeri otot, sakit kepala, atau penyakit fisik kronis seperti tekanan darah tinggi dan masalah dengan gula darah. Kesehatan mental dan fisik saling berkaitan. Bagian otak yang mengatur emosi (termasuk stres) terkait erat dengan fungsi-fungsi tubuh seperti detak jantung dan pernapasan. Oleh karena itu, stres dapat memengaruhi kesehatan jantung, penyakit autoimun, dan fungsi metabolisme.

Pencegahan Pelecehan Seksual Sesama Jenis

Pencegahan seksual sesama jenis sama saja dengan pencegahan seksual beda jenis seperti yang sudah dipaparkan di atas.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2017, ada beberapa cara untuk mencegah kekerasan seksual, sebagai berikut:

a.Pendekatan Individu:

  • Membuat program untuk pelaku kekerasan seksual, di mana mereka harus bertanggung jawab atas tindakan mereka, seperti memberikan hukuman yang sesuai.
  • Memberikan pendidikan untuk mencegah kekerasan seksual, termasuk pendidikan kesehatan reproduksi, sosialisasi tentang penyakit menular seksual, dan pengajaran perlindungan diri dari kekerasan seksual.

b.Pendekatan Perkembangan:

  • Mencegah kekerasan seksual sejak dini dengan pendidikan yang tepat untuk anak-anak, seperti:
  • Pengajaran tentang gender.
  • Mengenalkan anak pada isu pelecehan seksual dan bahaya kekerasan seksual.
  • Mengajarkan anak bagaimana cara melindungi diri dari kekerasan seksual.
  • Memberikan pemahaman tentang batasan tubuh yang bersifat pribadi.
  • Mengajarkan batasan aktivitas seksual yang pantas dalam masa pertumbuhan anak.

c.Pencegahan Sosial Komunitas:

  • Melakukan kampanye anti kekerasan seksual.
  • Memberikan pendidikan seks di lingkungan masyarakat.
  • Menyebarluaskan informasi tentang pencegahan kekerasan seksual di komunitas.
  • Pendekatan Tenaga Kesehatan:
  • Tenaga kesehatan berperan dalam memberikan layanan dokumentasi kesehatan yang dapat menjadi bukti medis untuk korban kekerasan seksual.
  • Melakukan pelatihan tentang kekerasan seksual untuk mendeteksi kasus lebih awal.
  • Memberikan perlindungan dan pencegahan terhadap penyakit HIV.
  • Menyiapkan tempat perawatan dan perlindungan bagi korban kekerasan seksual.

d.Pendekatan Hukum dan Kebijakan:

  • Menyediakan sarana untuk melapor dan menangani kasus kekerasan seksual.
  • Mengatur hukum mengenai tindak kekerasan seksual serta sanksi bagi pelaku sebagai bentuk perlindungan untuk korban.
  • Membuat perjanjian internasional untuk menetapkan standar hukum dalam menangani kekerasan seksual.
  • Mengadakan kampanye anti kekerasan seksual.

Meskipun langkah-langkah ini bersifat pencegahan, diharapkan dengan melaksanakan usaha-usaha tersebut, kasus kekerasan seksual dapat diminimalisir dengan sebaik-baiknya.

Pelecehan seksual sesama jenis saat ini sedang marak terjadi. Bahkan korbannya ada yang masih anak-anak di bawah umur. Dengan adanya artikel ini diharapkan dapat menambah wawasan kita mengenai definisi LGBT, Faktor Penyebab LGBT, Faktor Penyebab Pelecehan Seksual Sesama Jenis, Dampak Pelecehan Sesama Jenis Bagi Korban, dan Pencegahan Pelecehan Seksual Sesama Jenis sehingga kita bisa membantu untuk menekan atau bahkan menghilangkan segala macam bentuk pelecehan seksual.

 

 

 

 

 

 

Refrensi:

Singgih, V. (2024, 10 Oktober). Kronologi kekerasan seksual selama hampir 20 tahun pada anak-anak panti asuhan di Tangerang. Diakes pada 21 Oktober 2024 dari https://www.bbc.com/indonesia/articles/c4g57kz79dgo

Ardhini, Z. (2023, 12 April). Memahami Arti LGBT, Faktor Penyebab, dan Berbagai Istilah LGBT. Diakses pada 21 Oktober 2024, dari https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6669493/memahami-arti-lgbt-faktor-penyebab-dan-berbagai-istilah-lgbt.

Lestari, T. Y. (2021, 03 September). Dampak Pelecehan Seksual Sesama Jenis pada Korban. Diakses pada 21 Oktober 2024 dari https://www.klikdokter.com/psikologi/kesehatan-mental/dampak-pelecehan-seksual-sesama-jenis-pada-korban?srsltid=AfmBOooMzJRkhMBnZchBgtN0Kd6nLV97h1oKZgPO1YNDSKcVdxQmbcad

Lestari, T. Y. (2021, 06 September). Alasan Seseorang Lakukan Pelecehan Seksual Sesama Jenis. Diakses pada 21 Oktober dari https://www.klikdokter.com/psikologi/kesehatan-mental/alasan-seseorang-lakukan-pelecehan-seksual-sesama-jenis?srsltid=AfmBOor9yf7Uho8KufDu4bt9p4sNG036PAL9_vokAs9PQHkEVwWjZQDJ

Marhaba, M., Paat, C., & Zakarias, J. 2021. Jarak Sosial Masyarakat Dengan Kelompok Lesbian Gay Biseksual Dan Trangender (LGBT) Desa Salilama Kecamatan Mananggu Kabupaten Boalemo Provinsi Gotontalo. JURNAL ILMIAH SOCIETY 1 (1):3. https://ejournal.unsrat.ac.id/v2/index.php/jurnalilmiahsociety/article/download/36121/33629#:~:text=Pengertian%20LGBT%20adalah%20sebuah%20singkatan,memang%20hal%20ini%20sangatlah%20menyimpang. Diakses pada 21 Oktober 2024.

Musti’ah. 2016. LESBIAN GAY BISEXUAL AND TRANSGENDER (LGBT): PANDANGAN ISLAM, FAKTOR PENYEBAB, DAN SOLUSINYA. Jurnal Pendidikan Sosial 3 (2):267-269. https://e-journal.metrouniv.ac.id/index.php/nizham/article/download/904/737/. Diakses pada 21 Oktober 2024.

Lessy, A. A. O., Puluhulawa, F. U., & Achir, N. 2023. Faktor Peybebab Anak Menjadi Korban Pencabulan Sesama Jenis Di Bone Bolango. Jurnal Ilmu Sosial, Humaniora dan Seni (JISHS) 1 (2): 258. http://download.garuda.kemdikbud.go.id/article.php?article=3488427&val=30509&title=Faktor%20Peybebab%20Anak%20Menjadi%20Korban%20Pencabulan%20Sesama%20Jenis%20Di%20Bone%20Bolango. Diakses pada 21 Oktober 2024.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun