Mohon tunggu...
Bunda Widya
Bunda Widya Mohon Tunggu... Lainnya - Pensiunan

Pensiunan. Bergabung di Kompasiana 10 Mei 2013. Nenek seorang Cucu, penggemar setia Timnas Garuda dan Manchester United.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Kasih Tak Sampai] Selamat Malam Widyasari

5 Desember 2020   16:26 Diperbarui: 5 Desember 2020   17:09 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam surat itu ia bercerita. Suatu malam Indra berkencan dengan seorang gadis. Indra mengenal gadis itu karena gadis itu adalah putri dari komandannya. Sudah tentu mereka akrab. Indra sering menemani gadis itu. Demikian Indra menulis dalam suratnya. Kucoba untuk menahan perasaan cemburu ini. Aku harus menghargai kejujuran Indra.

"Percayalah Sari. Aku cuma berteman. Dia menganggapku kakaknya, demikian pula aku menganggapnya adik,", kata Indra suatu sore ketika berkunjung ke Yogya. 

Aku tersenyum pertanda aku mempercayai kata-kata Indra. Aku mengira kencan-kencan Indra dengan gadis itu tidak akan berbuntut panjang. Ternyata ceritanya bertambah menarik ketika orang tua gadis itu meminta kepastian Indra.

"Dulu juga ibu sudah bertunangan tapi toh nikahnya bukan sama tunangan ibu melainkan sama bapak sekarang ini." Ini adalah jawaban Sang ibu gadis itu ketika Indra mengatakan bahwa ia sudah bertunangan.

Kini aku harus mengambil keputusan yang tegas. Sebab kulihat Indra ragu-ragu mana yang harus dipilih. Aku menyadari posisi Indra oleh karena gadis itu adalah putri komandannya. Aku dengan tekad yang bulat akhirnya telah membuat keputusan yang penting.

"Sari! Mengapa harus begitu keputusanmu?" Tanya Indra.

"Kupikir selama ini Mas Indra lebih dekat dengan dia daripada denganku. Apalagi kini orang tua gadis itu meminta kepastian Mas Indra."

"Tidak Sari. Aku tidak setuju dengan keputusanmu. Kita harus jadi menikah."

Aku tersenyum pahit. Senyum ini kutelan dan apa yang telah kuputuskan tak pernah bisa berubah lagi.

Pernah Indra berniat keluar dari dinas ketentaraanya untuk menghindari gadis itu lalu menikah denganku. Tapi aku tetap pada keputusanku. Pertimbanganku adalah terlalu besar pengorbanan Indra jika hal itu dilakukannya sebab sekian tahun ia menempuh pendidikan Akabri adalah untuk meraih cita-citanya selama ini. 

Entah berapa kali Indra menjumpaiku ketika aku sudah mulai bekerja di Bogor. Kesekian kali pula ia membujuk agar aku kembali kepadanya. Namun aku tetap pada pendirianku. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun