"Menggali potensi desa Kang, misalnya  desa kita dibuat desa wisata gitu."
"Untuk apa?"
"Artinya desa kita punya potensi jadi desa wisata, apalagi desa kita punya air terjun, kalau dikenal orang-orang tentu banyak yang berkunjung."
"Kalau banyak yang datang, terus kenapa?'
"Kan banyak yang beli jajan Kang, atau hasil bumi kita, jagung, ketela pohon, ketela rambat, sayuran bisa ditawarkan pada pengunjung, jadi tidak susah-susah membawa ke kota."
"Wah jan ... pinter tenan istriku iki," ucap Hadi  mempererat dekapan, melawan dinginnya malam di lereng gunung.
***
      Meski tidak didampingi suami setiap hari,Siyamah tetap menjalankan tugasnya dengan  gembira dan semangat. Suaminya datang setiap dua minggu sekali dengan membawa uang  banyak, membuat Siyamah bahagia karena persediaan kelahiran untuk anak keduanya lebih dari cukup.
 Siyamah  menyiapkan semua perlengkapan bayi di tas termasuk beberapa pakaian Arif waktu bayi  sudah dia tata di almari kayu buatan suaminya. Dia juga menitipkan uang pada mertuanya untuk "brokohan" dan selapanan anaknya.  Semua urusan posyandu, PKK desa, dan PAUD sudah dia bereskan, bahkan dia sudah berpamitan pada Bu Camat kalau mulai bulan depan tidak bisa ikut  rapat PKK kecamatan. Menginjak usia kehamilan ke 37 minggu, Siyamah mengurangi kegiatan, dia mengajak simboknya menemani untuk tidur di rumahnya . Kini Arif sudah terbiasa tidur dengan neneknya di "amben" yang ada di ruang tamu.  Untuk sementara Arif dipisahkan dengan emaknya, karena kalau tidur dia banyak bergerak, tendangan kakinya sering mengenai perut emaknya.
      Pukul dua malam tiba-tiba Siyamah terjaga, dia merasa perutnya sangat sakit .
      "Mbok!simbok!" panggilnya. Mendengar ada yang memanggil, simbok Siyamah segera bangun, beranjak menuju kamar anaknya.