PAUD yang dirintis Siyam hampir menginjak satu tahun. Dengan dukungan Pak Lurah, Dinas Pendidikan dan Bu Camat, Paud semakin berkembang dan mempunyai banyak kemajuan. Kesadaran masyarakat untuk menyekolahkan anaknya semakin tinggi. Arif, anak Siyamah yang sudah berumur  empat tahun ikut emaknya sekolah di PAUD.
"Yam, Arif sudah besar sudah saatnya diberi adik ya?" kata Hadi  sambil mengelus kepala anak laki-lakinya yang pulas tertidur di pangkuan emaknya.
"Tapi Kang Hadi harus siap dengan kesehatan dan pendidikan anak kita lho, mereka harus lebih maju dari bapak dan emaknya."
"Siap Yam, aku akan bekerja lebih keras dan semangat," jawab Hadi
"Kalau begitu besok diantar ke Bu Bidan, ya Kang," ucap Siyamah
"Ke Bu Bidan, kenapa?" tanya Hadi yang lulusan SD itu bingung
"Ya melepas IUD to Kang, kalau tidak dilepas mana mungkin punya anak," jawab istrinya.
"Ow ya. Aku tahu, siap siap!" Hadi  tertawa, mentertawai kebodohannya.
"Hush! Jangan keras-keras, nanti Arif terbangun," kata Siyam sambil melotot, membuat Hadi semakin merasa geli. Diacak-acaknya rambut hitam istrinya karena gemas.
"Kamu sudah siap lahir batin to Yam kalau punya anak lagi?" bisik Hadi seraya mengambil Arif dari pangkuan Siyamah, dan memindahkan di dipan buatan Hadi di kamar yang tidak begitu besar. Siyam mengikuti suaminya dari belakang.
"Siap Kang, memang sudah waktunya Arif punya adik."