"Tapi mobil baru saja untuk mengangkut sapi."
      "Enggak apalah, yang penting sampai rumah sakit."
      Dua anak punk itupun mengangkat suami di bak belakang, dan membantuku naik mobil.
      "Kamu nunggu motor di sini,"kata salah satu anak punk pada temannya.
      "Oke."
      Sepanjang perjalanan air mata terus meleleh seraya membelai wajah suami yang ada di pangkuan, darah masih terus mencucur dari pelipisnya.
Ketika sampai UGD rumah sakit, anak punk itu langsung melompat dari mobil dan melapor pihak rumah sakit. Tidak lama seorang perawat laki-laki membawa stretcher memindahkan suami dari mobil dibantu anak punk. Dia  juga membantuku turun dari mobil. Sebelum  masuk ruang UGD, aku mendekati sopir pick up yang menolong kami, dan memberinya uang.
      "Tidak usah Bu, saya 'kan sekalian pulang," kata Sopir itu menolak pemberianku.
      "Ya Allah ... terima kasih , semoga Allah melipat gandakan kebaikan Mas," ucapku.
      "Amin, sama-sama Bu, mari," kata sopir  yang baik hati itu sambil menghidupkan mesin mobil. Kemudian anak punk memapahku masuk ruang UGD.
      Ketika tetangga dan anakku datang, aku sudah diobati dan suami sudah siuman. Anak punk yang melihatku keluar dari ruangan dan duduk di ruang tunggu mendekat.