"Kalau menemani adikku Tanti dan aku ke air terjun mau?"
      "Mau sekali ...." jawab Fatimah dengan mata berbinar-binar. Sebetulnya dia juga menginginkan kembali mengunjungi tempat indah itu.
***
      Akhir bulan Januari ketiga mahasiswa itu pun sampai di sepasang air terjun. Tanti  berteriak histeris karena kagum dengan keindahan alam yang sangat memukau itu. Dia langsung berlari, bermain air di bawah air terjun. Sementara Stephanus dan Fatimah duduk di bebatuan di bawah pohon yang rindang.
      "Fatimah, tidak bisakah kita pacaran?" tanya Stephanus. Fatimah menggeleng berat. Ada kesedihan di dua hati itu.
      "Bapakku pasti tidak merestui."
      "Kalau aku pindah keyakinan, mengikutimu?" tanya Stephanus yang membuat Fatimah terkejut.
      "Jangan Stephanus! Janganlah kamu pindah keyakinan karena aku. Lanjutkan cita-cita muliamu menjadi seorang pastur."
      "Aku sangat mencintaimu Fatimah, baru kali ini aku bisa mencintai wanita segenap hatiku."
      "Aku juga Stephanus, tapi kita tidak bisa bersatu. Seperti sepasang air terjun itu, mereka tidak akan pernah bersatu meski air yang jatuh itu menyatu, tapi asalnya dari tempat yang berbeda."
      "Aku banyak belajar dari kamu Fatimah, tentang kesabaran dan keikhlasan."