****
Siyamah mematut-matut diri di depan cermin, hari ini adalah hari pertama dia akan mengajar. Baju PSH warna abu-abu dipadu kerudung senada pemberian bu Camat yang juga seorang pendidik, sangat pas di tubuhnya. Dia merasa percaya diri dengan baju itu, apalagi Bu Camat juga menghadiahi tas  kerja hitam, membuatnya benar-benar seperti seorang guru professional.
"Bagaimana Kang, penampilanku?" tanya Siyamah pada suaminya, seorang pekerja bangunan, yang selalu berangkat pagi pulang malam.
"Patut, tambah ayu," jawab suaminya  memandang istrinya dengan takjub. Tidak menyangka istrinya yang dia nikahi pada usia 17 tahun itu menjadi seorang  guru, tentu dia sangat bangga kalau ditanya teman-temannya.
"Istrimu kerja apa, Di?"
"Guru!"
"Pake ... pake ... minumnya tumpah!" Suara Arif membuyarkan lamunan. Dia segera mendekati anak semata wayangnya yang berusia tiga tahun.
"Waduh lain kali hati-hati, Nang," ucap Hadi sembari menyeka baju Arif yang terkena tumpahan air minum. Sementara air yang tumpah di lantai, langsung terserap oleh tanah.
"Piye to Kang, ngawat-ngawati anaknya sebentar kok tidak becus!" Siyam pura-pura marah.
"Habis ngliatin kamu  terus Yam, jan ayu tenan," goda Hadi sambil tertawa, Siyam ikut tertawa sambil mencubit lengan suaminya yang  berotot.
***